19

1.1K 141 15
                                    


🥀__🥀

Setelah dari pemakaman, Yasha memutuskan untuk kembali ke kostnya, tidak perduli sekuat apa pun mami dan papi membujuknya untuk pulang kerumah ia tetap pada keputusannya, alhasil pacarnya harus selalu siaga di parkiran kost, kalau-kalau Yasha tidak sanggup sendirian.

"Perasaan lo tinggal sama gue cuma dua minggu deh Zel, kenapa rasanya kamar ini kosong banget" Yasha menatap tempat kosong disebelahnya. Fikirannya terbang pada malam-malam dimana ia ditemani oleh Hazel dan segala pikiran ramdomnya.

"Yash, kita jadi petani toge aja kali ya?" Ucap Hazel malam itu, sore tadi Hazel baru saja panen toge yang iseng ia buat, ingin ngetes skill katanya.

"Gak ah, gue tetep pengen jadi dosen musik" Hazel yang fikirannya ribut dan Yasha yang senang meladeni, cukup cocok untuk tinggal bersama.

"Kan kita bikin toge dari kacang hijau ya, trus orang bikin kacang hijau dari apa Yash?"

"Gak tau??" Hazel diam sebentar, mungkin dirinya masih sibuk mencari jawaban asal muasal kacang hijau.

"Yash, lo liat kan toge tadi?"

"Iyaa Hazelllll, lo bisa diem gak sih ah!! Udah malem ini" Hazel terkekeh, tidak perduli protesan Yasha, ia tetap melanjutkan hal yang mengganjal difikirannya.

"Itu togenya paling panjang se jari kelingking kan?? Kalo togenya dibiarin berhari-hari bisa lebih tinggi gak?? Mingkin kayak pohon gitu??"

"Tau ah!! Gak jelas banget. Lo cobain aja besok kalo gak busuk" Yasha memilih untuk menggunakan earphone, bukan tidak ingin meladeni Hazel. Tapi Hazel jika diladeni tidak akan selesai sedangkan nanti subuh mereka harus buru-buru ke rumah Nala untuk memasak dessert lumer mereka. Bahan danusan, biasa.

"Zel, gue malem ini pengen deh dengerin lo ngomel lagi. Sampe pagi juga gue jabanin. Zel ayo balik lagi. Janji kita pas demisioner mau beli soju kan Zel. Masa cuma gue sama Rena sih" Tangis Yasha kembali pecah. Tidak bisa dicegah. Perasaan akan sakitnya kehilangan itu kembali datang menghujaninya dengan ribuan paku.

Tidak jauh berbeda dengan Yasha, Rena pun memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Berusaha mencari kenangan Hazel disana. Hazel yang menekan bell apartemennya tengah malam karena pulang kerja terlalu larut, Hazel yang subuh-subuh menekan sandi apartemennya karena ia tidak ingin bertemu keluarganya jadi ia berangkat subuh. Hazel yang setiap gajian selalu ngajakin mereka belanja trus masak-masak. Hazel yang selalu sabar mendengarkan curhatannya tentang Jeremi. Aah, lelaki itu juga ada disana, menemani Rena, takut gadis itu melakukan hal yang tidak diinginkan.

"Aku bahkan belum sempet meluk dia hari itu Jer"

"Pagi itu aku ngomelin dia karna banyak gerak sampe perbannya selalu penuh darah lagi, trus dia bilang kalau aku besok gak akan gantiin perban dia lagi Jer. Dan hari ini aku beneran gak ganti perban dia"

"Ren udah, nanti kamu sakit kalo gini terus" Tidak ada yang tidak kehilangan atas kepergian Hazel, tapi Rena tidak berhenti menangis sejak dari rumah sakit.

"Zel, gue kangen" ucap Rena lirih, sebelum gadis itu kehilangan kesadarannya.



🥀__🥀





Jika Yasha dan Rena memilih untuk menyendiri maka Jevin adalah kebalikkannya. Ia memilih untuk pulang bersama bunda, dia gak bakalan bisa kemana-mana setelah ini. Setiap sudut kampus selalu ada kenangan dia sama Hazel. Hatinya masih berat, dia masih belum ikhlas.

"Hazel pernah nanya aku bun, katanya perjalanan kami bakalan sampai mana" Bunda memutuskan untuk menemani Jevano, Hazel adalah satu-satunya wanita yang pernah Jevano bawa untuk menemuinya, ia faham betul ada diposisi mana Hazel dalam hati anaknya.

"Aku jawab pake candaan, soalnya Hazel dulu waktu masuk masa persiapan ujiannya bilang mau matiii aja terus, kan aku bosen ya bun dengernya" Nada bicaranya memang masih seperti bercanda, tapi sengaunya suara Jevano tidak bisa berbohong.

"Hazel tuh istimewa banget bunda. Kasian ya keluarganya gak bisa liat sisi istimewa Hazel" Bunda mengangguk setuju. Waktu dirumah duka, bunda sama sekali tidak mengucapkan bela sungkawa pada orang tua Hazel, bahkan jika saat itu Jevano dan Jeremi tidak sibuk menenangkan diri masing-masing, bunda pasti akan menyuruh mereka saja yang membawa peti Hazel.

"Aku bilang, kita yang hidup masih akan menjalani hidup bun. Waktu itu aku nyoba realistis tapi disaat aku dihadapin sama keadaannya langsung kenapa aku malah ngerasa dunia ku ikut berhenti ya bun?"


"Kamu tidur deh, siapa tau bisa ketemu Hazel" Bunda tetap mengelus surai anak satu-satunya itu. Ia sungguh sudah tidak sanggup mendengar apa lagi yang akan Jevano keluarkan. Betapa itu menyakiti hatinya, anaknya yang malang, Hazelnya yang malang.





🥀__🥀




Permintaan maaf jadi double up. besok kita tamat, gak tau harus dirayakan apa gimana soalnya kalian berduka :(

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang