Pagi ini Orion dan Olivia berencana untuk mendatangi rumah sakit. Beberapa hari terakhir Olivia merasakan bahwa tubuhnya benar-benar mengalami peningkatan yang menurutnya terlalu berlebihan, tidak ingin buah hatinya mengalami masalah. Orion dan Olivia memeriksakan sang jabang bayi.
"Mama hari ini jadi kerumah sakit?" Sagara bertanya lembut, tangannya terulur mengambil roti dan selai. Pagi ini sarapan disiapkan secara langsung oleh Sagara.
Olivia mengangguk sembari tersenyum manis, setelah mengucapkan terimakasih ibu muda yang tengah hamil besar itu melahap rotinya dengan nikmat. Orion dan Sagara hanya bisa tersenyum kecil merasa senang saat Olivia juga merasa senang. Namun berbeda dengan sang Oma yang menatap sinis Olivia, entah apa masalah wanita tua dengan riasan tebal itu.
"Ibu hamil seharusnya lebih aktif! Jangan kerjanya cuman rebahan! Kamu itu seorang istri sekaligus Mama! Kamu yang ngurus semuanya! Bukan kamu yang diurusin!" Sinis Pricila tidak suka.
"Udahlah Ma, ini masih pagi. Olivia lagi hamil besar, aku gak mau dia kenapa-kenapa. Lagian aku sama Sagara bisa buat sarapan sendiri," Orion tentu membela istrinya. Olivia adalah prioritas utamanya untuk saat ini.
Kemudian Pricilia menatap tajam Olivia, Pricilia tidak menyukai wanita itu. "Belain aja terus istrimu itu! Nanti ngelunjak baru kamu tau!"
"Ma. Olivia lagi gak enak badan. Sekarang Mama makan aja," melangkah mendekat kearah wanita yang di panggil Mama, Orion menyiapkan roti untuk sang Mama, keributan tidak baik di pagi hari.
"Dasar! Mama gak mau makan! Kenyang Mama ngeliat wajah sok polos istrimu!" Sentak Pricilia dongkol.
Orion menghela nafas kasar, emosinya di permainkan, menarik nafas pelan Orion tersenyum kecil, melangkah mendekati Olivia kemudian mengelus lengan istrinya lembut berusaha untuk menenangkan sang belahan hati. "Gak usah dengerin omongan Mama ya sayang, kamu tau kan gimana Mama?"
"Apa aku gak akan pernah dapat restu dari ibumu?" Hati setiap wanita pasti merasa sakit saat ibu mertuanya secara terang-terangan mengatakan tidak suka pada dirinya.
"Sekali lagi Sagara liat si tua bangka itu nyakitin Mama. Sagara gak perduli siapapun dia!" Suara Sagara terdengar tegas menyuarakan ketidak sukaannya.
Orion dan Olivia yang mendengar itu mengerutkan dahi. Olivia menatap Sagara bingung kemudian mengulas senyum kecil, dia tau kalau Sagara tidak menyukai apa yang barusan terjadi, Olivia begitu mengenal putra kebanggaanya.
"Dia oma kamu nak," tatapan mata Olivia memanas, merasa bahwa dirinya adalah akar dari semua masalah yang terjadi di pagi hari.
Tanpa ragu, Sagara mengangguk membenarkan tapi berbeda dengan mulutnya yang mengatakan lain. "Dan Sagara gak pernah nganggab dia sebagai Oma Sagara!"
"Bagaimanapun sikapnya kamu jangan lupa kalau dia Mama kandung Papa!" Sentak Orion keras, tidak suka saat ada orang yang berkata kurang mengenakan dihadapan Orion tentang sang Mama.
"Dan Papa jangan lupa kalau Sagara lebih mengutamakan Mama Sagara lebih dari apapun!" Sagara tersenyum kecil, tidak takut dengan siapa saat ini dirinya sedang berhadapan.
"Mas. Udah ya, aku gak apa-apa. Ayok kita sarapan lagi, Sagara ayok makan lagi nak, Mama gak mau kamu sakit karena gak sarapan pagi," ajak Olivia berusaha mengalihkan ketegangan yang akan terjadi jika tidak langsung di lerai.
Meletakkan alat makannya terbalik menandakan bahwa Olivia sudah selesai. "Aku udah selesai makan, aku ke kamar duluan."
"Ma."
"Olivia."
Wanita cantik itu tidak menoleh, mood-nya sedang tidak baik.
"Sialan!"
"Kalau Papa menghormati si tua itu dengan penuh rasa hormat. Maka, aku juga menghormati dan menyayangi Mama sama seperti Papa! Jadi jangan," menunjuk dirinya sendiri, "kalau aku bisa bertindak lebih dari ini! Suatu saat nanti."
Sagara tetap tidak perduli. Remaja kaku itu melangkahkan kakinya keluar dari rumah, urusan untuk membujuk sang Mama ia serahkan seluruhnya pada sang Papa.
"Sial!"
Melangkahkan kaki ke arah kamar utama tergesa-gesa. Sesampainya di depan pintu, Orion menarik nafas pelan kemudian membuka pintu kamar berharap tidak di kunci. Keberuntungan berada di pihak Orion saat ini, Olivia tidak mengunci kamar mereka.
Puncak kepala Olivia diusap lembut, lelaki itu tersenyum kecil. Menggenggam tangan wanita yang paling dicintainya lembut, fokusnya hanya pada Olivia tidak yang lain.
"Maafin Mama ya, kamu taukan gimana sifatnya Mama,"
"Iya Olivia ngerti kok Mas, tapi Olivia gak bisa pastikan kalau Olivia bisa terus nerima ketidaksukaan Mama kamu," Olivia tersenyum kecil, tidak ingin menyakiti suaminya hanya karena sifat sang ibu mertua. Ini bukan salah suaminya tapi pandangan ibu suaminya yang berbeda.
Teringat sesuatu, ibu hamil itu akan meminta izin. "Mas. Olivia besok kerumah Mama Olivia ya, tadi Mama nelfon katanya Olivia disuruh kesana. Mama kangen katanya."
"Bukan karena Mama aku kan?" Tanya Orion hati-hati
Olivia menggeleng tidak setuju, memang Mama Olivia menghubunginya tadi meminta Olivia untuk berkunjung. Penyakit rindu memang menyebalkan.
"Mas antar?" Tawar Orion.
Menggeleng kecil, Olivia tidak ingin merepotkan suaminya lebih jauh lagi."Gak usah Mas, Sagara juga ikut sama Olivia, gak apa-apakan?"
"Iya. Kamu dirumah Mama jangan capek-capek ya, kandungan kamu dijaga!"
"Iya. Terimakasi ya Mas."
Mengangguk mengerti, Orion mengulurkan tangannya untuk merangkul tubuh istrinya. Olivia hanya menurut kali ini tidak ada penolakan. "Ayo. Mas ada rapat jam 11 siang, kita juga udah ada janji sama dokter kandungan pagi ini, setelah itu Mas akan siap-siap kekantor kamu siap-siap kerumah Mama," ucap Orion lembut. Sebelum berdiri pria yang dikenal sebagai family man itu menyempatkan diri untuk memberikan ciuman kecil penuh cinta pada sang istri.
"Aku mencintaimu," tatapan penuh cinta yang hanya ditujukan untuk Olivia. Olivia merasa tersanjung.
"Love you too Mas." Balas Olivia menyematkan senyum manisnya.
.
Hoola!! Welcome back, semoga kalian syuka.
Love you all💙
Terimakasih sudah bertahan, sampai saat ini.
Jangan lupa untuk vote dan komentarnya💙 jangan lupa share cerita ini juga. Aku mencintai kalian semua💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Show Me
Novela Juvenil"Alvian! Gue suka sama lo!" Perkenalkan gadis cantik dengan netra hijau lumut hijau yang kita kenal dengan nama Bianca. Sifatnya sulit untuk di jabarkan. "Julio aku benar-benar mencintaimu! Ayo kita pacaran kemudian menikah lalu memiliki anak dan me...