DATE

18 4 0
                                    

09.50 AM.

Aku sedang berada di bus saat ini.
Kami berjanji untuk bertemu di kafe dekat sekolah jam sepuluh pagi.

Aku ragu apa yang akan kulakukan bersamanya hari ini? Aku belum pernah berkencan sebelumnya. Jadi wajar saja kalau aku gugup.

Dan Ryouta?
Aku tidak yakin kalau ia pernah berkencan sebelumnya.

Tepat jam sepuluh, aku telah berada di kafe yang sudah kami sepakati untuk bertemu.

Aku masuk dan kulihat seorang cowok sedang duduk di kursi belakang sebelah kiri sedang melambai ke arahku.

Aku yakin itu Ryouta. Tapi, ada yang aneh.
Aku menghampirinya dan duduk dihadapannya.

"Ada apa dengan warna rambutmu? Kemana rambut hitammu?" Tanyaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa dengan warna rambutmu? Kemana rambut hitammu?" Tanyaku.

Ya. Ryouta mengubah warna rambutnya. Rambutnya yang hitam kini berubah menjadi kuning. Entah kuning, orange, atau cokelat. Aku sendiri bingung.

Tunggu dulu. Kenapa aku memikirkannya? Apa aku peduli? Apa aku mulai peduli dengan pria ini? Apa aku mulai memperhatikan hal-hal kecil yang ada padanya?

Tidak. Aku sama sekali tidak peduli. Warna rambut itu bukan hal kecil. Itu terlalu mencolok untuk disebut hal kecil.

Wajar kalau aku bertanya.

"Aku hanya mencoba hal baru. Kufikir warna ini cocok denganku. Iya kan?" Jawabnya dengan penuh percaya diri dan diakhiri dengan meminta pendapatku.

"Apa kau sungguh ingin mendengar pendapatku tentang rambutmu?" Tanyaku sarkastik.

"Sepertinya tidak. Makasih atas pujiannya." Jawabnya cepat.

Jawabannya berhasil mengundang tawa kecil untukku. Rasanya aku jarang seperti ini kalau dengannya. Entah kenapa kali ini berbeda.

Entah kenapa aku merasa seperti lebih akrab dengannya hari ini.

"Aku ingin terlihat berbeda dihari yang istimewa ini. Jadi, aku menggunakan spray pewarna rambut." Lanjutnya setelah menyeruput jus dihadapnnya.

"Jadi, warna itu tidak permanen?" Tanyaku. Kufikir dia benar-benar mengubah warna rambutnya dalam jangka panjang. Tapi ternyata tidak. Jika hujan turun, tamatlah rambut kuningnya itu :D

Memikirkannya saja , sudah membuatku tertawa.
Ryouta mengangguk sebagai jawaban.

"Berdo'alah agar hari ini tidak hujan." Balasku lalu menyuruput jus dihadapanku. Jus yang baru saja disodorkan oleh pelayan tak lama setelah aku datang. Tentu saja Ryouta yang memesannya.

"Sudah kulakukan tadi saat sedang mewarnai rambutku." Jawabnya.

Aku terkekeh.

"Teruslah seperti itu." Pinta Ryouta tiba-tiba.

Aku menatapnya bingung. Apa maksudnya?

"Apa kau bilang?" Tanyaku mengulang.

"Desungi (bukan apa-apa)" Jawabnya.

Aneh. Aku yakin ia mengatakan sesuatu tadi meskipun tidak terdengar jelas bagiku.

"Aku ingin ke banyak tempat denganmu hari ini."
Lanjutnya.

"Terserah." Jawabku singkat. Toh aku tidak bisa menolak.

Ryouta berdiri lalu menghampiri kursiku.

"Ikou (ayo)" Ujarnya seraya mengulurkan tangannya padaku.

Aku melirik sekilas uluran tangannya. Kenapa tidak? Sekali saja.
Aku meraih uluran tangan Ryouta. Jelas tercetak senyum lebar diwajahnya. Aku berdiri lalu Ryouta membawaku keluar kafe dan naik dimotornya.

Kami berlalu dari kafe dan menuju entah kemana. Terserah lelaki ini. Akan kuanggap ini adalah hari terakhir aku melihatnya. Karena dia telah berjanji tidak akan menggangguku lagi setelah ini :')

***

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang