A Choice

63 12 2
                                    

Setelah kejadian keponakannya yang menciduk dirinya tengah memakan bibir Yoora, keesokan harinya Sanha jatuh sakit. Lelaki itu mendapat efek yang luar biasa, Sanha shock hebat pasca ciumannya itu. Kini dirinya terkapar lemah dibawah selimut dengan plaster penurun demam di dahinya. Sungguh keadaan diluar nalar.

"Kamu ga sekolah, Ra?" tanyanya dengan suara serak.

Yoora yang tengah menyuapi Sanha bubur itupun menggeleng pelan, "Mau jagain Kak Sanha."

"Moonbin ga marah?"

"Dia pasti ngertiin kok."

Sanha mengangguk pelan seraya menerima suapan bubur yang diberikan oleh Yoora. Lelaki itu turut sanggup menerima beberapa suapan, namun disuapan selanjutnya perutnya mulai terasa bergejolak.

"Udah Ra, aku udah pengen muntah." tolak lelaki itu ketika Yoora menyodorkannya sesendok bubur lagi.

"Okay," kata Yoora yang turut memahami pria itu.

Setidaknya Sanha sudah memakan buburnya lumayan banyak. Perut lelaki itu tidak kosong lagi saat ini.

"Mau buah Kak, biar ga enek?"

Sanha menggeleng, "Aku tetep enek Ra walaupun makan buah."

Yoora mengangguk mengerti. Kemudian gadis itu bergegas merapihkan mangkuk sisa makan Sanha. Lelaki itu harus minum obat dan istirahat setelahnya. Selesai mencuci mangkuk, Yoora membawa nampan berisi air kompresan serta obat-obatan.

"Aku kompres ya, Kak?"

Lelaki Yoon itu hanya mengangguk lemah. Rasanya tidak memungkinkan untuk lelaki itu banyak bicara. Jadi terserahlah Yoora ingin berbuat apa.

Sebelum itu, Yoora menyerahkan segelas air putih dan beberapa butir obat untuk Sanha konsumsi. Lelaki itu turut meminumnya tanpa banyak bicara.

Dengan perlahan Yoora melepaskan plaster penurun demam yang nyatanya tidak berefek apapun bagi Sanha. Maka dari itu Yoora mencoba untuk mengompresnya dengan cara manual.

Setelahnya Yoora langsung memeras kain yang telah ia rendam kedalam baskom berisi air hangat. Gadis itu menyingkap rambut-rambut yang menutupi dahi Sanha, lalu Yoora mengompresnya.

"Cepet sembuh ya, Kak." bisik Yoora mengecup sebentar pipi Sanha.

Oh Yoora, tahukah jika perbuatanmu itu justru membuat Sanha sulit tidur? Namun tetap saja lelaki Yoon itu setia memejamkan matanya seolah-olah tidak terjadi hal apapun. Gengsi menurutnya, jika ia terciduk salah tingkah.

•°•°•°•

Sembari menemani Sanha yang tengah tertidur, Yoora memutuskan untuk menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan series pilihannya. Sesekali gadis itu turut mengganti kain kompres di kening Sanha jika kainnya mulai mendingin.

Pandangannya yang tengah terkunci pada layar laptop milik Sanha itupun harus beralih atensinya dikarenakan ponselnya yang berdering diatas meja nakas. Keningnya mengernyit menatap layar ponselnya, melihat display name yang kini meneleponnya.

Yoora menghela nafasnya berat. Dengan setengah hati Yoora mengangkat teleponnya. Namun sepersekian detik kemudian raut wajahnya berubah menjadi panik. Setelah sambungan telepon terputus, buru-buru Yoora membenahi segala kekacauan didalam kamar Sanha.

Gadis itu turut membenahi kain kompres yang masih setia berada di kening Sanha. Sebagai penggantinya Yoora kembali menempelkan plaster penurun demam di kening Sanha.

"Kak Sanha, maafin aku." lirihnya pelan, berbisik tepat ditelinga Sanha.

Yoora mengusap lembut puncak kepala Sanha, "Kak aku pergi dulu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Decision - AstroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang