Sang mentari tampak malu-malu untuk menunjukkan dirinya membuat awan hitam akhirnya menghiasi langit sehingga bulir-bulirnya turun membasahi Seoul dipagi hari. Aroma petrichor yang kuat menguar ketika hujan menyentuh permukaan tanah. Awan mendung itu tidak ingin pergi seolah-olah melambangkan isi hati seorang gadis yang tengah bersedih.
Sepasang kakak beradik Moon itu tiba di Hanlim tepat lima menit sebelum bel berbunyi. Macet menjadi alasan untuk mereka yang hampir saja terlambat menghadiri kelas. Dan kini pelajaran telah berlangsung selama dua puluh menit sejak bel dibunyikan.
Yoora hanya terduduk kaku disisi sang mantan kekasih. Tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari lisan keduanya menjadi pertanda bahwa ada dinding besar yang menghalangi keduanya. Jika biasanya selama pelajaran kedua tangan mereka saling bertaut, kini hanya kehampaan yang menggenggamnya. Yoora hanya tersenyum kecut mengingat kenangan yang baru ia dapatkan beberapa hari silam.
"Tugas kali ini adalah membuat jurnal. Kelompoknya bersama teman satu bangku, dan kalian bisa pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi. Tugas paling lambat dikumpulkan minggu depan."
Didalam hatinya tentu saja Yoora tengah menggerutu. Niatnya adalah sebisa mungkin ia harus menghindarkan diri dari seorang Park Minhyuk agar ia cepat-cepat melupakannya. Lima tahun lebih, tentu saja sudah banyak kenangan yang telah mereka ukir. Tentu saja Yoora merasa kesulitan untuk segera bangkit dari lukanya.
Sejenak keduanya hanya terdiam walaupun satu-persatu siswa dikelasnya mulai menuju ke perpustakaan. Sadar jika hanya tinggal mereka berdua yang berada didalam kelas, Yoora berinisiatif mengambil tindakan dengan mulai mengemasi buku serta alat tulis untuk dibawanya. Sebisa mungkin Yoora bersikap biasa saja dihadapan lelaki ini dengan menoleh kearahnya.
"Ayo!" kata Yoora.
Tampaknya Minhyuk terkejut dengan satu kata yang Yoora lontarkan. Terlihat karena Minhyuk sedikit tersentak setelah Yoora berbicara. Akhirnya hanya tersenyum dan mengangguk yang dapat ia lakukan untuk merespon Yoora. Keduanya pun pergi menuju perpustakaan. Kini mereka tidak lagi jalan berdampingan. Yoora berada didepan, sementara Minhyuk mengikutinya dari belakang.
•°•°•°•
Keadaan di perpustakaan cukup ramai pengunjung karena kelas 12-B juga memiliki tugas untuk dikerjakan, ya kelasnya Moonbin. Yoora sempat bertemu dengan Park Sera beserta dayang-dayangnya yang kini tampak ciut dihadapan Yoora. Sementara Yoora? Ia melayangkan senyum yang amat manis membuat Sera semakin terintimidasi karenanya.
"Yoora!"
Yoora dan Minhyuk menoleh menuju asal suara yang memanggilnya dengan pelan itu. Yoora tersenyum ketika yang memanggilnya adalah Moonbin, kakaknya itu berjalan kearahnya. Ia mengusap puncak kepala Yoora lembut.
"Udah lama ga ketemu ya Ky," sapa Moonbin kepada Minhyuk.
Minhyuk hanya mengangguk kaku. Kalau menurut penilaiannya, Moonbin ini belum tahu jika hubungan keduanya telah berakhir. Terlihat dari sikap Moonbin yang masih bersikap hangat. Kalau Moonbin tahu maka sikapnya tidak akan begini, ia akan menjadi dingin, mantan Yoora yang lain pun selalu mendapat perlakuan seperti itu.
"Lo tau ga apa masalah Yoora? Kemarin dia keliatan sedih tapi ga mau kasih tau gue," Moonbin sedikit berbisik walaupun Yoora masih mampu mendengarnya, ia hanya menunduk.
Sementara Minhyuk hanya mampu diam karena tenggorokannya terasa tercekat. Tentu saja dia tahu karena ia sendiri yang menjadi penyebab utama kesedihan Yoora. Dengan gerakan patah-patah Minhyuk menggeleng, berbohong adalah pilihan yang paling aman untuknya.
"Nanti gue tanyain ke Yoora ya Bang," balas Minhyuk sedikit kikuk.
Moonbin hanya mengangguk kemudian mendorong pelan pundak keduanya. "Gih sana belajar! Jangan pacaran mulu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Decision - Astro
FanfictionTentang kisah anak remaja. Kisah klise percintaan tiga anak SMA yang seakan-akan tidak memiliki ujung, cinta segitiga. "Ayo kita putus." "Kenapa?" "Aku udah ga ada rasa sama kamu." Entah itu perpisahan, ataupun sebuah pertemuan dengan orang baru. "G...