PARK

20 5 0
                                    

Jam sekolah pun akhirnya usai. Aku berusaha menepis pikiran tentang perkataan Ryouta di koridor sekolah dan perpustakaan. Perkataan mengenai untuk menemuinya di taman seusai sekolah.

Aku berusaha membuangnya jauh-jauh dari otak dan pikiranku.

Kini aku berada di halte bus. Yang ku lakukan tentu saja menunggu bus dan pulang.

Kufikir, tidak perlu memenuhi keinginannya untuk bertemu di taman.
Cih, buang-buang waktu berhargaku saja.

15 menit berlalu...
Aku sampai di rumahku.

Krreekk....
"Tadaima(aku pulang)." Salamku setelah membuka pintu lalu membuka sepatuku.
Ibuku yang tengah menyiapkan makan siang menoleh padaku.

"Okaeri(selamat datang)." Balas ibuku seraya tersenyum  lalu melanjutkan aktivitasnya.

"Cepat ganti pakaianmu lalu kita makan siang." Lanjutnya.

Aku membalasnya dengan anggukan lalu menuju ke kamarku.

***

-Di meja makan-

"Bagaimana harimu di sekolah, Rin?". Tanya Ibu pada adik perempuanku disela-sela aktivitas makan untuk mencairkan suasana.

"Baik." Jawabnya singkat.

"Bagaimana denganmu, Akane?" Ibu gantian bertanya padaku.

"Seperti biasanya. Tidak ada yang spesial. Selalu membosankan dan selalu ada yang menggangguku." Jawabku setiap ibu menanyakan pertanyaan yang sama.

Memangnya apa yang ibu harapkan dari jawabanku? Memang nyatanya itulah yang kujalani setiap harinya. Tidak ada yang berubah. Kecuali si pengganggu Ryota itu enyah dari hidupku.

***

17 .00 PM.
Cuaca sedang hujan diluar. Aku sibuk dengan komik yang kubaca. Lalu ada adegan dimana seorang pria berkata pada wanitanya, "Aku akan menunggumu sampai kapanpun dan apapun yang terjadi."

Sial. Aku jadi terfikirkan Ryouta. Apa benar dia masih menungguku di taman sampai saat ini?

Akh, untuk apa juga aku memikirkannya. Nggak guna.

Aku menutup komik dan alih-alih menatap hujan dari balik kaca jendelaku yang bening dan kini telah berembun.

Tapi, kalau benar dia masih menungguku, bagaimana? Aku jadi kepikiran juga.

Padahal aku sudah berusaha menepis pikiran itu jauh-jauh. Tapi tetap saja.

Akh, dasar si Ryouta itu. Aku tidak bisa menyangkal lagi. Sialan.

Aku bergegas mengambil payung lalu pergi.
Ya. Aku pergi untuk menemui Ryouta di taman.

***

Dari kejauhan aku melihat seorang lelaki duduk disalah satu kursi yang ada di taman masih mengenakan seragam sekolah. Seragam yang sama dengan seragam dari sekolahku.
Ya. Siapa lagi kalau bukan lelaki itu.

Aku menghampirinya lalu memayunginya sambil berdiri. Ryouta mendongak untuk melihatku lalu tersenyum dengan bibirnya yang kini telah pucat.

"Kenapa kau masih disini?" Tanyaku.

Ryouta tersenyum sekilas.
"Karena aku yakin kalau kau pasti akan datang. Itu sebabnya aku masih disini." Jawabnya.

"Kalau aku pergi, kemudian kau datang, kau akan mengira kalau aku berbohong." Lanjutnya.

"Bagaimana kalau aku memang tidak akan datang sampai besok?" Tanyaku mencoba.

"Tapi kenapa harus sampai besok? Kan sekarang kau sudah disini." Jawabnya santai.

Sudahlah. Aku menyerah dengannya.

"Aku sudah ada disini. Jadi apa yang mau kau bicarakan denganku?" Tanyaku to the point.

"Apa kau tidak lihat? Sekarang sedang hujan. Ayo kita cari kafe. " Balasnya seraya berdiri.

"Kalau kau tidak mau, ya sudah aku pulang." Cetusku hendak berlalu namun dengan cepat Ryouta menahan tanganku.

"Ikou (ayo pergi)" Ujarnya seraya menarik tanganku lalu berjalan pergi. Aku hanya melongo dan entah kenapa tak bisa menolak.

***



DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang