Breaking Up

51 20 2
                                    

Pada akhirnya Yoora memang harus benar-benar percaya bahwa segala keberuntungannya memang tidak akan diberikan secara cuma-cuma. Harusnya Yoora sudah mengerti jika ada keberuntungan besar dalam hidupnya, maka ia harus membayar dengan hal yang besar pula.

Sangat sulit bagi Yoora untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan. Untuk Yoora sendiri kebahagiaan itu mahal. Kalau diibaratkan dengan manusia maka si bahagia ini memiliki sifat yang pamrih, tidak ingin membantu tanpa adanya imbalan. Rasa bahagia itu enggan menghampiri Yoora.

Tak Yoora sangka bahwa hal ini yang harus Yoora bayarkan setelah mendapatkan keberuntungannya. Kalau Yoora boleh menawar, Yoora lebih memilih membayarnya dengan yang lain, asalkan jangan yang ini. Yoora lebih memilih untuk jatuh miskin daripada begini.

Minhyuk, lelaki itu mengakhiri hubungannya dengan Yoora. Hubungan yang mereka jalin selama lebih dari lima tahun, hubungan yang mereka jalin saat di sekolah menengah pertama sampai saat ini harus kandas begitu saja dengan alasan yang Yoora sendiri tidak pahami.

Bahkan baru tiga hari Yoora menginjakkan kaki disekolah ini, belum genap satu minggu juga Yoora merasakan pisah rumah dengan ibu tirinya, bahkan rasa bahagia ia saat ini belum cukup untuk menutup luka kemarin. Dan kini luka tersebut kembali terbuka. Kebahagiaan selalu direnggut paksa dari genggaman Yoora.

"Ayo kita putus."

Ketika kalimat itu keluar dari bibir Minhyuk, dunia Yoora seakan runtuh seketika. Bodohnya Yoora yang merasa senang diajak untuk pergi ke rooftop saat jam istirahat. Bodohnya ia karena berpikiran jika Minhyuk menyiapkan semacam piknik ditempat tertinggi Hanlim ini. Kenyataanya jauh sekali dari ekspektasinya.

Walaupun terasa seperti ribuan ton jatuh menimpa hatinya, Yoora tidak menangis, lebih tepatnya sedang menahan tangisnya. Ia sudah bersumpah kepada dirinya sendiri bahwa ia tidak boleh terlihat lemah dihadapan lelaki, pengecualian untuk Moonbin kakaknya.

"Kenapa?"

Hanya itu jawaban yang mampu keluar dari mulut Yoora. Sedikit bergetar, namun semaksimal mungkin Yoora tutupi agar tak terlalu kentara bahwa ia tengah menahan tangis. Dan Minhyuk berhasil ia perdaya, terbukti dengan responnya yang biasa saja.

"Aku udah ga ada rasa sama kamu."

Ada satu janji yang pernah mereka buat dahulu kala bahwa ketika salah satu ada yang meminta untuk berpisah, maka pihak yang diputuskan harus menerimanya tanpa ada alasan apapun. Yoora menepati janji itu, ia mengangguk dengan gerakan kaku, menyetujui perpisahannya dengan Minhyuk.

Melihat hal itu Minhyuk pun segera membawa Yoora kedekapannya, namun tentu saja sang empu dengan sigap mendorong tubuhnya dengan kuat membuat Minhyuk sedikit terhuyung kebelakang.

"I'm sorry, Ra. I want to hug you for the last time." kata Minhyuk dengan suara parau. Yoora tahu jika Minhyuk pun terluka dengan ini semua, tapi kenapa? Kenapa Minhyuk memilih memutuskannya?

"Don't hug me!" ucap Yoora datar. "Don't make it hard for me to let you go!" lanjutnya dengan suara lirih.

Minhyuk mengangguk mengerti. "Yaudah aku ga peluk."

"Then, go!"

Minhyuk lagi-lagi mengangguk. "Jaga diri baik-baik ya Ra?"

Yoora berdecih, "I'm not a baby."

"But sometimes you like a baby."

"Just go away!"

Minhyuk tersenyum, tangannya terangkat mengusap puncak kepala Yoora. Ditatapnya iris hazel Yoora dengan lembut membuat sang empu hanya mampu diam terpaku.

Decision - AstroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang