9-SEMBILAN🖤

4 2 0
                                    

Happy reading (◠‿・)

•••

Besok paginya Abila bangun dari tidurnya, ia melihat sekelilingnya lalu melirik jam dinding di kamarnya.

Matanya membulat kaget saat melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh tersebut.

Buru-buru Abila turun dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai mandi, gadis itu memakai seragam nya.

"Nek, Bila ke sekolah dulu ya! Assalamualaikum," pamit Abila buru-buru.

"Ehh, kamu gak capek?" tanya Nenek.

"Enggak, Nek. Bila pamit dulu ya."

Aksara tiba-tiba datang, laki-laki itu mengajak Abila untuk berangkat bareng dan Abila pun mau. Karena, kalo di tolak takut kesiangan.

"CEPETAN DONG! GUE TELAT NIH," protes Abila.

"SABAR LAH, GAK SABARAN BANGET LO JADI ORANG.",

Aksara menurunkan Abila di depan sekolah Abila, untunglah belum di tutup walaupun tinggal satu menit lagi.

Tak mengucapkan terimakasih atau apa, Abila langsung masuk ke dalam sekolahnya. Memang tak sopan.

Abila masuk ke dalam kelasnya dan duduk di bangkunya dengan terburu-buru. "Kenapa telat? Biasanya dateng paling pagi," ujar Fahri.

Abila tidak menjawab, gadis itu perlu menetralkan nafasnya untuk pembelajaran hari ini. Untunglah, guru nya belum datang.

"Saya tanya."

Abila mengkode Fahri untuk menunggu, "Hah hah hah tunggu."

Setelah selesai mengatur nafasnya, Abila melirik Fahri, "Nanya apa tadi?"

"Gak jadi, udah gak minat nanya."

"Ishh, tadi telat karena kesiangan," jawab Abila. Gini-gini gadis itu pendengar dan pengingat yang baik lohh.

"Kesiangan bangun nya? Abis ngapain semalem?"

"Kepo lo, kek Dora," jawab Abila nyolot.

Fahri menghela nafasnya lalu tak mengobrol dengan Abila lagi, karena guru nya sudah datang.

•••

"Kak, ini buat Kaka." orang itu menyodorkan satu buah gelang berliontin bunga matahari.

Abila yang sedang makan, menoleh "Hah? Dari siapa?"

Orang itu menggeleng, "Katanya Kakak gak boleh tau."

Apa... Dari Fahri?

"Inisial," ucap Abila.

"Aduhh gimana ya, Kak. Ini buat Kakak deh ya, aku mau ke kantin dulu," pamitnya lalu menyimpan gelang tersebut di meja.

Abila menatap gelang tersebut dengan seksama, gelang yang sama persis Fahri beli kala itu. Apa itu dari Fahri? Tapi.... Masa iya?

Abila menyimpan gelang tersebut di tempat pensil nya, belum ada niatan untuk memakainya.

Tak lama Fahri masuk ke dalam kelas lalu duduk di samping Abila. Diam-diam matanya melirik Abila yang sedang makan, dan... melirik gelang berliontin bunga matahari tersebut yang sedikit keluar dari tempat pensil.

Cinta Abila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang