Herozein Caplicano

1.6K 205 2
                                    

Tampak perempuan itu agak kecewa, wajahnya memelas. "Kakak... Kau lupa dengan janjimu?" Cicitnya tidak percaya.

"Bukan gitu..." Sangkal Raka kemudian dia melepaskan tangan perempuan itu dan berjalan menjauh beberapa langkah lalu melihatnya dari atas sampai bawah kaki.

Wajahnya heran menatap sang perempuan dengan tangan bertolak pinggang. ".... Lo tuh sapa anjir?! Gue gak punya adek!"



The Greatest Revision For Unpublished Story © Deurimen
Genre : BL, Bromance, Transmigration, & Historical

"Kupikir ingatan Kakak masih sangat tidak stabil, kupikir Kakak sudah sembuh, kupikir Ayah harus membawakan dokter untuk Kakak, kupikir Ibu kau harus meminta penyihir untuk menyembuhkan Kakak juga. Ibu bagaimana ini? Bahkan Kakak tidak mengenali diriku..."

Ia menatap penuh tanda tanya kedua perempuan yang asik bercengkrama berdua dengan wajah sama-sama menunjukkan bahwa mereka khawatir, salah satu dari mereka sudah paruh baya yang ia yakin bahwa perempuan itu adalah ibu dari perempuan satunya lagi yang sebelumnya memangil ia dengan sebutan 'Kakak' dan memeluk lengannya.

Si sosok paruh baya itu mendekati dirinya. "Sayang, apa kau masih mengingat nama mu, Nak?" Wajah termakan oleh usia namun masih terlihat garis kecantikannya itu benar-benar terlihat khawatir.

Dengan ragu ia menjawab. "Raka... Demira... Herozein?"

Helaan napas antara kecewa dan lega terdengar menjadi satu kedua perempuan itu saling bertatapan dengan mata yang sama berkaca-kaca, sosok paruh baya itu menangkup pipinya. "Benar, kau Hero... Herozein... Herozein Caplicano." Dia mengulang namanya beberapa kali.

Nampak tak asing dengan nama belakang yang disebutkan oleh perempuan ini. ".... Caplicano?" Dia mencoba mengingat-ingat lagi dan membulatkan matanya. "Ah! Oh! Keluarganya si Karina Caplicano bukan?!" Dia agak antusias memastikan.

Kedua orang itu mengangguk-angguk ribut sambil tersenyum lebar agak terharu, perempuan yang lebih muda maju kearahnya. "Iya! Itu aku! Karina Caplicano adikmu, Kakak..."

Dia mengerti sekarang, ia sudah paham dengan situasinya. Saat ini dia benar-benar telah masuk kedalam cerita buatannya sendiri dan menjadi sosok kakak dari Karina Caplicano, peran utama perempuan dalam ceritanya.

[Jennath menemani Karina menemui kakak laki-lakinya, perempuan cantik itu berkabung dihadapan sebuah nisan dan Jennath hanya bisa mengelus surai hitamnya dengan lembut berharap bisa menenangkan Karina dengan hal itu]

["Aku berlatih bertarung karena Kakak, aku akan menjadi sosok yang hebat sepertinya dan melindungi banyak orang."]

Benar, dia pernah menuliskan bahwa Karina memiliki seorang kakak tetapi dia hanya karakter tambahan yang ia masukkan untuk dibuat sebagai alasan Karina menjadi perempuan yang sangat hebat didalam ceritanya, maka dari itu seharusnya kakak dari Karina sudah mati karena luka berat akibat perang, pemakamannya pun tidak pernah ia perjelas. Tetapi bagaimana bisa karakter ini selamat? Apakah belum waktunya karakter ini mati? Apa perang belum dimulai? Dan siapa tadi namanya? Herozein Caplicano? Itu adalah nama ia sendiri, bagaimana bisa? Bahkan didalam cerita dia tidak pernah menyebutkan nama sang karakter, karena sangat merepotkan toh dia karakter yang hanya sekilas muncul tidak berkontribusi banyak.

Memang sangat memusingkan beberapa kali ia mencubit lengannya diam-diam tetapi terasa sakit, ini nyata bukan mimpi! Ia harus segera beradaptasi dengan cepat karena didalam cerita ini dia seharusnya mati, tidak mungkin dia tidak ingin mati disini.

The Greatest Revision For Unpublished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang