Feb 2022
Selamat Membaca ❤️✨
“Bulan Lo tadi kenapa? Kambuh lagi?” Zahra terlihat khawatir saat melihat Bulan sudah tertidur pulas di pundak Sandy yang ditimpa boneka Nemo milik Nadira yang ada di mobil Mama Sandy tadi sore.
Mereka berempat sudah selesai bermain-main di Mall. Saat kembali ke mobil, mereka melihat Bulan yang tidur di dalam mobil ditemani Sandy.
“Hm,” Bulan mengangguk.
Zahra menghela napas. Gadis itu bertandang ke rumah Bulan dan Bintang. Ia belajar bersama Bulan di kamar Bulan. Sementara Putra, cowok itu belajar bersama Bintang di ruang tamu.
“Kata Mama gue, Lo sempat ketemu dokter bedah jantung. Lo... Mau operasi jantung, Lan? Kapan?” tanya Zahra.
Bulan meletakkan pulpennya di atas buku.
Ia menggeleng. “Gue gak tau, Ra. Gue rasa Papa gak mau ngeluarin uang buat operasi ablasi atrium sama pemasangan pacemaker... Lagian... Biayanya mahal, Ra...” suara Bulan terdengar lirih. Ada nada ragu di dalam kalimatnya.
Ia menunduk. Entah kenapa ia merasa sangat sedih. Matanya dengan mudah langsung berkaca-kaca.
Zahra yang duduk bareng di spring bed Bulan segera menutup bukunya dan beringsut mendekati Bulan.
Gadis itu memeluk Bulan dari samping.
“Jangan sedih, Lan...”
Bulan mengangguk, tapi air matanya malah menetes.
“Bulan, jangan sedih... Lo pernah bilang kalo keluarga besar Mama Lo bakal biayain operasi Lo, kan?”
“Iya, Ra...”
Zahra mengelap air mata Bulan lembut dengan jemari tangannya.
“Jangan nangis, Bulan... Lo pasti sembuh. Oke?”
Bulan mengangguk. “Tapi gue makin sering sakit jantung, Ra. Gue takut... Gue takut mati——” Bulan terisak pelan. Bahu gadis itu berguncang halus.
Zahra mengelus lengan Bulan.
“InshaAllah Lo bakal sembuh, kok, Bulan...”
“Kenapa Lo, Ra? Kok ngelamun?” Sandy melihat Zahra melamun di ruang OSIS. Mereka akan melakukan rapat satu jam lagi. Mereka akan membahas perihal pensi yang akan diadakan sebelum anak kelas 12 Ujian Nasional.
Rencananya sekolah akan menggelar pensi di awal bulan Februari. Masih ada waktu dua bulan lagi. Bulan ini masih bulan November.
Zahra tersentak. Ia menggeplak lengan Sandy kesal.
“Ngagetin Lo, ah!” dumel Zahra. Hampir saja jantungnya copot.
Sandy memegang lengannya. Sakit banget kena tamparan tangan Zahra.
“Sakit, woi!” Sandy duduk di sebelah Zahra.
“Abisnya Lo ngomong di sebelah telinga gue. Kaget, lah,” jelas Zahra.
“Iya, maaf... Judes banget, sih. Heran,” Sandy meletakkan tasnya ke atas meja.
Zahra membuang napas kuat. “Hahh...”
“Kenapa Lo? Kek banyak masalah banget,” kata Sandy.
Zahra menopang dagunya dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. J - ✓ Jangan Baper, Ya!™
Roman pour AdolescentsSandy Baskara, cowok itu diminta untuk mengantar Bulan pulang setiap hari Sabtu. Perlahan tapi pasti, mereka semakin dekat. Namun, siapa sangka kalau Bulan tak akan lagi pulang dengannya setiap Sabtu? "Jangan baper, ya. Gue gak suka sama Lo. Gue cum...