⚠️
Bisa kukatakan, kekurangan ku yang penuh akan segala hal benar-benar membuatku sangat terpuruk. Belum lagi hal buruk dalam kesan terakhirku dengan Arini yang lagi-lagi tak berjalan mulus.
Sudah bisa ditebak. Akulah yang berjuang, tidak dengan Arini yang terdiam.
Arini tidak menginginkan langkah pertama datang kearahku. Seakan jarak yang kita miliki semakin panjang dengan diriku yang lari ditempat dari kejauhan.
Berbicara mengenai kesenjangan ini, kisah Aryo sama pilunya denganku. Walau kisahnya tetap berakhir di atas meja pelaminan, Aryo menjadikan dirinya contoh untukku untuk tetap berjuang dengan segala hal yang halal.
Tindakannya mungkin dimata hukum tidak disalahkan, namun dalam sisi agama yang kita pegang, mau tidak mau membuatnya meminta pengampunan di mata Tuhan.
Malam itu, Rahayu, calon kakak iparku yang belum di sahkan penghulu itu datang untuk bertamu. Dia membawa bungkusan terang bulan yang menggiurkan dan seenakku datang untuk mengambil satu potongan. Duduk disebelah Ibu yang menyambut kedatangnnya diawal, aku melahap makanan lembut dan manis itu untuk kedua kalinya merasakan kepanasan.
"Aryo sedang keluar sama teman-temannya dari sore. Nak Rahayu ada janji keluar sama Aryo?" Ibuku bertanya dengan lembut.
Ibu masih mengenakan rukuhnya yang dia sampirkan di bahunya, habis sholat Maghrib dan aku baru juga baru turun dari masjid.
Rahayu menggeleng. "Saya kesini mau ketemu Ibu."
Dari ekspresi Rahayu, aku melihat pandangan ragu sekilas dengan ketakutan dan ditutupi dengan polesan bedak tipis yang dia kenakan. Kantung mata yang agak melonggar tidak mengesankan dirinya berantakan. Bahkan tatanan rambutnya yang biasa digulung kebelakang, kini terurai panjang.
Ibuku merapatkan kakinya duduk disofa dengan tubuhnya sedikit maju kedepan. Melihat dengan seksama namun penuh perhatian hangat pada Rahayu yang seakan ragu untuk memulai pembicaraan.
Tanggal pernikahan belum diaturkan bahkan pertemuan kedua keluarga belum juga terlaksanakan. Setiap kali Ibu mendapatkan kesempatan untuk bertanya pada Aryo kapan seluruh keluarga bisa ke rumah Rahayu, pria itu hanya menjawab, "belum ketemu waktu yang pas, Bu."
Apa kakak iparku nanti bukan Rahayu lagi?
Sial. Tentu saja pikiran burukku yang merangkak keluar kepala itu menghilang setelah mengingat tiga hari lalu Aryo meminta izin ke rumahnya.
"Begini bu..." Rahayu melumat bibir berkincu merah muda tipis itu dengan cepat. "Saya hamil anak Aryo, Bu."
Aku tersedak martabak panas.
Bajingan brengsek itu.
"Apa...?" ucap Ibuku yang turut terkejut.
Aku menelan makanan panas itu bulat-bulat dengan tatapan penuh kejut pada perut Rahayu yang rata dibalik tas selempangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka Semua Tidak Tahu
RomanceMereka semua hanya tahu aku bahagia Mereka semua hanya tahu aku mencintainya Mereka semua harus tahu jika perasaanku bisa hancur karena cintanya ----- Pertemuan Arya yang mengajaknya mengenal sosok Arini dalam pertemuan singkat ketika dia berkunjung...