6) Hoodie

26 28 70
                                    

Julio tersenyum ramah, pekarangan rumah yang elit dan tetangga yang ramah adalah sebuah keuntungan. Sore hari menghabiskan waktu merawat tanaman begitu menyenangkan, menatap bunga mawar putih dan beberapa bunga cantik lainnya, Julio menyukai berbagai bunga tapi hari ini dia lebih menaruh perhatian pada bunga melati yang sedang mekar.

"Hai. Aku merawatmu dengan baik, tumbuh jadi bunga yang cantik adalah imbalannya," Julio lagi-lagi menebar senyum, tangannya terus bergerak lihai dalam memberikan perawatan. Bibirnya bersenandung dan sesekali menyapa tetangga yang lewat.

Baby, you've got me sick
I don't know what i did
Need to take a break and figure it out
Got your voice in my head
Sayin', "let's just be friends"
Can't believe the words came out of your mouth
I'm tryna be o-

Julio terdiam di tempat. Bibir tertutup rapat, masa lalu selalu menghantui meski dia berusaha keras untuk melupakan semua hal yang berhubungan dengan kejadian masa lalu. Terdiam sebentar, Julio bersyukur beberapa ibu-ibu komplek menegur.

"Sore Mas Julio, wah Mas Julio ini tipe suami idaman ya," ibu-ibu komplek yang sedang lari sore berhenti tepat di depan pekarangan rumah Julio.

"Ia, buk. Selain ganteng, ramah, berduit ternyata suka bercocok tanam. Mas Julio masih single kan? Nanti saya kenalin sama anak perempuan saya," yang satu lagi berusaha menjodohkan Julio dengan anak perempuannya dan respon Julio?.

"Bukannya ibu-ibu ini lagi lari sore?" Beberapa dari mereka mengangguk. "Ayok buk semangat! Kalau larinya berhenti-berhenti, manfaatnya gak dapet," Julio menyemangati dengan senyum di wajah, jika para wanita disana sadar, terselip usiran halus yang di sematkan Julio di perkataannya.

Kaum ibu-ibu komplek sudah berlalu dan Julio kembali sendiri menikmati kegiatannya.

Tidak lama, Alvin datang dengan motor. Dari penampilan Julio bisa menebak kalau Alvian akan mengajak Julio lari sore.

"Ayok. Lari sore, Sagara udah nunggu di depan," Alvin tidak mengajak, pria berwajah kaku itu lebih memerintah.

"Bentar, gue ambil sepatu."

Beberapa menit menunggu Julio keluar dengan tampilan lebih fresh dan terdapat heandsed ditangan. "Ayo," Alvin mengangguk mulai pemanasan sebelum lari setelah itu mereka lari sore bersama.

"Dimana Sagara?"

"Depan," jawab Alvin singkat.

Alvin Sanjaya menyukai aroma tanah, menyukai musik dan menyukai senja. Kepribadian yang kaku hanya ditujukan pada mereka yang tampak asing.

***

.

Tiga serangkai, Julio, Sagara dan Alvin akrab dikenal sebagai pria tampan sedang minum di sebuah kaki lima, ketiganya terlihat menonjol dari pakaian sampai wajah.

Merasa di perhatikan Julio, mengalihkan perhatiannya dan ternyata ada Safira yang duduk sedikit jauh dari mereka juga sedang menikmati minuman dingin sama seperti mereka. Kebetulan yang tidak disangka-sangka.

"Gue duluan ya," Julio pamit namun matanya menatap Safira yang melangkah menjauh, tidak ingin tertinggal semakin jauh, Julio langsung pergi tanpa mengindahkan panggilan Alvin dan Sagara.

Show MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang