1) Calon adik

106 99 389
                                    

Dari segi wajah, alis tebal dengan bibir penuh, mata coklat madu dengan tatapan tajam serta hidung mancung menjadikannya pria paling di minati di sekolah dan jangan lupakan perawakannya yang tinggi tegab, bahu yang lebar serta otot tangan yang tampak menggiurkan semakin membuatnya tampak sempurna.

Dia Sagara Lintang Dirgantara, memasuki kawasan sekolah dengan motor sport, pria itu benar-benar terlihat sangat mencolok. Membuka helm dengan gerakan perlahan semakin membuatnya tampak menggairahkan, pesona seorang Sagara memang tidak ada habisnya!.

"HOT MAN! Lo trending topic di manapun Gar," Julio Pamungkas Thomas, salah satu sahabat Sagara. Julio sendiri adalah ketua futsal dan ketua kelas, selain berprestasi Julio juga memiliki pesona yang cukup kuat untuk bersaing dengan si tokoh utama. Julio yang humor dan Julio yang berbahaya.

"TENTU! LO DARI MANA?! Julio itu mendekati sempurna tapi tetap gue paling tampan?" Dia Alvin Sanjaya pria blasteran Inggris-Indonesia, pemilik netra biru itu sama seperti Sagara, sulit untuk tersenyum. Rahangnya yang tegas dan hidungnya yang mancung menjadi daya pikat yang kuat dan jangan lupakan Alvin adalah ketua basket yang paling di segani setelah Sagara.

"Sagara, Alvin, Julio. Masuk kelas, kita telat 5 menit!" Liam James Payne, pria berlesung pipi dengan netra tajam itu menjadi satu-satunya yang paling bijaksana dan disiplin di antara yang lain. Liam sendiri adalah ketua renang, tak ayal tubuh atletisnya benar-benar menggairahkan. Liam bukan tipe pria yang jarang tersenyum atau cuek, Liam memiliki pesonanya sendiri yang tentu berbeda dari teman-teman sekelompoknya.

Meninggalkan area parkiran keempat pria tampan itu berjalan ber'iringan, tak ada kesempatan untuk mengatakan bahwa mereka memiliki kekurangan dari segi tubuh dan wajah mereka mendapat nilai 9/10.

"Hari ini ada murid baru, dan informasi yang gue dapat kalau dia adalah anak dari CEO Andara," Julio tersenyum membalas sapaan adik kelasnya, begitu juga Liam namun jangan harapkan hal yang sama dari Sagara atau pun Alvian.

Mengangguk membenarkan Liam juga mendapatkan informasi yang sama, namun bedanya Liam tidak ingin membicarakan itu dia hanya menanggapi kecil. Lebih tepatnya sedikit menghargai.

"Gue duluan," Sagara memasuki kelasnya, mereka memang satu sekolah namun kelas mereka berbeda begitu juga dengan jurusan yang mereka ambil.

Jika Sagara dan Alvian berada di jurusan IPA maka Liam dan Julio berada di IPS, namun tetap mereka memilih kelas yang berbeda entah karena alasan apa.

"Liam," Nathalia Safira Styles, gadis cantik yang berhasil menjadikan Liam James Payne kekasihnya.

Mendengar suara riang itu, tentu Liam kenal bahkan sangat mengenal pemilik suara riang itu. Membalikkan tubuh Liam dan dua temannya ikut terperangah dengan penampilan Safira. Bukannya terlihat cantik, Safira terlihat sangat berantakan.

Dengan kekhawatiran yang tersirat Liam mendekati Safira, menatap netra bulat itu intens, dia menginginkan sebuah jawaban tanpa bertanya.

"Liam. Kami duluan," bukannya tidak perduli Julio dan Alvin mengetahui tabiat seorang Liam yang tidak ingin kawasannya di ganggu apalagi tentang Safira. Kekasihnya.

Mengangguk kecil, Liam menarik jemari kekasihnya lembut sangat lembut, Liam tidak ingin menambah penderitaan gadisnya. "Jangan menangis Fira, aku tidak menyukainya," beruntungnya Safira mendapatkan Liam sebagai kekasihnya, yang memperlakukan Safira layaknya ratu.

Dengan langkah perlahan Liam memasuki kelasnya berniat untuk permisi, dia harus izin untuk menemani Safira. Liam benar-benar sangat jantan. "Tunggu aku disini, aku izin sebentar," tandasnya mengusap lembut puncak kepala gadis itu.

Setelah menunggu beberapa menit Liam keluar dengan wajah tersenyum, kali ini dia tidak membawa tasnya. Dengan lembut Liam meraih jemari Safira, membawa gadis itu ke UKS.

Saat akan ke UKS, Safira terisak kecil. Koridor sekolah sudah sepi, ini dikarenakan kelas yang memang sudah di mulai. Mendengar isakan kecil, Liam panik namun harus tetap tenang. "Jangan menangis Fira, aku tidak menyukainya."

"Liam. Fira pengin nangis, rasanya sesak," hanya Liam yang mengetahui apa yang Safira alami. Menghela nafas gusar, Liam mencoba tersenyum menyalurkan aura positif seakan mengatakan bahwa Liam tidak akan meninggalkan gadis itu seorang diri.

Membantu Safira duduk di brankar UKS, Liam dengan santai melepas sepatu sekolah Safira. Semuanya untuk kenyamanan gadisnya. "Jangan menunduk Safira," Liam masih menggu jawaban dari tatapannya.

"Papa. Liam," isaknya terdengar semakin memilukan dan Liam membenci sesuatu yang mengusik areanya.

Liam heran sekaligus marah, kenapa ada seorang Ayah yang akan berusaha membunuh putrinya sendiri. "Kenapa?"

Safira menyerngit, dia menatap Liam polos namun berubah menjadi tatapan kecewa. Liam membenci keadaan saat ini.

"Safira capek," lirihnya terdengar lelah.

Menatap Safira penuh cinta, Liam menangkup pipi tirus itu memaksa Safira untuk menatapnya. Liam benar-benar frustasi menghadapi keadaan yang membuat gadisnya menderita.

"Mau ketemu Mama? Mama merindukan calon menantunya," Liam benar-benar mencintai Safira, Liam tidak pernah merasakan perasaan takut kehilangan sebesar ini. Liam bukan pria yang sering berganti pasangan namun Safira berhasil membuat Liam bertekuk lutut di hadapan gadis itu.

Safira menggelengkan kepala beralih memeluk Liam, dia membutuhkan pelukan hangat saat ini. Safira tidak ingin membuat keluarga Liam repot hanya karena masalahnya. Safira terlalu sungkan untuk datang kerumah besar itu meski Liam selalu mengatakan bahwa Safira di terima dengan baik di keluarga Payne.

"Safira belum siap Leem, kalau Safira siap pasti Safira kesana, tapi untuk saat ini Leem tau sendiri kalau Safira sedang kacau," Safira semakin masuk kedalam pelukan hangat kekasihnya. Sedangkan Liam tidak keberatan membagi kehangatan untuk cintanya.

***

"Mas. Kalau Olivia hamil lagi, mas setuju?" Disini, tepatnya di kantor terbesar di Asia. Kantor yang bergerak di bidang mutiara dan berlian. Olivia mengatakan keinginannya untuk memiliki anak lagi.

Mendengar perkataan istri tercintanya, Orion tidak bisa tidak tersenyum. Olivia memiliki cara sendiri untuk membuat Orion bertekuk lutut di hadapan wanita itu. "Mas enggak punya alasan untuk bilang tidak, Mas menerima semuanya sebagai takdir yang memang Mas harus jalani," senyum Olivia terbit. Ya Olivia menginginkan seorang gadis kecil.

"Kalau Olivia bilang Olivia lagi hamil Mas percaya?" Senyum Olivia belum surut, wanita itu berharap bahwa suaminya percaya dan dia akan segera memberi tahu kabar bahagianya.

Orion melepas kacamata mahalnya, kemudian melangkah mendekat ke arah Olivia yang tersenyum penuh, melihat Olivia seperti ini Orion semakin mencintai istrinya. "Mas percaya, karena terakhir kali kita melakukan itu tepat di tanggal kamu subur kan?" Mendengar itu Olivia tersipu malu, ya Olivia mengandung buah cintanya yang ke dua saat ini.

"Mas gak marah?" Olivia ingin memastikannya, memastikan jika kehamilannya bukan sesuatu yang akan membuat hubungan mereka berdua merenggang.

Menggeleng singkat, Orion sama sekali tidak memiliki alasan untuk marah pada istri tercintanya. "Kadang sebuah kebahagiaan akan datang terlambat tapi bukan pada orang yang salah Olivia," tandasnya menarik tengkuk istrinya lembut. Orion menerima kabar baik itu dengan tenang tanpa terlalu menonjol karena pada dasarnya dia bukan pria yang bisa menampilkan terlalu banyak ekspresi.

Orion mencintai istrinya sepenuh hati, memberikan segalanya untuk wanita itu. Orion memang secinta itu pada Olivia. Belahan hatinya.

1077 kata
Dukung cerita ini ya vrend❤❤
Karna ini chalange 30 hari💜💜
Peluk cium dari Nona sumatera Utara

Show MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang