13

959 167 16
                                    

🥀__🥀

Perlahan tapi pasti Hazel bisa ngerasain kalo jiwanya udah balik lagi dibadannya. Kepalanya pusing kayak ditusuk sepuluh jarum, dia nyium bau obat-obatan dan bisa dia nebak sendiri kalo mungkin sekarang dia lagi di UGD. Dia ngeliat ada Yasha, gadis itu lagi sibuk ngetik sesuatu di ponselnya, tangan Hazel masih lemah tapi dia berusaha buat ngeraih jemari Yasha.

"Zel?? Kenapa?? Apa yang sakit??" Yasha panik, jelas. Tadi dia ditelfon sama kepolisian karna last callnya Hazel tuh dia, jadi dia langsung berangkat kerumah sakit. Kebetulannya lagi dia lagi di sekretariat jadi dia berangkatnya bareng Rena, Jeremi sama Jevano. Mereka empat sama-sama panik.

"Jingaaaa, manaa"

"Jingga ada sebelah, ini lo cuma kehalang dua tirai" Susah payah Hazel bangun karna Yasha gak bantu sama sekali, gadis itu malah ngeliatin dia heran.

"Lo mau ngapain!!!"

"Gue mau liat adek gue Yash, tadi sebelum kesadaran gue ilang gue gak tau dia dimana" Hazel turun pelan dari bangsal, karna gak tega, jadi Yasha bantu Hazel. Ya paling engga Yasha yang bawain tiang infusnya Hazel. Hazel ngeliat disana ada ayah, ibu, mbak Dini sama satu laki-laki yang Hazel gak tau. Mungkin calon suaminya mbak Dini.

"Jii?? Adek?? Adek gak apa-apa kan??" Hazel merhatiin badan Jingga, dari ujung kepala sampe ujung kaki. Pas dia mau megang pipi Jingga dia ngerasain kalo tangannya ditarik dan

'PLAKK'

Ayah nampar Hazel. Kuat banget sampe rasanya kepala Hazel mau lepas.

"KAMU YA!! KAMU TAU KALO ADEK MU BELUM TERLALU BISA LEWAT LAMPU MERAH. KENAPA KAMU AJAK DIA LEWAT DISANA?!!! KAMU SENGAJA MAU NYELAKAIN ADEK MU HAH!!??" Hazel menggeleng kuat, dia memang kadang kesal sama adeknya tapi dia gak pernah ada niat sedikitpun buat nyakitin adeknya itu.

"Yah, ini kecelakaan, Hazel juga korban"

"KORBAN APANYA??! SETELAH INI KAMU MASIH BISA KESANA KEMARI. ADEK MU?? KAKINYA PATAH HAZEL!!!" Isakan Hazel semakin kuat saat ayah mengguncang tubuhnya dengan tenaga yang ayah punya. Hazel gak sengaja ngeliat ayah naikin tangannya lagi, karna tau kalau dirinya bakal ditampar lagi Hazel langsung pejam. Berharap bisa mengurangi perihnya nanti.

Satu detik, dua detik, bahkan sudah dihitungan ke sepuluh Hazel gak ngerasain tangan ayah mendarat dipipinya. Hazel memberanikan diri buat ngangkat kepalanya, dia kaget banget waktu ngeliat tangan ayah ditahan sama bunda, ibunya Jevano.

"Jangan sekali-kali kamu berani main tangan sama anak saya!!" Ucapan itu cukup tegas dan tatapannya pun sangat menusuk.

Ayah menghentakkan tangan bunda agar tangannya bisa lepas. Ia balik menatap tajam bunda. "Gak usah ikut campur anda, anda siapa?! Saya ayahnya anak ini!!" Hazel lagi-lagi menundukkan kepalanya waktu ayah nunjuk dia.

"Dia anak saya!! Kayak kalian ini gak berhak ngaku diri kalian orangtuanya Hazel. Kamu liat anak kamu?? bahkan darah dikepalanya masih ngalir, tapi kalian udah mukulin dia!!" Ibu langsung noleh dan benar. Ada darah segar disana, mengalir melewati pipi hingga leher gadis itu. Ibu maju perlahan, ingin mendekap Hazel tapi Jevano dan Rena cepat narik Hazel dan nyembunyiin Hazel dibelakang mereka. Yasha masih diam, dia terlalu shock. Selama ini ia tumbuh dikeluarga yang harmonis, bahkan papinya gak pernah bicara keras ke dia dan mami. Jadi wajar kalo dia sekaget itu.

"Kalau kalian gak mampu ngurus Hazel, biarkan dia bersama kami!!" Papi Yasha muncul dibalik tirai, lelaki itu narik Yasha pelan untuk ninggalin keluarga Hazel, Bundanya Jevano juga ikut ditarik pelan sama mami. Sebelum benar-benar meninggalkan keluarga itu, bunda ngasi mereka peringatan keras.

"Setelah ini, kalau kalian masih nyari Hazel dan cuma mau nyakitin dia. Saya gak akan tinggal diam!!" Usai mengucapkan itu bunda mempercepat langkahnya, mereka berniat membawa Hazel kerumah sakit lain, benturan dikepala Hazel cukup kuat, mereka takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Maaf bunda telat" Bunda mengeratkan pelukkannya, tangis Hazel yang sedari tadi belum berhenti kini semakin kuat. Isakan gadis itu bikin fokus Jev yang lagi nyetir terpecah.

"Jev, nyetirnya yang fokus!!" Rena duduk disamping setir nyoba buat nyadarin Jev. Dia juga sama, tangannya gemeteran, dia gak bisa gantiin Jev buat nyetir.

"Bunda janji Zel, abis ini gak bakal ada tangisan pilu ini lagi. Kamu udah terlalu lama menderita nak" Gak ada satu orang pun didalam mobil itu yang gak nangis. Awal tau cerita Hazel mereka semua gak mau ikut campur karena memang Hazelnya gak pernah minta pertolongan mereka, mereka gak mau ikut campur karena bagaimana pun yang memperlakukan Hazel seperti ini adalah orang tuanya. Gadis itu kehilangan kepercayaan dirinya, fisik Hazel memang sehat, tapi tidak dengan jiwanya. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mereka menyelamatkan Hazel dari keluarganya yang sudah sangat keterlaluan. Hazel, gak apa sayang, setidaknya kamu punya orang-orang yang menyayangi kamu tanpa menuntut apa pun.

🥀__🥀

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang