Beautiful Memory

47 24 1
                                    

Ketika Sanha menarik Yoora untuk pulang bersama beruntung keadaan sekolah lumayan sepi. Tidak banyak mata-mata yang akan mengawasi mereka, namun tak bisa dipungkiri bahwa ada segelincir siswa yang mengarahkan atensi kepada keduanya.

Yoora hanya diam sepanjang jalan, mengikuti Sanha yang menariknya. Ia tidak bisa menolak tautan itu, aura Sanha terlalu dingin baginya. Diam dan menerima adalah pilihan terbaiknya saat ini.

Tak Yoora sangka jika Sanha mengajaknya ke parkiran motor. Kini ia berdiri dihadapan motor model sport berwarna hitam milik Sanha. Ia menatap pias punggung Sanha didepannya. Bukan, ia bukanlah tipe perempuan matre yang selalu ingin naik mobil.

Hanya saja karena ia dan Moonbin terbiasa pergi ke sekolah menggunakan mobil, Yoora tidak mengenakan legging panjang. Ia hanya menggunakan yang sangat pendek yang tidak akan cukup menutupi paha bagian atasnya.

"Em.. Kak?"

Sanha menoleh. Ia mendapati Yoora yang tengah menatapnya penuh dengan kecemasan. Sanha menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Aku... ga pake rangkepan lagi."

Sanha sempat menahan nafasnya sebentar. Menimbang-nimbang apa yang akan terjadi jika Yoora menaiki motor tingginya. Sadar jika itu bukanlah hal yang baik, Sanha berinisiatif melepaskan jaket denim yang ia pakai. Ia memberikannya kepada Yoora.

"Tutup pake ini pas lo naik."

"Makasih Kak," Yoora menerima jaket denim pemberian Sanha.

Sanha menaiki motornya, memundurkannya, dan menyalakan mesin kuda hitam kesayangannya. Ia memberi isyarat kepada Yoora untuk naik setelah motornya siap. Dan gadis itu kesulitan karena tubuhnya yang pendek.

Sanha mengulum senyumnya menatap wajah Yoora yang menurutnya amat lucu melalui pantulan kaca spionnya. Perutnya tergelitik mengingat Yoora yang nampaknya enggan menjadikan pundak miliknya sebagai tumpuan untuk naik. Mungkin Yoora canggung, Sanha paham.

"Pegangan aja ke pundak gue, gapapa."

Namun Yoora kukuh pada pilihannya. Gadis itu berusaha naik tanpa berpegangan pada pundaknya. Yoora hanya bertumpu pada jok belakang. Coba bayangkan bagaimana ia bisa naik motor sport yang tentunya tinggi tanpa bertumpu pada pundak si pengemudi?

"Cepetan Ra! Atau mau gue gendong?" ucapnya gemas bercampur kesal karena Yoora yang menolak menyentuh pundaknya, Sanha sedikit kecewa.

Heol! Tidakkah Yoora tahu jika banyak sekali gadis-gadis yang berharap dapat menyentuh ataupun bersender dipundak lebarnya ini?

"Iya-iya!"

Tampaknya Yoora juka kesal karena ia tak kunjung dapat menaiki motornya. Akhirnya ia menyerah, gadis itu meraih pundak Sanha dan menjadikannya sebagai tumpuan naik. Dengan mudah ia bisa menaiki motor hitam Sanha. Kemudian lelaki itu tersenyum puas dibalik helm full facenya.

"Tutupin kaki lo pake denim!"

Yoora hampir lupa saking lamanya ia berusaha naik tadi. Jaket denim pemberian Sanha yang masih menganggur di lengannya kini ia bentangkan sehingga menutupi kakinya dengan sempurna.

"Pegangan!"

Yoora menurut. Ia berpegangan pada sisi baju seragam Sanha dipinggangnya. Tidak memeluk, hanya menggenggam bajunya saja. Namun tak dapat dipungkiri lagi jika Sanha merasakan letupan-letupan didalam hatinya, ia menahan senyum. Tidakkah Yoora menyadari ada maksud terselubung ketika Sanha menitahnya untuk berpegangan? Sanha sedikit bersyukur akan kepolosan Yoora.

"Ayo Kak jalan!"

Ah betul juga. Sanha jadi tidak fokus karena genggaman Yoora di baju pinggangnya. Mungkin tiga menit berlalu dengan mesin yang menyala tanpa ia jalankan, tanpa melakukan apapun. Orang-orang yang melihat mungkin menatap bodoh mereka.

Decision - AstroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang