Note :
Cerita yang menggunakan font Italic tanda beralur mundur (flashback)•°•°•°•
"Udah siap?" tanya Moonbin seraya mengeratkan pegangannya pada kemudi mobil.
"Udah dong!" jawab Yoora antusias.
Moonbin tersenyum lebar hingga matanya menyipit menimbulkan garis, senyum khasnya yang selalu Yoora sukai.
"Ayo kita ketemu eomma!"
Moonbin segera menancap gasnya dengan mantap meninggalkan toko bunga menuju tempat sang ibu. Ia melirik dua buah buket kecil bunga yang berada dipangkuan Yoora, ia tersenyum tipis.
"Kamu kangen banget ya sama eomma?"
Yoora mengangguk, "Makanya aku beli bunga ini."
Yoora tersenyum menatap kedua buket bunga yang ia beli. Ia membawakan bunga daisy putih, sebagai bunga favorit mendiang ibunya. Juga ia memberikan kamelia berwarna merah muda, bunga pilihannya sendiri yang melambangkan kerinduan.
Setiap berkunjung ke makam sang ibu, Yoora selalu membeli dua buket bunga. Buket pertama yang tak akan absen ia bawakan adalah bunga kesukaan ibunya, dan buket kedua adalah bunga yang akan ia bawakan sesuai isi perasaannya ketika tengah berkunjung. Kali ini ia membawakan kamelia merah muda.
Lantaran Yoora yang sibuk dengan kedua buket bunganya, Moonbin kini hanya fokus menyetir. Jauh dilubuk hatinya ia pun merindukan sosok sang ibu, sangat. Namun Moonbin tidak boleh menunjukkan kesedihannya dihadapan Yoora. Adiknya itu sudah banyak merasakan kesedihan, dan ia tak mau menambahkannya lagi.
Dengan kecepatan sedang mereka meninggalkan Seoul menuju Gapyeong, tempat kelahiran mereka, tempat keluarga kecil mereka hidup bahagia bersama sang ibu, dan juga tempat yang menjadi awal penderitaan bagi mereka.
•°•°•°•
"Eomma, annyeonghaseyo."
Keduanya membungkukkan badan dengan rasa hormat, sebelum akhirnya Moonbin meletakkan daisy putih dan Yoora meletakkan kamelia merah mudanya diatas pusara berbahan marmer hitam. Keduanya berjongkok, mengusap pusara dengan rindu yang bergejolak.
Mereka mengatupkan kedua tangan, merapalkan doa-doa terbaik untuk sang ibunda yang telah terbaring dengan tenang dibawah gundukan tanah ini. Setelah selesai, keduanya kembali mengusap lembut nisan sang ibu.
"Eomma, ada yang kangen."
Moonbin mengawali percakapan dengan sang ibu sembari melirik Yoora, ia terkekeh pelan semata-mata untuk menyembunyikan perasaan sedih yang kini mulai mendominasi hatinya. Terlebih melihat Yoora yang mulai tak dapat mengontrol tangisnya.
"Eomma, Yoora kangen!" ucapnya terdengar sumringah, walaupun air matanya menggenang di pelupuk mata dan akhirnya berjatuhan dengan tak terkendali.
"Semuanya udah ga sama semenjak eomma pergi, rasa bahagia jarang banget Yoora dapetin. Cuma oppa sumber bahagia Yoora sekarang."
Moonbin meraih lengan Yoora untuk digenggamnya, ia menggeleng pelan. Kemudian Moonbin berbisik ditelinga Yoora.
"Jangan ngomong gitu, jangan bikin eomma sedih."
Yoora menghapus air matanya, kemudian tersenyum cerah. Ia sadar akan kesalahannya, tak seharusnya ia membicarakan hal-hal yang sedih mengingat ini adalah pertemuan pertama mereka setelah enam bulan tak berkunjung. Ibu tirinya selalu melarang jika Yoora maupun Moonbin hendak kemari.
"Maaf eomma, udah buat eomma ikutan sedih. Tapi Yoora pasti bakal bahagia kok, bareng-bareng sama oppa."
Sejuk yang Yoora rasakan ketika hembusan angin menerpa wajahnya tipis, membuat selendang hitam yang ia kenakan sedikit terhempas menuruni rambut panjangnya dengan mulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Decision - Astro
FanfictionTentang kisah anak remaja. Kisah klise percintaan tiga anak SMA yang seakan-akan tidak memiliki ujung, cinta segitiga. "Ayo kita putus." "Kenapa?" "Aku udah ga ada rasa sama kamu." Entah itu perpisahan, ataupun sebuah pertemuan dengan orang baru. "G...