Karena bujukan sang dayang, Irene akhirnya keluar kamar. Dayang tersebut mengantarkan wanita bersurai merah muda tersebut ke dalam ruangan.
Terlihat sebuah kotak besar, seperti kotak peti, diletakkan dengan rapi ditengah-tengah ruangan.
Angin malam berhembus kencang, entah mengapa firasatnya mengatakan ada yang tidak beres.
Dengan penuh tekad yang dia kumpulkan, dia akhirnya membuka kotak tersebut.
Bruk!
Dirinya terjatuh begitu saja, melihat jasad pujaan hatinya yang telah terpotong-potong.
Bagaimana dia bisa mengetahui bahwa itu adalah Caville? Kepala yang telah terpisah dari lehernya itu, ada ditumpukkan paling atas, sehingga dia dapat langsung melihat wajah Caville.
Tubuh Irene gemetar, dia mencoba mengambil kepala suaminya, menatap wajah rupawan Caville dan memastikan bahwa pria tersebut bukanlah pujaan hatinya.
Kenyataan tak selalu sesuai dengan harapan, hatinya mencelos begitu saja saat mengetahui bahwa tubuh didalam kotak adalah tubuh sang pujaan hati.
* * *
Beberapa bulan telah berlalu sejak kejadian itu, Jasad Caville di kremasi menggunakan adat Kekaisaran tersebut.
Kaisar memanfaatkan situasi dengan memanggil Irene menggunakan dalih 'turut berduka'. Namun sebenarnya, dia melecehkan Irene dengan sangat kejam.
Obsesinya kepada Duchess janda itu meningkat karena Caville telah tiada, membuat sang Kaisar ingin meniduri wanita beranak satu itu.
Irene telah lelah dengan semuanya, hidupnya berantakan, membuatnya muak.
Duchess yang selalu ceria dan selalu membuat sekelilingnya menjadi hijau, kini telah menjadi Duchess yang pendiam.
Irene hanya bicara sepatah atau dua patah kata yang diperlukan.
Saat ini, Irene sedang mengurung diri di dalam kamarnya, dengan memeluk kotak kecil yang berisi abu.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu terdengar jelas, Irene dengan lesu menjawab ketukan pintu tersebut.
"Aku ingin sendirian."
Keheningan terjadi, Irene tak menggubris ketukan pintu itu dan masih menatap bingkai foto suaminya bersama abu itu.
Pintu dibuka langsung oleh seseorang, tanpa ijin dari Irene. Membuatnya kesal.
"Ku bilang aku ingin-"
"Ini aku."
Mata hijau gadis itu membelalak namun kemudian mata bulatnya menyipit. Air mata keluar dari pelupuk matanya yang indah, seseorang yang dia butuhkan telah datang.
Pria itu mengambil kotak yang gadis itu peluk, membuat Irene menoleh untuk menatapnya.
Pria bersurai hitam pekat tersebut tersenyum kepada gadis dihadapannya kini, membuat sang gadis makin ingin menangis.
"Lu-Lucas..."
Lucas memeluk gadis yang matanya telah berair itu, tidak lupa dengan tangan yang dia usapkan pada kepala gadis tersebut.
Suara tangisan terdengar nyaring didalam ruangan itu. Irene yang telah memendam berbagai kesedihan, meluapkan emosi nya kepada Lucas.
"Menangis lah sesukamu."
"Huwaa, Lucas... Hiks aku- heuh, aku lelah Lucas..."
"Aku mengerti. Luapkan semuanya, Irene."
Tangan Lucas senantiasa mengelus kepalanya gadis tersebut. Dia tahu, kehilangan seseorang yang dicintai sangatlah menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession [WMMAP]
FanfictionBerstatus sebagai keluarga bukan berarti memiliki hubungan darah. Memiliki mata dan rambut yang sama tidak berarti mereka memiliki aliran darah yang sama. Memiliki marga yang sama dan tinggal di tempat yang sama tidak berarti keluarga. Mereka adalah...