🥀__🥀
Bulan mulai muncul, mungkin hendak menggantikan peran matahari atau hanya ingin bertengger diatas sana. Tidak ada yg bisa memprediksi apakah bulan malam ini akan terang atau akan tertutupi oleh awan-awan gelap. Cahaya kemerahan dilangit sangat sayang untuk untuk dilewatkan, beberapa orang memilih mengabadikannya dan beberapa lagi memilih menikmati dalam diam. Hazel dan Jevano berjalan beriringan sambil bergandengan tangan, seolah tidak bisa dilepas dan tidak ingin melepas.
"Kamu yakin mau pulang?" Jevano menatap Hazel, tingginya dengan Hazel tidak terlalu jauh jadi ia tidak perlu merunduk hanya untuk menatap wajah cantik Hazel, beberapa helai rambut yang tertiup angin pelan menutupi wajahnya.
"Iya, ibu bener kok. Mbak baik sama aku, urusan aku sama ibu dan ayah biar jadi urusan kami. Ini moment penting buat mbak Dini, sekalian juga mau liat adek. Hpnya rusak jadi gak bisa ngehubungin dia, mau nanya ibu tapi gengsi" Hazel mengeratkan genggamannya, keduanya sedang menuju halte yang sedikit jauh dari kampus. Memang sengaja berjalan kaki, tiba-tiba baik Jevano maupun Hazel ingin menghabiskan waktu berdua lebih lama dengan obrolan ringan.
"Biasanya naik KRL kenapa hari ini pengen pake bis?" Jevano jelas tau alasannya, kalau Jevano mengantar Hazel ke stasiun maka mereka akan lebih cepat berpisah sedangkan bis yang akan menuju daerah rumah Hazel akan tiba dua jam lagi. Keduanya masih punya banyak waktu untuk ngobrol.
"Semenjak kuliah aku udah gak pernah lagi tau Jev, kangen aja suasananya" Jev senyum kecil, mengelus kepala Hazel dengan sayang.
"Aku sayang banget deh sama kamu Zel, jangan tinggalin aku ya?"
"Jev, aku gak tau mau nyari dimana lagi laki-laki kayak kamu. Rugi banget gak sih aku kalo malah ninggalin kamu?? Kamu baik, orang tua kamu baik, gak ada alasan buat aku ninggalin kamu, yang harusnya ngomong gini tuh aku gak sih?? Harusnya aku yang takut kamu ninggalin aku"
"Gak ada yang perlu ditakutin Zel, aku cowok taurus loh, zodiak yang terkenal banget akan kesetiaannya"
"Tapi aku gemini? Katanya taurus gak cocok sama gemini Jev, gimana dongg" Jev mendengus, kalo bawa zodiak si Hazel selalu punya sanggahan yang bikin dia kesal sendiri, ya walaupun dia duluan sih yang bawa topik ini, tapikan gak usah di sanggah bisa!.
"Ciee ngambek" Hazel melepaskan tautan tangan mereka, belum sempat Jev protes Hazel sudah memeluk lengan lelaki itu.
"Makasih ya, love you" Jev diam sebentar, ini kalo bukan lagi di tempat umum si Hazel pasti udah dia cium.
Tidak akan pernah ada kata atau bahkan kalimat yang bisa deskripsikan perasaan keduanya, Hazel dan Jevano dua orang yang jelas punya sifat berbeda tapi justru terasa saling melengkapi. Jevano yang selalu memberikan Hazel kalimat apresiasi, Jevano yang akan datang memeluk Hazel ketika gadis itu berada dititik terrendahnya, Jevano yang begitu mencintai Hazel tanpa syarat. Hazel memang tidak pernah merasakan seperti apa cinta yang diberikan oleh ayah, tapi Hazel mendapatkan itu dari Jevano. Lelaki itu selalu bisa menempatkan dirinya, Jevano bukan lelaki dengan cinta nafsu, ketika Jevano mengatakan bahwa ia menyayangi Hazel, maka laki-laki itu benar-benar melakukannya.
🥀__🥀
Lagu je t'aime milik Joy Red Velvet menemani perjalanan Hazel, gadis itu membuang pandangannya pada padatnya jalanan. Bis yang ia tumpangi lumayan penuh, sedikit bersyukur ia mendapatkan kursi untuk duduk. Lembutnya suara idol korea itu membuat perasaan Hazel berangsur membaik, tidak tahu kenapa hanya saja ketika ia berbicara dengan kekasihnya tadi ia merasakan perasaan yang berbeda. Seperti ia tidak ingin berpisah dengan lelaki itu.
Dari kejauhan, pupil Hazel menangkap anak kecil yang sedang merengek kepada ibunya, mungkin sedang minta belikan mainan baru atau menangis karena tidak mau diajak pulang. Senyum tipis Hazel terbit, dirinya teringat kenangannya ketika ia diusia yang sama dengan anak itu. Jarak umur antara Hazel dan saudaranya hanya masing-masing tiga tahun. Ketika ia berusia lima tahun, ibu dan ayah mengajak mereka untuk bermain dipasar malam. Mbak yang usianya sudah delapan tahun waktu itu bebas ingin bermain apa saja ditemani ayah, begitu masuk kearena pasar malam keduanya sudah menghilang dari pandangan bahkan sebelum Hazel merengek untuk minta ikut.
"Ibu, aku gak mau main ini" Hazel ikut dengan ibu, ibu bawa Hazel kecil untuk mandi bola karena Jingga menangis ingin masuk.
"Disini aja ya kak? Adeknya kan masih kecil, gak bisa main yang terlalu bahaya. Ayo Hazel masuk, temenin adeknya" Hazel merengut, semakin kesal karena setelahnya si mbak bercerita kalau ia dan ayah naik mainan yang membawanya keatas langit, Hazel juga mau. Hazel kecil yang bahkan belum sekolah merengek pada ayah untuk kembali ke arena, tapi ayah menolak dengan keras.
"Kakak kalo rewel gini besok-besok gak usah ikut deh. Kan udah janji kalo bakal nurut sama ayah ibu?!" Hazel terlalu kecil untuk menjawab perkataan ayah, jadi yang ia lalukan hanya menunduk dan menangis dalam diam. Tidak ingin ayah tau kalo dia nangis, takutnya nanti dia beneran gak diajak main lagi. Sejak saat itu, Hazel tidak pernah berani merengek atau meminta apa pun ke ayah dan ibu, Hazel berusaha bagaimana caranya supaya dia bisa mandiri.
Hazel menghela nafas pelan, menurutnya mengingat masa kecilnya adalah hal yang menyakitkan. Ia ingat dulu ketika duduk di bangsu sekolah dasar, gurunya pernah meminta mereka untuk bercerita pengalaman indah bersama keluarga. Hazel memang bercerita, tapi hasil dari karangannya. Walaupun ia masih sangat kecil, tapi dia faham kalau yang dia alami itu gak ada yang indah.
Hazel melepas salah satu earphonenya, kepalanya dia putar untuk ngeliat penumpang lain yang mulai terlelap, melepas penat setelah seharian bekerja. Suasana bis malam itu sepi dan hampa. Malam dengan taburan bintang menemani jalan pulang mereka, sangat indah jika dituliskan dengan kata-kata tapi tidak jadi indah karena ternyata didepan ada container dengan muatan minyak bumi yang kehilangan kendali, Hazel tidak tau pasti apakah supir bis mereka ini tertidur atau bagaimana karena tidak ada gerakan dari bis ini yang seakan menghindari container tersebut. Tidak sampai lima detik, bis yang Hazel tumpangi bertemu dengan container tersebut. Tidak tau siapa yang paling parah, tapi Hazel samar mendengar suara ledakan dan hawa disekitarnya yang mulai panas.
🥀__🥀
Part ini ditulis dengan disaksikan asam lambungku yg kumat🙏🏻🙏🏻 Muntah-muntah☑️ pusing☑️ mules☑️

KAMU SEDANG MEMBACA
You
أدب الهواةKamu tuh hal terindah yang pernah dipunya sama orang-orang disekitarmu.