WISH

19 3 0
                                    

Sekarang waktunya istirahat. Aku lebih memilih berdiam diri dikursiku daripada harus pergi ke kantin.

Jujur, aku sedang tidak ingin makan sekarang. Yang kubutuhkan hanyalah ketenangan.

Aku yakin, setelah aku mati nanti, aku akan mendapatkan ketenangan abadi. Ketenangan yang bisa kudapatkan kapan saja.

Karna sekarang aku masih hidup, yah nikmati saja dulu.

Aku masih memikirkan perkataan Rin semalam seraya menenggelamkan wajahku pada lipatan tanganku diatas meja.

Tap...tap...tap...

Langkah seseorang berjalan ke arahku. Hanya sepatu dan celana panjang yang bisa kulihat dari situasiku saat ini. Itu membuktikan kalau yang datang adalah seorang pria.

Aku tidak perlu mengangkat wajahku untuk melihat siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan pria itu. Hanya satu pria di sekolah bahkan di dunia ini yang selalu mendatangiku. Ya. Takanashi Ryouta.

Pria itu menyentuh pundakku. Kalau sudah ada kontak fisik seperti ini, barulah aku merespon. Aku segera mengangkat kepalaku seraya mencengkram tangan yang memegang pundakku dengan cepat.

"Apa kau mau mati?!" Ujarku sarkastik.

"Ittai (sakit).Gomen(maaf) Fujisaki" Balasnya cepat.

Aku segera melepaskan cengkramanku dari tangannya.

"Ichijo?!" Aku tersontak. Ternyata bukan Ryouta. Sialan. Aku telah menyakitinya tanpa alasan. Lagian tumben sekali Ichijo datang menemuiku.

"Gomen, Fujisaki. Apa aku mengganggumu?" Tanyanya hati-hati. Pasti karena tadi aku langsung bereaksi dengan mencengkram tangannya setelah ia menyentuh pundakku.

"Ada apa Ichijo?" Tanyaku.

"Tadinya aku dari kantin dan mau kembali menuju kelas. Namun seorang pria dari kelas 11-2 memintaku untuk memanggilmu ke atap." Jelas Ichijo.

Seorang pria dari kelas 11-2? Tentu saja aku tau orangnya. Ini baru orang yang benar.

"Kalau aku tidak mau datang?" Tanyaku mencoba.

"Dia akan memukuliku." Jawab Ichijo cepat.

Apa?! Memukuli?
Enak saja dia. Memangnya Ichijo anaknya yang bisa saja dia suruh dan pukuli?

Tapi aku tidak boleh kepancing. Ini pasti jebakan.

"Aku tidak mau!" Tolakku.

"Kumohon, Fujisaki. Dia sepertinya tidak bercanda." Mohon Ichijo.

Dasar! Ryouta ini, kenapa malah melibatkan orang lain. Padahal biasanya dia akan langsung datang menemuiku tanpa perantara.

Tapi, kalau dia datang langsung menemuiku dan mengajakku ke atap, pasti akan langsung kutolak.

Hm, pintar juga dia menggunakan umpan.

"Baiklah, aku pergi. Terima kasih sudah memberitahuku." Ujarku lalu pergi keluar kelas dan menuju atap. Aku sama sekali tidak berterima kasih atas hal ini. Akan lebih baik kalau Ichijo tidak memberitahuku. Dasar.

***

Aku telah di atap sekarang. Tapi tak ada siapapun. Apa dia mempermainkanku? Fikirku.

Karena sudah disini, kenapa tidak sekalian aku nikmati saja? Toh lagian aku jarang ke atap.

Aku duduk seraya menjulurkan kakiku. Menatap lurus kedepan. Menatap bangunan-bangunan yang menjulang tinggi.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang