Feb 2022
⚠️ Cerita ringan
⚠️ Maaf isinya gak direvisi selama diunpublish, gak sempat 😂
Selamat Membaca ✨
“Bulan, gue mau kasih ini buat Lo. Cokelat yang gue beli pake uang gue sendiri,” seorang cowok bernama Keenan, anak ekskul teater yang terkenal ganteng dan sering menjadi pemain utama di webdrama romantis memberikan sekotak cokelat untuk Bulan.
Bulan yang lagi memilih buku soal di rak perpustakaan untuk persiapan belajar buat ujian semester nanti, menoleh melihat cowok tinggi berbadan tegap dengan proporsi tubuh ideal di sebelahnya mengulurkan kotak berwarna hitam berbahan kertas yang terlihat mengkilap dengan pita emas ber-glitter terikat cantik di tutup kotak.
Kotak balok memanjang itu diterima Bulan.
Gadis itu terkejut mendengar penuturan cowok di depannya.
“Cokelat yang Lo beli pake uang hasil kerja Lo?” Bulan melihat cowok itu. Keenan Hermawan.
Cowok bernama Keenan itu mengangguk.
“Dalam rangka apa nih, kalo boleh tau?” Bulan tersenyum manis. Ia tahu cowok itu dari kelas sebelah. XI IPA 3.
Cowok itu sudah pernah menembak Bulan. Lima kali dan selalu Bulan tolak. Sebab, Bulan waktu itu menyukai Putra. Sekarang? Entahlah. Akhir-akhir ini ia tak memikirkan Putra lagi. Ia lebih sibuk memikirkan kesehatannya.
Keenan menggaruk tengkuknya. Jujur, ini keenam kalinya ia akan menembak Bulan, tapi ia masih gugup.
Bulan selalu menolaknya secara halus, tapi ia tidak putus asa. Ia tetap menyukai Bulan. Tetap mengejar Bulan. Tetap diam-diam memerhatikan Bulan sejak SMP sampai sekarang.
Keenan juga tahu kalau Bulan sebenarnya tidak pacaran dengan Sandy. Ia pernah mendengar percakapan Sandy dan Zahra perihal mengantar Bulan tiap Sabtu. Itu hanya permintaan Zahra.
Rumor Bulan berpacaran dengan Sandy adalah kebohongan belaka. Ia tahu itu, tapi ia tidak mengatakan pada orang-orang. Ia hanya menyimpan kebahagiaannya itu dalam hati.
Sementara itu, Sandy sedang memilih buku soal Matematika di lorong sebelah. Ia mengambil satu buku dan terlihatlah Bulan dari celah itu.
Ia mengintip dari balik celah.
O’o! Ada cowok yang berbicara dengan Bulan. Pantas saja ia mendengar nama Bulan disebut.
Ia pikir ia berhalusinasi karena akhir-akhir ini Bulan selalu mengganggu pikirannya. Gadis itu selalu muncul di kepalanya. Ternyata ia tidak berhalusinasi.
Sandy mengintip dan memasang kuping baik-baik. Cowok itu menggeser buku perlahan agar dua orang itu tak sadar bahwa mereka sedang diawasi.
Untung saja rak buku soal Kimia yang berdempetan dengan rak buku soal Matematika yang tepat berada di depannya kosong sehingga ia bisa mengintip lebih leluasa tanpa halangan susunan buku di rak buku soal Kimia.
“Gue suka sama Lo, Bulan. Lo mau gak, jadi pacar gue?” ucap Keenan yang berhasil membuat Sandy mendelik kaget. Jantungnya berdegup tak keruan.
Bulan ditembak cowok? Di depan matanya?!
Bulan mendengus geli.
“Lo kok suka sama gue? Lo tau kan, gue sakit?” kata Bulan sambil menimbang-nimbang kotak coklat di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
3. J - ✓ Jangan Baper, Ya!™
Novela JuvenilSandy Baskara, cowok itu diminta untuk mengantar Bulan pulang setiap hari Sabtu. Perlahan tapi pasti, mereka semakin dekat. Namun, siapa sangka kalau Bulan tak akan lagi pulang dengannya setiap Sabtu? "Jangan baper, ya. Gue gak suka sama Lo. Gue cum...