05 | Perasaan Ini Tidak Mau Pergi

8 0 0
                                    


Izinku berhasil karena alasan Aryo yang tidak masuk akal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Izinku berhasil karena alasan Aryo yang tidak masuk akal. Tekadku bulat untuk datang ke acara yang diselenggarakan oleh orang-orang KKN di desa dan aku tidak mendapatkan izin untuk menginap di rumah Rahul. Alasannya datang karena Ibuku ingin jalan-jalan berkeliling bersamaku setelah memutari pasar di pagi buta.

"Bu, sama Aryo 'kan bisa." Ujar Kakakku sebelum kami naik ke dalam mobil.

"Nggak mau. Beda anak beda suasana. Ibu mau besok Arya antar ke pasar habis itu keliling cari angin." Ibuku sangat keras kepala.

"Diam di depan kipas angin juga sama-sama cari angin 'kan." Celetukku yang berniat untuk memecahkan suasana malah Ibuku semakin tidak terima.

"Bu... Cuma semalam Arya disini. Besoknya 'kan bisa jalan-jalan." Aryo bernegosiasi dengan sifat keras kepala Ibuku. "Gini aja. Aryo ada ide!" Aku menoleh menatapnya. "Ya! Aku bawa mobilmu sebagai jaminan..."

Itu tidak mungkin.

Aku tidak suka mobil Aryo dengan banyak alasan selain berwarna hijau. Merah adalah warna kesukaanku sejak dulu. Itu juga menggambarkan merah sebagai kemewahaan. Mobil Aryo berwarna hijau yang berkesan orang tua. Berpenampilan anak muda dengan sepatu booth kulit bermerek Timberland, celana jeans Levis original dan kemeja Quiksilver yang berharga tidak murah. Sudah ganteng seperti ini, aku harus membawa mobil mencerminkan orang tua jompo yang dijemput anaknya?

Tidak!

"Aku tahu kau tidak suka ini." Aryo menatapku menggelitik menahan tawanya. "Tapi yang namanya jaminan harus sesuatu yang berharga. Mobilmu adalah salah satunya. Bensin di mobil itu sudah terisi penuh 'kan?"

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu! Jangan sampai aku pulang naik angkot atau ku bakar mobil mu itu!"

Aryo nampak berpikir. "Aku berharap bisa melihatmu turun dari angkot."

"Aryo! Apa kau miskin sampai tidak bisa beli bensin untuk mobilmu sendiri?!" pekikku keras tidak menghiraukan orang lain melihat kami dengan pandangan miring.

"Benar. Aku orang miskin." Aryo memberikan wajah memelas dihadapanku. "Karena kau kaya, maka isi bensin di mobil itu. Aku sempat melihat pom tidak jauh dari sini. Sebelum kau mengajak dia berkencan, mampirlah kesana. Mana mungkin kau ingin menyuruh dia mendorong mobil sampai pom."

"Cukup! Aku tidak datang ke acara itu untuk mencarinya!"

"Kau berbohong! Arya, aku mengenalmu, jika kau berbohong, kedua telingamu akan memerah. Lihat."

Dengan cepat aku menutup telingaku yang memanas. "Itu tidak benar!"

"Kau manis sekali." Aryo menatapku dengan tatapan terpana. "Ibu, kenapa Ibu tidak berencana membuat dua adik perempuan dari pada laki-laki?"

Pertanyaan Aryo yang nyeleneh itu dihadiahi pukulan renyah di lengannya. "Kamu pikir seorang ibu adalah pabrik pembuatan anak?! Jadi bagaimana ini?!"

Aku menarik nafas dalam-dalam. Ini akan menjadi penyesalan dan terkutuklah Aryo jika dia membuatku mendorong mobilnya. Dengan tidak tulus, aku mengeluarkan kunci mobilku dari saku. "Ini. Satu goresan, bayar!"

Mereka Semua Tidak TahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang