5) Sekolah baru

30 33 34
                                    

Menjadi populer ternyata tidak semenyenangkan itu. Muak! Itu yang Sagara rasakan. Tatapan datar Sagara menjadikan pria itu Famous, wajah tampan Sagara menjadikan pria itu terkenal, dan otak genius Sagara menjadikannya bintang SMA PELITA.

Pergi ke sekolah bukan sebuah paksaan tapi sebuah kewajiban untuk setiap anak yang ingin mengamankan masa depannya. Namun, banyak anak yang datang ke sekolah bukan untuk belajar tetapi menikmati ciptaan Tuhan.

Tangan berurat itu terus menari, bibirnya terkatup rapat dan tatapan fokusnya benar-benar membuat sekitar pria itu penuh dengan auranya yang misterius.

Dia Julio Pamungkas Thomas, pria bernetra tajam namun sering mengumbar senyum ramah, tidak jarang gadis yang datang ke kelasnya hanya untuk sekedar dapat melihat senyum penuh pesona pria itu. Seperti saat ini, Carla adalah teman semeja Julio. Tidak dapat menampik, Julio memang memiliki pahatan wajah yang sangat tampan.

"Dasar ganjen!" Carla mendesis tidak suka dengan para gadis di kelasnya yang selalu ingin dapat perhatian dari Julio. Terkekeh kecil Julio tetap menatap buku di hadapannya. Urusan para gadis bisa dia selesaikan nanti tapi tentang masa depan Julio tidak ingin bermain-main dengan itu.

Carla tersenyum, apa Julio tadi terkekeh? Rasanya Carla ingin mengulang saat itu, dia memang jatuh dalam pesona seorang Julio tapi Carla tidak senaif itu. "Bukannya masa depan sudah diatur?" Pertanyaan Carla sukses menarik fokus Julio, terbukti pria tampan itu kini menatap Carla bingung.

Mengangguk kecil. "Tuhan sudah mengatur masa depan kita, dia memiliki rencana terbaik di setiap kehidupan," Carla tersenyum manis, ditanggapi setuju oleh Julio.

"Tapi. Tanpa usaha, Tuhan akan berfikir ulang untuk memberikanmu kesuksesan kalau saat ini kamu tidak memanfaatkan waktumu Carla," Carla terpesona bibir tipis Julio benar-benar membuatnya mabuk kepayang. "Carla, mari belajar. Jangan menunda-nunda," Julio memberi semangat, tentu Carla merasa tersanjung. Perhatian kecil Julio membangkitkan semangat belajarnya lagi.

Julio benar, jangan berfikir Tuhan akan memudahkan hidupmu! Nyatanya kamu sendiri yang membuatmu sulit dan Tuhan? Dia menunggu kapan kamu sadar dan kembali berjuang.

***

"Apa Papa yakin akan menyekolahkan Bianca di sekolah ini?" Pertanyaan itu mengalir begitu saja dari Bianca.

Bianca itu gadis genius dan disiplin, dia ingin belajar dan bersaing dengan yang selevelnya. Karena menurut Bianca, otaknya akan berjalan lambat jika belajar dan bergaul dengan lingkungan yang menurutnya tidak sesuai dengan yang Bianca inginkan.

"Apa Papa pernah mengecewakan ekspetasi putri cantik Papa?" Toni tersenyum, mengusak pelan surai lebat putrinya. Meyakinkan Bianca memang sulit tapi tidak sesulit itu.

Lihat betapa manisnya Toni memperlakukan Bianca. Pasangan Papa dan anak itu terlihat begitu harmonis.

"Ok! Bianca sekolah disini," keputusan memang harus diambil untuk saling menghargai.

Senyum manis melengkung begitu indah di wajah Toni, pria tampan yang sangat mencintai anak dan istri itu terlihat lebih mempesona saat menggenggam jemari mungil Bianca saat memasuki koridor sekolah.

"Papa keruang kepala sekolah dulu, dan putri cantiknya Papa silahkan observasi."

"Kenapa?" Alis Bianca naik, bukannya saat mendaftar sekolah calon siswi juga harus ikut ke ruang kepala sekolah? "Caca mau ikut Papa!"

"Nanti Papa panggil, ada beberapa argumen yang bakal buat putri cantiknya Papa bosan di dalam nanti. Papa telfon kalau urusan Papa sama kepala sekolahnya selesai ya sayang," Toni membujuk.

Show MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang