16

938 143 23
                                    


Sorry for typos yaaaa

🥀__🥀






"Mau apa?" Setelah mengumpulkan kesadarannya, akhirnya Hazel ngajakin ibunya untuk ngobrol di cafe deket kampus. Dia sengaja gak mau bawa ibu ke kosannya dan Yasha karena takut kalau-kalau tujuan ibu adalah membujuknya untuk pulang nanti yang datang selanjutnya adalah ayah.


"Kamu udah enakan nak?" Hazel terkekeh sebentar mendengar pertanyaan itu, terdengar seperti ibunya sangat perduli kepadanya.


"Kayak yg ibu liat, masih harus ganti perban dikaki sih tapi aku udah baik-baik aja. Ibu mau apa?? Mau nanya aku kapan bisa angkut barang ku? Nanti ya, nunggu aku udah enakan. Sementara titip dulu barangku, kalo mau pinjem uang, aku gaada uang. Kalo mau jual motorku ya tinggal jual aja, oh atau ibu mau minta uang tunjangan kecelakaan kemarin?? Lumayan sih ini kayaknya dua puluan juta, nanti aku kirim deh" Seiring dengan kalimat Hazel, ibu merasa hatinya teriris, bagaimana bisa anaknya berfikir seperti itu.


"Ibu cuma mau liat kondidi mu nak, kamu sudah hampir dua minggu gak pulang, ibu khawatir"



"Khawatirnya telat gak sih bu? Kemarin aku didepan ibu dengan kepala bercucuran darah tapi ibu biasa aja dan malah ngebiarin suami ibu mukul aku"



"Maaf" Ibu menunduk, meremat kuat jarinya. Ia tidak punya pembelaan diri atas kalimat Hazel.



"Gak usah bikin aku seolah jadi anak yang durhaka disini ibu. Aku capek. Ibu bisa gak sih sebentar aja liat aku?? Aku juga anak ibu lho, anak ibu bukan cuma mbak sama adek. Ada aku bu diantara mereka" Hazel menjeda kalimatnya sebentar, karena kalau selanjutnya ia pasti akan menangis, Hazel sudah tidak mau menangis didepan ibu.


"Aku gak mau lagi pulang bu, anggep aja ibu gak pernah punya aku, kayak hari-hari ibu biasanya, tolong"



"Nak, Maaf kalau perlakuan ibu sama ayah selama ini bikin kamu salah faham. Hazel putri ibu yang cantik, Zel maaf. Ibu kira kalau diperlakukan seperti ini kamu bakal tumbuh kuat nak, kamu tau mbak mu itu waktu kecil paling menderita hidupnya, adek mu masih kecil nak, maaf kalau ibu kesannya jahat sama Hazel, karna cuma Hazel anak ibu yang paling kuat"



"Ibu bahkan tau bu, kalau aku anak ibu yang paling cengeng!!" Hazel menyela cepat, ia tau dengan pasti akan hal itu. Hazel tidak bisa terlalu kesal atau terlalu marah, karna jika kejadian maka semua kalimatnya akan hilang digantikan oleh air mata. Ibu dan ayahnya jelas tau hal itu, Hazel anak yang paling cengeng, bahkan gadis itu bisa menangis karna hal yang orang disekitarnya anggap sepele.


"Ibu udah liat kondisi aku kan?? Udah ya bu, aku sehat, ibu tolong jaga kesehatan" Hazel bangun dari duduknya, tapi langkahnya urung karena ibu kembali angkat suara.


"Hari minggu ini mbak pemberkatan, mbak dari kemarin gelisah takut Hazel gak datang. Mbak bahkan udah pesan baju untuk Hazel. Tolonglah nak, kalau kamu memang semarah itu sama ibu dan ayah, tolong jangan bawa perasaan marah itu ke kakak mu. Dia sayang kamu Zel, dia gak mau pernikahannya gak dihadiri adiknya" Yah, inilah puncak dari petemuan mereka. Ibunya bermaksud menemuinya karena permintaan mbaknya. Mungkin kalau tidak karena mbaknya yang akan pemberkatan dalam waktu dekat ibu juga gak sudi mau ketemu dia. Hazel, Hazel, apa yang kamu harapkan nak??











🥀__🥀






"Mie lagi, kembung gak sih kita?" Yasha mendengus, minggu ini jadwal Rena yang masak, dan sudah tiga hari mereka makan mie instan melulu. Ya, setelah kesepakatan bersama, Rena akhirnya pindah ngekos juga bareng Yasha sama Hazel. Untung dulu Yasha tuh milih kost berdasarkan gengsi, jadi yang harus luas dengan fasilitas setara apartemen jadinya pas dua sahabatnya itu milih ngekos juga mereka gak kekurangan ruang.



"Kita belum belanja Yasha, ini juga siapa suruh stock mie instan banyak-banyak!!"



"Ren, ini pure karna kita kehabisan bahan atau karna lo lagi ngabisin stock mie yang kemarin lo guntingin?" Rena hanya terkekeh, Hazel memang selalu tau gelagat Rena.



"Ren, gue tau ini mie kesehatan anjir, tapi pikirin juga asam lambung gue gak makan nasi?!!!!"


"Ehem kakak....." Saking sibuknya mereka menyerang Rena, mereka sampe lupa kalo malem ini ada Celin juga di kost mereka.


"Eh maaf Cel, ini anak curut kalo gak diginiin besok pagi kita tetep makan mie" Celin mengangguk sopan, masih canggung.



"Gimana kalo kita gofut aja?? Papa aku abis top up gopay ku pas tau aku nginep disini"


"Ditraktir??" Celin mengangguk


"Yaudah, kalo lo maksa gue gak bisa nolak" Kepala Yasha langsung ditempeleng sama Hazel, kesal juga dia lama-lama liat tingkah Yasha.




"Cel, lo pacaran ya sama Ajis yang anak modern dance?" Celin yang tadi fokus pada ponselnya langsung noleh ke Hazel. Matanya membulat gak percaya kalo Hazel ternyata ngikutin gossip kampus juga.



"Wow, aku gak nyangka kak Hazel ngikutin gossip" Hazel mendengus.


"Jawab ihhh!!!!"




"Iya mbak, udah dari abis mos juga. Cuma emang gak pernah diumbar aja"


"Backstreet??" Tanya Rena hati-hati, soalnya percintaan remaja tanggung jaman sekarang tuh ribet banget.

"Enggak kok, kita sejalannya aja, kita juga bukan tipe yang apa-apa harus diumbar di socmed kak. Kalau ada yang nanya kita apa ya dikask tau kayak sekarang ini, kalo gak nanya ya kita diem aja"


"Ihh pinter banget pacarannyaaa" Yasha takjub, untuk ukuran anak yang baru lulus SMA, gaya pacaran kayak gini tuh lumayan sulit soalnya mereka masih butuh validasi.



"Iyalah, aku sama Ajis ngeliat kak Hazel sama bang Jev pacaran yang santai banget, trus liat kak Yasha dan pak dosen muda yang pacaran gak diumbar jadi mikir, kayaknya enak punya gaya pacaran kayak gitu, pas kita nyoba ternyata beneran nyamann" Hazel dan Yasha cuma bisa nanggepin dengan senyum, hubungan Rena gak masuk kategori karna tiap saat dia sama Jeremi selalu punya perdebatan yang berujung emosi, nanti saling maki trus diem-dieman. Malem itu, malam dimana mereka bantuin Celin buat milih panitia di acara besar mereka adalah satu langkah kedekatan diantara mereka.







🥀__🥀







Happy 127 dayyyyy🥰🥰🥰




Apa yaaaa, aku punya kisah dibalik book ini. Nanti kita talk talk yaa hehe

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang