Hari yang cukup melelahkan dan melegakan bagi Haechan. Dia melangkahkan kaki menuju apartemennya dengan langkah yang sangat ringan. Tentu rintangan yang ia terjang cukup berat, tapi dia bisa melewati itu semua. Semua sudah berakhir.
Akhirnya dia tak ada keterikatan dengan kekasihnya— yang sudah menjadi mantan kekasihnya saat ini.
Sesaat lagi, dia tak sabar untuk memberi kabar bahagianya kepada orang yang sudah menunggu lama; yang pasti orang tersebut sudah sangat mengkhawatirkannya. Tapi, mata menangkap ada seseorang berada di luar pintu apartemen, yang ternyata itu Jeno. Kenapa?
Dia mengambil langkah buru-buru, "Kak, kenapa diluar? Kenapa gak masuk ke dalem?"
Jeno melihat Haechan yang datang seperti kerasukan; terlampau kaget dan panik.
Segera Jeno melangkahkan kaki menghampiri Haechan. Mata otomatis melihat dari atas ke bawah. Lalu mengeceknya juga depan belakang. Dia sedang memindai Haechan dengan teliti. Takut ada yang terluka lagi, yang membuat Jeno khawatir lagi.
"Gak di apa-apain kan sama si curut?"
Sembur tawa Haechan refleks keluar dengan renyah. "Curut? Siapa curut???"
Tanpa sadar, Jeno merotasikan bola matanya kesal. "Si onoh." Mohon maaf, dia malas menyebut namanya.
"Onoh sape?"
"Fak. Gua gak mau nyebut nama dia."
Suasana Haechan kembali membaik dengan cepat, berkat Jeno. Berkat tingkah yang Haechan tak akan pernah menyangka bisa melihat orang yang ada didepan matanya berperilaku segemas ini. Tidak ada kesan garang sama sekali, yang biasanya orang juga segan untuk menatap balik mata Jeno. Tapi hari ini, dia tidak melihat itu. Tentu, Haechan sangat menyukainya.
"Kan yang jadi korban aku? Kenapa Kak Jeno yang ribet?"
Jeno menggertakkan giginya. Hhh, Pake nanya lagi? "Gua khawatir, Chan! Lu gak liat muka gua jelek begini gara-gara ngekhawatirin lo?"
Bener deh, Haechan sangat gemas, ini terlalu langka.
"Kalau lu jelek, muka gua ini apa? Kelindes truk?"
Lengkungan manis membentuk sebuah senyum tercetak jelas pada wajah Jeno, sangat melegakan. Kalau Haechan sudah bisa melontarkan sebuah canda dan tertawa lepas, berarti dia sudah baik-baik saja.
Dan satu lagi,
Tentu Jeno tak membawa diri dengan tangan kosong. Dia bawa diri Haechan untuk masuk kedalam pelukannya. Dikungkungnya erat, diberi juga kecupan-kecupan kecil di pucuk kepala, dan dielus punggungnya dengan lembut. Dengan maksud, dirinya lah sebagai hadiah manis untuk adik tingkatnya itu. Dia sedang menyalurkan sebuah kenyamanan untuk adik tingkatnya, pasca melewati hari yang sangat berat untuknya.
"Yang penting lu gapapa. Gua udah kelewat seneng."
Haechan makin memperdalam pelukan; rasanya ia ingin menangis sekarang juga. Momentum seperti ini sangat langka bagi Haechan bisa dapatkan. Ia bisa merasakan sangat jelas, suhu tubuh pria yang sedang memeluknya ini sangatlah hangat.
Tiba-tiba, keduanya tercengang. Hampir saja Jeno mau membanting Haechan karena kaget. Si sumber suara sukses membuat suasana menjadi mencekam hanya dalam hitungan sepersekian detik.
"Enak ya peluk-peluk. Papa yang nyelesaiin urusanmu, gak kamu peluk."
Ternyata itu Papa mertu— Papa Haechan, Johnny. Sosok orang tua yang rela terbang jauh dari Chicago dan datang ke tempat tinggal anaknya, hanya untuk membantu menyelesaikan masalah percintaan rumit si anak semata wayangnya bersama rekan kerjanya; tentu sekarang sudah resmi menjadi mantan rekan kerja, putus kandas begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/275623125-288-k139199.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah A Thread • nohyuck
Fanfiction"kalau mau dijadiin pacar, orangnya udah hak milik si anj-sayang. hehe" - Ecan, 2k21. boysxboys baku • non baku mature but fluffy 100% halu i love you bang jen💗