Andra tampak melangkah kakinya santai menuju sebuah kelas. Tapi bentar, ini bukan arah kelasnya. Melainkan kelas XII IPS 1.
Andra mengedarkan pandangannya kala sudah sampai didepan kelas itu, ia melihat sosok yang sedang menelungkupkan wajahnya diantara lipatan tangan, yang sangat ia kenali bahwa itu adalah istrinya.
Kakinya melangkah mendekatinya, namun gadis itu belum juga sadar.
Kelas ini memang sepi, bahkan hanya ada Dinda dikelas.
Ditariknya bangku kosong lalu duduk disebelahnya, Dinda yang merasa terusik segera mendongak. Dan betapa terkejutnya kala disampingnya ada suaminya.
"Andra, kamu ngapain?"
Andra menyedekapkan tangannya "kenapa?"
Dinda yang masih tak mengerti hanya menampilkan wajah polosnya "maksud?"
Andra berdecak "Ck, kenapa gak ngantin?"
Dinda yang paham hanya mengangguk anggukkan kepalanya. "ngapain?"
"Berak! ya makan lah" balasnya tak santai
"Lha kok ngegas!"
"cepet jelasin!"
Dinda memutar bola matanya malas.
"Ya ngapain ke kantin, orang gak punya duit masa suruh ngutang" jelasnya jujur.
deg
Andra merasa tertusuk. Memang ia akui selama menikah ia sama sekali tidak memberikan uang sepeser pun.
"kenapa gak minta?"
"Gak mau lah, harusnya peka"
tanpa babibubebo Andra merogoh saku celananya, diambilnya sebuah dompet lalu dikeluarkannya satu buah black card.
"pake"
"eh gak, tadi cuma bercanda. Aku masih mampu cari uang kok"
"Gak, udah tugas gue"
"Gak mau, aku bisa kerja kok ndra beneran"
Andra semakin dibuat geram, istrinya ini sangat suka sekali membantah.
"Lo terima atau nanti malam lo gue terkam?!"
Dinda melototkan matanya tak percaya, ia dibuat ketar ketir oleh suaminya ini.
"i-iya gue pake"
Tak selang lama keempat babinya Andra datang dengan membawa sekantong plastik.
Dan kalian tau apa reaksi mereka melihat Andra tengah dengan gadis cupu ini?
Terkejut, Terkaget, Terjungkal, Terlempar, Pokonya Ter Ter lah.
"Nih pesenanya bos, oh ya btw Lo ngapain disini?"
Andra menerima plastik itu "Nanti gue jelasin"
"Makan" ujar Andra sembari menyodorkannya.
Dinda sedari tadi hanya menunduk, tiba tiba saja nyalinya menciut.
Andra yang menyadari perubahan Dinda pun segera bangkit, "jangan lupa dimakan" uajrnya lalu meninggalkan kelas itu diikuti dengan para babinya.
Kini Andra dan mereka semua menuju sebuah rooftop, ia akan menjelaskan semuanya kepada mereka.
"Terus Lo udah cinta sama dia?" tanya alan
"Belum"
"Kalo sayang?" kini giliran Adit yang bertanya
"Belum juga"
"Terus yang Lo rasa apa?" tanya Agam
"Gak tau"
"Ya Lo ngrasa nyaman atau apa kek setidaknya"
Andra menaikan bahunya, "gue cuma udah terbiasa dengan kehadiran dia"
"Ndra?" panggil Agam pelan
"hm"
"Lo udah unboxing?"
"udah"
"HAHH?!" teriak mereka berempat
"Terus, terus rasanya gimana bos?"
"Nyeri nyeri sedap" jawabnya santai
"HAHHH?!!"
"Bos, Lo beneran kan?"
"Gak, bercanda"
Sedangkan keempat temannya memutar bola matanya malas.
"Ye anjir, kirain udah beneran"
"Iya kalo udah kan sabilah cerita"
"itu si mau Lo"
"Lo juga mau kan"
Andra tak menghiraukan perdebatan mereka, ia memilih memejamkan matanya untuk menikmati semilir angin.
***
Kini pasangan suami istri itu sedang berada di ruang keluarga.
Dinda sedang fokus dengan layar televisinya, sedangkan Andra sibuk dengan game diponselnya.
Posisinya Andra tiduran dengan paha Dinda sebagai bantal, dan tidak lupa dengan tangan Dinda yang mengelus rambut hitam milik suaminya itu atas dasar paksaan.
Entah mengapa Dinda merasa aneh dengan sikap Andra. Ketika dirumah ia akan menjadi orang yang manja.
Tapi tak apa, ia tak akan menyiakan kesempatan ini mengingat ucapan Andra beberapa hari lalu yang membuat dirinya sakit hati.
"Ndra" panggilnya kala kartun si botak itu sedang iklan.
"hm"
"emang bener sekolah kita bakal tanding basket?"
"hm"
"Tandingnya minggu besok?"
"hm"
"ih Andra bisa gak sih jawab selain hm" ujarnya kesal sembari menggeplak pelan kepala itu.
"Iyaaa nyonya Mahendra"
blushhh.
PENGHULU! AMBULANCE! TOLONG BAWA DINDA KE SPESIALIS KEBAPERAN!
Rona wajah Dinda sudah seperti kepiting rebus " apaan sih!"
"ipiin sih"
"kok kamu nyebelin"
"kik kimi nyibilin"
"Andraaaaa!"
"Indriiiiiiii!"
Dinda yang sudah kelewat kesalpun menjambak rambut yang sedang dielus itu.
"awsh, sakitt"
"bodo"
"bidi"
"Andra ihhhh"
"Indri ihhh"
hiks, hiks. Siapa yang menyangka kala ternyata gadis kecil itu kini menangis.
Andra ketat ketir melihatnya "Lah kok nangis?"
"Lih kik ningis" giliran Dinda balas dendam.
"Heh!"
"Hih!"
"Mulutnya pengin di cium ya?"
"Militnya pingin diciim yi"
Cup.
WHATTTTTT?!!!!!
Dan benar saja Andra tak main main dengan ucapannya, ia mengecup sekilas bibir pink istrinya itu.
Ternyata benar, seorang pria tidak pernah menyadari dirinya menyakiti pasangannya. Tapi ia selalu ingat ketika ia disakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANDRA
Teen FictionNikah diumur 18 tahun sama sekali bukan list dalam hidup Dinda.