11) Kita yang berbeda

2 6 0
                                    

Kelas yang berbeda bukan sebuah penghalang untuk menuntaskan rasa rindu yang terlalu menggebu. Percayalah, akan selalu ada sekat yang tak terlihat saat berusaha menahan rasa rindu tanpa bertemu.

Sedari tadi Bianca memusatkan seluruh fokusnya pada rumus mati-matika yang menurutnya sulit untuk ditaklukan. Dari pada bahasa Indonesia Bianca lebih menyukai pelajaran yang bergulat dengan angka dan rumus.

"Hai. Gue mau kenalan sama lo!" Mau kenalan atau ngajak ribut? Bianca tidak suka, kesopanan adalah hal yang penting.

Dari jauh Julio memperhatikan, Carla dan si anak baru yang di gadang-gadang sebagai murid paling songong karena otaknya yang jenius.

"Lo gak denger?" Carla mendesis, dia tidak suka diabaikan. Namun menjaga image di hadapan Julio juga bukan hal yang bisa diabaikan.

Beberapa saat Carla menarik nafas pelan, dia tidak ingin ada drama lebay saat ini. Ia ingin menjadikan Bianca temannya atas saran Julio, jika tidak. Carla memilih tidak berteman dengan siapapun!.

Brak!

Carla tidak bisa lembut, caranya selalu terlihat ekstrim.

Menutup bukunya kasar, Bianca bersedekap dada. "Lo mau apa!" Dari nadanya Bianca muak.

"Gue mau kenalan! Gue mau jadi teman lo!" Ucap Carla kurang santai.

Bianca memutar bola matanya malas, kemudian berdiri dengan angkuh. "Gue gak mau kenalan apalagi berteman sama cewek urakan kayak lo!"

Carla menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berdiri bersama dengan Bianca membuat Carla inscure, Bianca terlihat sangat berkelas berbeda dengan dirinya yang urakan terkesan kasar.

"Gue cuman mau kenalan buat buktiin kalau gue bisa dapat temen cewek," kali ini Carla berucap jujur, demi Julio Carla rela melakukan apapun.

Alis Bianca menukik satu, semakin tidak paham dengan jalan pikiran gadis dihadapannya. Ingin berteman tapi berperilaku kasar, sungguh. Bianca tidak ingin memiliki teman seperti itu.

"Lo mau temenan sama gue?"

Carla mengangguk cepat.

"Yaudah kita temenan!" Ucap Bianca santai, satu tangannya terulur ingin berjabat tangan dengan teman barunya.

Tidak percaya bahwa usaha kecilnya berhasil Carla langsung membalas jabat tangan Bianca gembira secara sepontan Carla menoleh menatap Julio yang mengamatinya dari meja paling ujung bagian depan dengan senyum manis. Carla yang melihat itu juga ikut tersenyum, dengan semangat Carla memeluk Bianca tak perduli saat gadis itu meminta dilepaskan karena kesulitan bernafas.

"Makasih! Untuk itu, gue bakalan kenalin lo sama Sagara! Cowok paling dingin dan paling keren di sekolah ini! Dia belum ada pawangnya, gue yakin lo-"

"Gak usah, kita temenan dan itu lebih dari cukup," serobot Bianca langsung, dia tidak tertarik berkenalan lebih jauh lagi dengan para pria yang memegang gelar tampan dan dingin.

"Oke! Gue ke Julio dulu, mau pamer kalau gue punya temen baru."

Bianca hanya mengangguk mendudukkan tubuhnya kembali kekursi semula, baru akan fokus kerumus selanjutnya. Lagi-lagi Bianca menarik nafas, kesabarannya hampir mencapai puncak.

"Lo bianca?"

Suara berat terkesan maskulin menarik perhatian Bianca. Cowok yang berdiri tegap dengan satu tangan di dalam saku, terlihat begitu keren dengan tatapan mata yang tajam, kontras dengan aura sekitarnya yang berubah gelap.

Kini semua mata yang berada dikelas menatap Bianca dan Sagarha, bisik-bisik pun mulai terdengar.

"Iya gue Bianca. Lo ada masalah apa sama gue?" Nada suara Bianca terdengar angkuh.

Sagara menatap lekat netra hijau Bianca, tidak perduli jika dia dianggab tidak sopan. "Gue gak suka basa-basi. Gue diminta sama Om Toni untuk pulang bareng lo."

Sontak Bianca syok tidak percaya. Kenapa sampai sang Papa menitipkannya, pada pria asing yang menurutnya aneh.

"Gue gak mau! Dan gue juga sama sekali gak kenal sama lo!" Cetusnya cepat.

Hening. Sagara masih enggan bersuara. "Gue Sagara," singkatnya tidak ingin membuang energi positif terlalu banyak.

"Gue gak perduli! Siapapun lo gue gak mau tau! Lo denger? Gue gak mau! Dasar sialan!" Nada suara Bianca naik satu oktat, tidak perduli jika kali ini dia jadi pusat perhatian. Sungguh Bianca tidak ingin perduli itu saat ini.

"Gue juga gak sudi pulang bareng cewek prik kayak lo! Dasar penguntit!"

"Anj-"

"DIAM!" Sagara berteriak keras. Jika Bianca bisa bicara seenaknya maka Sagara bisa lebih dari itu.

"Kalau lo gak mau, bisa sampaikan secara sopan! Bukan dengan cara murahan!" Sentaknya kesal.

"Maaf-"

Alis Sagara naik satu. Ekspresinya benar-benar dingin. Ingin langsung menendang Bianca langsung ke Neraka. "Gue gak butuh maaf lo! Dan gue gak sudi nambahin beban motor gue, lo gak perlu pulang sama gue! Karna gue kurang suka sama cewek modelan lo!" Selanya cepat.

Sagara berlalu dari kelas itu dengan wajah datar, tujuannya kali ini adalah rooftop untuk menenangkan amarahnya.

Sepersekian detik Bianca meringis pelan menyadari bahwa dirinya sudah kelewatan. Mengabaikan teriakan teman barunya Bianca memilih untuk mengejar Sagara untuk meminta maaf.

"Pergi!"

Entah karena terlalu fokus atau belum mengenal bentuk tubuh Sagara, Bianca menarik nafas panjang menyisir seluruh area koridor kelas yang ramai.

"Gue minta maaf, gue tau gue salah. Jadi gue mohon maafin gue," Bianca menunjukkan senyum manisnya. Senyum yang selalu ia tampilkan saat Bianca merasa bersalah.

"Penting?" Tanyanya terdengar menjengkelkan.

Melihat raut Sagara yang belum berubah, Bianca bisa mengerti bahwa pria dihadapannya ini merasa sakit hati karena ditolak? Bianca tidak tahu kalau Sagara ternyata sesensitif ini.

"Gue mau pulang bareng lo!" Segaris senyum ditujukan untuk menutup perasaan gugub yang tiba-tiba mendera. Sial! Pesona Sagara memang sulit ditolak!.

Tatapan Sagara terkunci pada wajah merengut Bianca. Menggemaskan dan menjengkelkan dalam satu waktu. "Tapi gue enggak! Gue gak sudi! Dan gue udah kirim pesan ke Om Toni, kalau lo gak bakal pulang bareng gue!"

"Dasar songong! Gue sumpahin lo suka sama gue! Terus gue tinggalin lo pas lagi sayang-sayangnya!" Ucapnya terdengar menggebu-gebu. Sama sekali tidak takut jika Sagara berbalik untuk mengata-ngatai dirinya.

"Najis!" Sagara berdecih.

"Dasar cowok banyak gaya!"

"Sial banget gue sampe bela-belain ngejar cowok nyebelin kayak gitu! Papa lagi, ngapain juga nyuruh cowok gilak itu? Gak ada orang lain apa?!" Menutup sebentar netranya, Bianca menarik nafas kasar. Harinya hari ini cukup melelahkan.

Holla!!
Nona sumatera Utara come back!
Miss you all💙💜
Jangan lupa vote dan koment ahhh dan yang paling penting jangan lupa follow!!!

Gimana? Masalah udah keliatan tuh.

Show MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang