"Kau benar, kami dekat." Ungkap Jennath.
"Kalau begitu Herozein..." Panggil Albert dan Herozein menoleh agak kaget. "Ya?" Senyuman lebar dia terima dari si Pangeran. "Kau bisa memanggilku dengan nama, karena kau teman Yang Mulia itu berarti kau juga temanku."
Herozein melirik keatas sekilas sebelum akhirnya mengangguk kaku sembari tersenyum. "A-ahh iya—"
"Tidak!" Lagi-lagi Jennath menyeletuk tegas, Albert tampak jengah dia tak mengerti apa yang ada dipikiran Jennath setiap kali ia mencoba mendekati Herozein. "Apa lagi yang tidak? Aku hanya ingin berteman dekat dengan Herozein juga, Yang Mulia." Sahut Albert lalu merotasi kan matanya.
Ekspresi penuh ketidaksukaan terlihat jelas terpampang diwajah tampan Jennath. "Kami dekat karena dia milikku! Aku tidak ingin berbagi."
"Jen, aduh! Lo nih hari ini kenapa sih?!"
Entah mengapa Herozein merasa hari ini Jennath bertingkah sangat posesif kepadanya.
•
•
The Greatest Revision For Unpublished Story © Deurimen
Genre : BL, Bromance, Transmigration, & Historical
•
•Akhirnya setelah perbincangan tak penting tadi, Herozein berhasil membuat Jennath bungkam dan tidak lagi menyahut yang macam-macam. Namun tetap saja anak itu masih melihat sengit kearah Albert yang kini tengah mengobrol ria dengan Herozein sambil meminum tanpa minat wine ditangannya, Jennath terpojokkan selama beberapa waktu kedepan.
Sedangkan Herozein sendiri dia sudah pusing memikirkan Jennath yang kenapa tiba-tiba berani berhadapan langsung dengan Albert bahkan sampai menentangnya, ditambah lagi Albert juga tidak kunjung selesai berbicara dan bertanya aneh-aneh sambil terus mengisikan gelasnya dengan Vodka tanpa henti. Sebenarnya dia sudah malas meladeni pembicaraan mereka, apalagi mengingat Albert salah satu dalang dari rencana pembunuhannya waktu itu dan tanpa malu dia terus menyinggungnya.
"Kita satu akademi dulu, aku tidak menyangka kau lupa." Ujar Albert dan Herozein hanya tertawa sumbang lalu meneguk Vodka nya yang baru saja diisi lagi oleh Albert. "Sorry, ingatan gue sebagian ilang." Ungkapnya tentu saja dengan bumbu kebohongan kemudian dia menopang kepala dan memijit keningnya yang agak pusing.
Albert mengangkat sebelah alis. "Oh, benarkah? Apa karena kejadian waktu itu?" Tanya nya lagi lalu mengisi kembali gelas Herozein dimana ia hanya mengangguk-angguk mengiyakan.
"Berhenti, kau sudah mabuk." Jennath menahan Herozein yang hendak menenggak minuman beralkohol di gelasnya itu. "Gue juga mau berhenti, tapi... Ah, anjir puyeng banget." Penglihatannya buram, Herozein mengerjapkan mata beberapa kali lalu membuka suara. "Gak, gue belum mabuk kok, gapapa gapapa." Hati dan pikirannya sedang tidak sejalan.
Brukk!
Setelah menjawab saat itu juga kepala Herozein terkulai kedepan dan beruntung Jennath lebih dulu mengulurkan tangan sehingga kening Herozein tidak terantuk mengenai meja secara langsung melainkan lebih dulu terjatuh diatas telapak tangan Jennath, jadi tidak akan menimbulkan luka memar nantinya dan dengan hati-hati ia meletakkan kepala Herozein diatas lengannya sendiri.
Lalu Jennath berdiri, ia menatap tajam kearah Albert yang hanya tersenyum tanpa dosa. "Kau keterlaluan." Ucapnya penuh penekanan, namun Albert benar-benar tidak merasa bersalah sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Revision For Unpublished Story
Ficción histórica"Hidup cuma sekali gak bisa Lo revisi kek buku jadi gunain kehidupan Lo sekarang dengan baik, masalah itu kan cobaan hidup, jangan mental yupi gitu dong malu Lo kan laki." Sang penulis datang hanya untuk mengerti kehidupan yang sebenarnya diinginkan...