BOOKSTORE

4 1 0
                                    

Setelah mengunjungi kebun binatang, Ryouta mengajakku ke toko buku.

"Kenapa ke toko buku?" Tanyaku.

"Ini pasti toko buku favoritmu kan? Kau sering sekali kesini." Jawabnya.

Aku membelalakkan mataku kearahnya.
Wah, apa anak ini benar-benar penguntit.

"Lalu?" Tanyaku lagi.

"Karena kau sering kesini, kau mungkin tau banyak tentang buku disini. Aku ingin meminta tolong." Jawabnya.

"Dan ya. Aku ingin memberitahukan satu hal. Ikkou (ayo)" Ryouta menarik tanganku masuk dan berhenti didepan rak komik.

Ia mengambil satu komik dari sana dan memberikannya padaku.

Aku terkejut.

"Wah, volume 15 ternyata sudah keluar. Darimana kau tau?" Tanyaku dengan mata berbinar. Ini adalah serial komik favoritku.

"Aku selalu melihatmu membaca komik ini saat di kelas. Dan semalam, aku melihat bahwa volume 15 baru saja dirilis di toko buku ini. Itu sebabnya aku memberitahumu." Jawabnya.

"Ternyata kau benar-benar penguntit." Balasku.

"Kan sudah kubilang, aku suka segala hal tentangmu dan aku mengetahui segalanya. Gak segalanya sih. Sebagian besar lah."

"Dan aku bukan penguntit. Aku selalu berada disekitarmu. Tapi kau saja yang tidak peka." Lanjutnya lalu beralih memandang komik-komik dihadapannya.

Aku menatapnya curiga.

Ryouta menghela nafas berat lalu menoleh padaku lagi.

"Iya deh iya. Aku penguntit. Aku mengikutimu kemana pun kau pergi, memperhatikan setiap hal yang kau lakukan dan aku mencari tahu segala hal tentangmu. Puas?" Ia kembali berpaling menatap komik dan berpura-pura mencari sesuatu disana.

Dia benar-benar menakutkan. Sebenarnya, apa saja yang dia ketahui tentangku? Sebenarnya, apakah aman bersamanya seharian ini?

Tapi entah kenapa aku tidak merasa canggung atau risih bersamanya. Sepertinya aku sudah terbiasa dengan kehadirannya yang selalu menggangguku.

"Ngomong-ngomong,,," Ryouta menoleh lagi padaku.

"Tentang apa komiknya? Kelihatannya kau sangat tertarik."

"Biasa saja sih. Hanya tentang kehidupan seorang gadis yang berusaha menyatukan kedua orang tuanya yang sudah bercerai." Jawabku langsung.

Wait. Kenapa aku banyak bicara hari ini? Aku menanggapi semua omongannya seolah kami memang akrab.

"Kau mengajakku kesini hanya untuk ini?" Tanyaku sambil menunjukkan komik yang kupegang dari tadi.

"Itu salah satunya sih. Aku ingin, kau merekomendasikan sebuah buku. Aku ingin memberikannya pada seseorang."

"Buku seperti apa?"

"Buku yang harus dibaca oleh seseorang dimasa-masa penyembuhan setelah melakukan operasi besar. Yah semacam itulah."

Aku berfikir. Mungkin buku yang memiliki pembahasan ringan dan kata-kata motivasi kali yaa.

Aku mengangguk faham lalu beranjak dari lorong dengan rak berisi deretan komik menuju lorong disebelahnya.

Jari jemariku menelusuri setiap deretan buku yang tersusun rapi dirak dan akhirnya jariku berhenti disalah satu buku dengan tebal yang lumayan. Kira-kira halamannya sekitar 700-an halaman. Aku mengambilnya.

"Coba aja buku ini." Kataku seraya menyodorkannya ke Ryouta.

"Okay. Thankyou." Ryouta meraihnya.

"Ayo ke kasir. Komikmu biar sekalian kubayarkan."

"Tidak. Tidak usah. Aku bisa sendiri." Tolakku.

Namun Ryouta tetap Ryouta. Dia tidak akan mendengarkanku. Ia mengambil komik yang ku pegang lalu menuju ke kasir dengan jalannya yang cepat.

Aku menghela nafas kesal. Apa yang bisa kuperbuat. Dengan langkah berat aku mengikutinya ke kasir.

***

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang