Feb 2022
⚠️ Maaf isinya gak direvisi selama diunpublish, gak sempat 🙏😄
Selamat Membaca ✨
"Bulan, temenin gue ke Mall yuk," Sandy mengajak Bulan ke Mall sebelum pulang ke rumah.
Bulan melirik jam tangannya. Pukul 2 siang. Hari ini bukan hari Sabtu. Tidak ada jadwal pulang bareng. Harusnya ia pulang dengan Zahra.
"Gue pulang sama Zahra, San. Gue mau-mau aja sih, tapi entar si Zah--"
"Lan!!" teriakan nyaring seorang Zahra membuat Bulan menghentikan ucapannya.
Zahra berlari kecil ke arah Bulan dan Sandy. Ada Jamal yang berjalan dengan langkah lebar di belakang Zahra.
"Lan, gue pulang sama Jamal. Lo pulang sama Sandy, ya," kata Zahra.
Sandy senyum. Senang banget Zahra melancarkan aksinya di waktu yang tepat.
"Lah, tumben. Biasanya sama gue," kata Bulan.
Jamal menarik tas Zahra. "Gue yang ngajak, Lan. Duluan, ya," kata Jamal. Cowok itu segera menyeret Zahra agar menjauh dari Bulan dan Sandy.
"Bye!" Zahra kelihatan senang banget. Senyumnya merekah. Begitupula Jamal.
"Mereka keliatan senang banget pulang bareng."
"Gue juga."
Bulan noleh. "Sama gue juga."
"Eh?"
Senyum Bulan merekah. "Iya gue senang liat mereka senang."
Ah, bisa-bisanya Sandy malah mengira Bulan senang karena pulang bareng dengannya. Halu.
Entah kenapa Bulan merasa yang disenangi Sandy bukanlah apa yang ia senangi. Apa Sandy senang pulang dengan Bulan? Bulan segera menepis pemikiran itu. Tidak mungkin. Mana mungkin Sandy suka pada Bulan, bukan?
"Sama dong isi hati kita," kata Sandy.
Nah, kan. Sandy senang karena Zahra dan Jamal pulang bareng?
Bulan mengangguk. "Iya. Yuk, ke Mall. Tapi aku gak jalan banyak boleh? Takut capek," pinta Bulan.
Sandy mengangguk. Ia sudah memperkirakan itu. Cowok itu juga sudah tahu tempat yang akan ia tuju. Jadi ia yakin tidak akan membuat Bulan kehilangan banyak energi.
"Mama Lo ulangtahun?" tanya Bulan setelah mereka membeli jam tangan merk Alexandre Christie yang sudah dibungkus kertas kado dan diberi kartu ucapan.
Sandy mengangguk. Cowok itu menatap Bulan yang berjalan di sebelahnya.
Mereka baru saja keluar dari salah satu toko jam di Mall. Sebelumnya, Sandy dan Nadira sudah datang ke toko itu. Sudah sempat melihat-lihat. Tapi mereka belum memutuskan beli karena belum tahu apa yang Mama mereka inginkan. Hingga akhirnya hari ini mereka memutuskan membelinya. Sandy yang disuruh beli karena Nadira tidak bisa ikut. Sibuk jaga toko.
"Iya. Empat hari lagi. Hari Minggu," jawab Sandy.
"Yang keberapa?"
"Lima puluh."
Entah kenapa Bulan jadi teringat almarhumah ibunya. Mungkin, kalau masih hidup, ibunya pasti berumur empat puluh lima tahun.
Sandy meraih tangan Bulan, menariknya hingga tubuh Bulan mendekat padanya.
Bulan kaget. Gadis itu mengerjapkan matanya.
"Lo jangan ngelamun. Hampir aja nabrak stand promosi, tuh," Sandy menunjuk papan stand promosi di sebelah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. J - ✓ Jangan Baper, Ya!™
Novela JuvenilSandy Baskara, cowok itu diminta untuk mengantar Bulan pulang setiap hari Sabtu. Perlahan tapi pasti, mereka semakin dekat. Namun, siapa sangka kalau Bulan tak akan lagi pulang dengannya setiap Sabtu? "Jangan baper, ya. Gue gak suka sama Lo. Gue cum...