4

1K 157 5
                                    

🥀__🥀

"Jadi?? Yang kabur dari rapat kemarin kemana aja?" Hazel yang baru saja mematikan kompor langsung tertawa, padahal Rena baru saja sampai tapi tanpa basa-basi wanita itu langsung menembaknya dengan pertanyaan seperti itu. Ketiganya memilih beristirahat di kost Yasha dari pada sekretariat untuk hari ini. Jarak untuk kelas selanjutnya lumayan lama, cukuplah buat tidur siang.

"Gak kemana-mana, alun-alun doang"

"Jarang banget padahal pakwe mau ninggalin rapat" Rena mengangguk dengan sahutan Yasha. Sebenarnya daripada penasaran kemana Hazel dan Jev, Rena lebih penasaran ada masalah apa Hazel sampe bikin Jev rela ninggalin rapat demi ngehibur Hazel.

"Gak usah ngeliat gue kayak gitu ah, ya kayak biasanya aja. Gue debat selalu sama ayah. Durhaka gak sih gue ngelawan mulu?"

"Gimana ya Zel, mau kayak gimana juga dia tetep ayah lo Zel" Hazel mengangguk, ia faham sekali kenapa Rena menjawab seperti itu. Rena anak penurut yang tidak pernah membantah apapun kalimat yang keluar dari mulut orang tuanya sangat berbanding terbalik dengannya.

"Gue faham kok kalau gue tuh emang beban keluarga, tapi bisa gak sih gue tuh dibaikin sedikit aja??"

"Zel??" Yasha menatap Hazel dalam.

"Sebenarnya itu orang tua lo yang kurang perduli sama lo atau lo nya aja yang nyari pembelaan dengan semua statement lo yang bertentangan sama mereka sih?" Perkataan Yasha mampu membungkam Hazel, entah berfikir tentang apa yang Yasha ucapkan atau malah sibuk mencari pembelaan diri.



🥀__🥀


Hazel memutuskan untuk langsung pulang setelah kelas terakhirnya, ia kira ayahnya masih ditoko tapi ternyata lelaki paruh baya itu sedang berjongkok mengutak atik motornya Hazel.

"Ayah ngapain??"

"Loh, tumben pulangnya awal. Ini lho, ayah cuma mau ganti oli aja" Hazel mengangguk faham, ia pun merasa bahwa suara yang dikeluarkan motornya sudah terdengar sangar kasar. Ia belum sempat membawanya ke bengkel tapi sudah dinotis ayah duluan. Hazel masuk kedalam rumah, menyimpan backpack nya dan langsung kedapur. Membantu ibu mencuci piring lalu membuatkan ayah segelas kopi.

"Sekalian ini kak" Ibu memberikan satu piring gorengan untuk Hazel bawa keteras. Waktu Hazel keluar, ayah udah selesai sama motornya, ayah udah duduk santai di teras sambil liatin motor satu persatu lewat. Rumah Hazel tuh digang sempit, gak muat buat dilalui mobil.

"Ini yah" Setelah meletakkan satu gelas kopi dan sepiring gorengan, Hazel memutuskan untuk duduk disamping ayah. Fikirannya masih berkelana tentang apa yang Yasha ucapkan tadi.

"Kuliah lancar??" Hazel mengangguk,

"Gak ada yang ngulang kan??" Lagi-lagi Hazel mengangguk. Ia memang sibuk berorganisasi tapi ia usahakan untuk akademiknya tidak tertinggal.

"Nanti kalo sudah lulus, kakak mau kerja dimana?"

"Kalau kakak bilang kakak belum punya tujuan ayah marah gak?" Ayah menggeleng.

"Abis lulus kalo misal kakak mau nikmatin waktu satu atau dua bulan dulu juga gak apa. Tapi usahakan ya kak buat lulus tepat waktu. Ayah lho kasihan sama ibu mu, ayah sama ibu nih udah banyak digunjingin tetangga. Dibilang belagu, gak mampu tapi sok-sokan nguliahin anak" Hazel pernah mendengar ini, ibu langsung yang bercerita.

"Nanti kalo Hazel wisuda, ayah harus gendong Hazel ya??" Ayah terkekeh.

"Doakan ayah panjang umur ya??" Hazel mengangguk kuat.

"Ayah harus panjang umur, ayah harus liat kakak sukses. Kakak gak mau kehilangan ayah sama ibu, kalo bisa mah harus kakak duluan yang pergi" Ucapannya barusan mengakibatkan tepukan kuat dimulutnya dari ibu.

"Kalo ngomong tuh suka sembarangan" Hazel terkekeh, lalu memeluk lengan ibu yang kini sudah duduk disampingnya.

"Aku beneran ibu, aku gak sanggup tanpa ayah sama ibu"





🥀__🥀




Well, kadang kita emang selalu nganggep kalau orang tua kita tuh kayak gak sayang sama kita kalau kita ngeliat sisi mereka yang selalu berantem sama kita. Padahal banyak kok sisi mereka yang keliatan banget kalau mereka tuh sayang sama kita.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang