Dua Belas

227 47 12
                                    

Feb 2022

⚠️ Maaf isinya gak direvisi selama diunpublish, gak sempat ✌️😂

Selamat Membaca ✨


“Lan, ini kalian kayak foto keluarga, ya,” komentar Jamal yang melihat postingan foto di Instagram Nadira, sepupunya. Ayah Nadira adalah kakak laki-laki ayahnya Jamal. Jamal dan Nadira dekat banget. Sampai-sampai Nadira menandai dirinya dan Zahra yang tidak hadir pada saat ulang tahun Bu Tamara, ibu kandung Sandy.

Zahra yang melihat ponselnya dan membuka postingan tersebut mengangguk setuju.

“Bulan kayak istrinya si Sandy aja kayak gini. Mama sama Papa Sandy kayak foto bareng anak menantu,” komentar Zahra. Mata gadis itu melirik wajah Bulan dan Sandy.

Wajah Sandy bersemu merah. Entah karena makan bakso pedas plus panas, atau karena tersipu.

Kalau Bulan?

Gadis itu terlihat biasa saja. Ia lebih sibuk berkirim pesan entah dengan siapa.

“Lan. Lo chatting sama siapa sih? Serius banget?” Zahra mengerucutkan mulutnya. Niatnya ingin menggodai Bulan dan Sandy, tapi kenapa cuma Sandy doang yang kelihatannya malu-malu?

Bulan melirik sejenak ke arah Zahra.

“Keenan. Ada-ada aja obrolan dia. Gak berhenti-berhenti,” kata Bulan.

Sandy yang mendengar nama itu disebut langsung kehilangan selera makan. Ah, kenapa Sandy jadi kesal? Efek cemburu?

San, ingat jangan cemburu. Bulan cuma temen. Gak lebih,” batin Sandy.

“Weh, gebetan Lo?” tanya Jamal setelah mengetik komentar di postingan Nadira.

Bulan mendengus. “Ih, enggak, Mal. Masih pedekate doang. Belum gebetan,” sangkal Bulan.

Belum?? Jadi maksud dia? Mau jadi gebetan terus jadi pacar, gitu? Iya?” batin Sandy. Bibir cowok itu maju satu sentimeter.

“Sama aja itu, mah,” balas Zahra. Cewek itu melirik raut wajah Sandy. Sandy yang duduk di sebelah Bulan terlihat cemberut. Cowok itu melirik ke ponsel Bulan, tapi Bulan langsung menjauhkan ponselnya.

“Sandy, apaan sih? Mau baca-baca Lo ya?” kata Bulan keki dan malu. Wajah gadis itu memerah.

“Idih, wajah Lo merah tuh. Ngobrol apa sampe blushing gitu?” cecar Sandy. Kelihatan banget sewotnya.

Bulan menyentuh pipinya. Semakin malu.

“Ih, gue kan malu masa Lo baca isi chat gue? Kan ini privasi?” Bulan membela diri.

“Apaan? Gak ada privasi-privasi. Lo tu sahabat gue jadi gue mesti tahu isinya. Sini, coba liat,” tagih Sandy.

Zahra menyikut lengan Jamal yang duduk di sebelahnya melihat dua orang yang duduk di depan mereka. Jamal balas menyikut.

Apa yang ada di pikiran Jamal dan Zahra sama. Mereka berpikir kalau Sandy cemburu sehingga mereka saling sikut sambil melihat wajah Sandy yang kesal.

Bulan langsung memasukkan ponsel ke saku bajunya. Ia menutup saku dan ponsel dengan kedua tangannya. Gadis itu membelakangi Sandy yang ingin mengambil ponselnya.

“San, woi. Jangan gangguin Bulan, deh. Itu privasi,” tegur Jamal.

Sandy menoleh. “Ya gak bisalah. Bulan itu sahabat kita. Kita harus tau isinya. Lo berdua juga pasti mau tau,” balas Sandy.

“Gue gak pengen tau tuh,” kata Zahra dengan tampang lempengnya. Dia langsung berasumsi kalau Sandy cemburu. Entahlah. Dia juga masih mengkaji intuisinya itu.

3. J - ✓ Jangan Baper, Ya!™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang