Malam hari, aku berbaring diatas tempat tidurku seraya membaca komik. Rin asyik dengan ponselnya seraya rebahan diatas tempat tidurnya tepat disisi kiriku. Kami sekamar namun berbeda tempat tidur.
Lalu, terlintas pertanyaan gila diotakku. Aku penasaran. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya pada Rin.
"Oi, Rin!" Panggilku.
"Hmm," Balasnya namun tak memalingkan wajahnya dari ponselnya.
"Bagaimana pendapatmu jika ada seorang pria yang selalu saja mengganggumu dan kau sangat tidak menyukainya. Lalu tiba-tiba dia bilang kalau dia suka padamu. Bagaimana pendapatmu? Apa yang akan kau lakukan?" Tanyaku iseng. Ya, hanya iseng. Aku hanya ingin tau pendapatnya. Karena kepribadian Rin sangat berbeda denganku. Intinya, dia kebalikan dariku.
Meskipun Rin adikku, dan dia berbeda setahun dariku, tapi dia lebih berpengalaman tentang love story ketimbang diriku. Jadi, apa salahnya kalau mencoba bertanya tentang hal itu.
Rin menoleh spontan. Ternyata pertanyaanku berhasil membuatnya berpaling dari layar ponselnya.
Ia menatapku lama sebelum menjawab.
"Apa itu terjadi pada onee-chan(kakak)?" Tanyanya balik.
"Iie (tidak)" Bantahku cepat lalu pura-pura kembali membaca komik.
Ia menyipitkan matanya. Menatapku dengan tatapan menyelidiki.
"Onee-chan tidak pernah berbicara soal cinta." Ujarnya.
Aku menoleh cepat padanya.
"Aku membacanya dari komik." Elakku."Honto (sungguh)?" Tanyanya penuh curiga. Dasar anak ini.
"Sudahlah. Lupakan saja." Balasku malas.
"Usotsuki (pembohong)." Katanya tiba-tiba.
Aku menatapnya."Pasti onee-chan mengalaminya kan?? Selama ini okaa-san selalu bertanya padamu bagaimana harimu di sekolah. Dan kau selalu menjawab dengan jawaban yang sama. Bahwa harimu selalu ada yang mengganggumu. Dan sepertinya si pengganggu itu sudah menyatakan perasaannya padamu. Iya kan?" Rin berhasil menganalisa nya sendiri.
Aku lebih memilih diam daripada bicara yang salah-salah.
Kini ia beranjak ketempat tidurku. Dan berbaring disebelahku.
"Tidak apa-apa kok onee-chan. Hal seperti itu sudah biasa terjadi. Jadi, tidak perlu malu." Ungkapnya tiba-tiba.
Aku tak menggubris.
"Apa onee-chan pernah dengar yang namanya, kebencian akan membawamu pada kasih sayang?" Lanjutnya lagi. Kali ini dia berhasil membuatku berpaling dari komikku.
"Apa tadi kau bilang?" Tanyaku.
"Aku yakin onee-chan mendengarnya. Jadi, tak perlu ku ulang. Okey?" Balasnya.
Anak ini memang selalu seperti itu.
"Apa salahnya? Jika selama ini kau melihatnya dengan kebencian, kau tak suka padanya, selalu merasa terganggu olehnya, apa salahnya melihatnya dengan cara yang berbeda?" Penjelasan Rin yang berhasil membuatku berfikir sejenak. Melihatnya dengan cara yang berbeda??
"Seperti apa?" Sepertinya aku mulai tertarik.
"Selama ini dia selalu salah dimatamu. Apapun yang dilakukan nya selalu saja salah. Karena apa?? Kau tau?" Rin seperti bermain tebak-tebakan.
Aku menggeleng sebagai jawaban.
"Karena kau tidak tau perasaannya. Yang kau tau hanyalah dia selalu mengikutimu. Tapi ternyata semua yang dilakukannya semata-mata karena dia menyukaimu. Dia bukannya ingin mengganggumu. Tapi ingin dekat denganmu onee-chan. Percayalah. Dia ingin membuatmu terbiasa dengan kehadirannya. Agar jika suatu saat nanti, ketika dia mengungkapkan perasaannya padamu, saat itu dia bukanlah orang asing lagi bagimu. Dia adalah orang yang sangat kau kenal. Jadi mungkin kau bisa mempertimbangkan perasaan nya." Penjelasan Rin yang luar biasa panjang.
Rin menghadapkan wajahnya padaku.
"Bayangkan saja onee-chan, jika selama ini dia tidak pernah mendekati atau mengganggumu, bahkan dia tidak pernah sekalipun menegurmu, lalu tiba-tiba dia datang dan mengungkapkan perasaannya padamu, apa yang akan kau fikirkan? Pasti kau akan berfikir kalau dia adalah orang asing yang aneh. Tidak pernah saling bicara, dan sebagainya. Dan saat itu kau pasti akan langsung menolaknya. Iya kan?"
"Namun berbeda dengan situasi saat ini. Kau secara tidak langsung mempertimbangkan perasaan pria itu. Benar kan onee-chan??" Lanjut Rin dengan menggodaku.
Aku segera memalingkan wajahku.
"Tidak! Itu tidak benar! Aku tidak bilang untuk mempertimbangkannya." Bantahku cepat.
"Justru itu aku bilang secara tidak langsung." Rin memukul pelan tanganku.
"Buktinya kau sampai menanyakan hal itu padaku. Kalau kau tidak suka, kan kau tidak perlu bertanya pendapatku. Kau bisa langsung melupakan semuanya." Rin benar-benar lihai dalam hal ini.
"Memang apa salahnya bertanya? Aku juga wanita kan??" Balasku.
Rin bangkit dari tempat tidurku lalu kembali pada tempat tidurnya.
"Ah, sudahlah. Kau tidak mau mengakui peraasaanmu sendiri. Terus saja menyangkal. Intinya, dia bukan orang asing lagi bagimu. Dia orang yang sangat dekat denganmu. Cobalah melihatnya dengan cara yang berbeda." Rin menaikkan selimut hingga dibawah dagunya.
"Oyasumi (selamat tidur) onee-chan" Ujarnya sebelum menutup kedua matanya untuk menuju dunia mimpi. Iya kalau mimpi.
Semua perkataan Rin tadi membuatku pusing. Aku memilih untuk tenggelam dibawah selimut dan membiarkan malam berlalu hingga pagi esok. It's time for sleep.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Historia CortaKebencian akan membawamu pada kasih sayang. Ryouta adalah seorang cowok yang sangat ceria dan berambisi. Dia suka sekali mengusik ketenangan Akane. Itu dilakukannya semata-mata ada maksudnya. Yuk, ikutin kelanjutan ceritannya :')