Dinner Time

837 123 1
                                    

Jennath menghela napas pelan. "Kau seperti kentang..." Ulangnya.

Duar!

".... K-kentang?" Jennath mengangguk-angguk tanpa rasa bersalah, tetapi bagi Herozein dia merasa seperti tersambar petir belum lagi suara petir diluar berbunyi tepat waktu membuat suasana kagetnya terpenuhi.

Herozein melepaskan tangan dari lengan Jennath lalu menelan ludahnya sendiri. "Kentang? Gue... Gue jelek dong?" Batinnya berucap sedikit tidak percaya.

Ia memegang kepalanya yang tiba-tiba pening, Jennath hanya menatap tanpa rasa bersalah sama sekali. Dia menggeleng-geleng pelan menerima nasibnya di mata sang pemeran utama yang sialnya memang sangat tampan. Masih dengan wajah pasih, Herozein menunjuk-nunjuk Jennath. "Yahh... Intinya kalo Ayah nanti ngomong gak jelas dan bikin Lo gak nyaman, bilang aja. Jangan percaya sama yang dibilang Ayah."

Jennath tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk-angguk tanpa membantah.



The Greatest Revision For Unpublished Story © Deurimen
Genre : BL, Bromance, Transmigration, & Historical

Herozein terdiam berdiri dengan mulut terbuka menatap tak percaya pemandangan didepannya, ia bahkan tak bergeming sama sekali sejak beberapa menit yang lalu.

"Yang Mulia, aku sangat senang kau datang berkunjung ke kediamanku!"

"Aku mengira bahwa istriku hanya bergurau tentang kedatangan mu kesini, maafkan aku karena tidak bisa menyambut dari awal."

"Tidak..."

"Mari, silahkan duduk dan makan malam bersama. Para pelayan sudah memasak makanan yang enak untuk disantap."

"Y-ya..."

Didepannya saat ini Kartrin Caplicano alias Duke Caplicano, suami Henia Caplicano, dan ayah dari Herozein juga Karina—menyambut dengan sangat baik Jennath yang sedang berkunjung dadakan ke Mansion nya. Pemandangan ini membuat Herozein bertanya-tanya, rahangnya seperti jatuh begitu saja ketika ia melihat Kartrin yang langsung menyapa Jennath dengan sangat ramah bahkan saat dia baru melangkahkan kaki memasuki ruang makan. Bagaimana bisa terjadi? Seharusnya Kartrin sangat membenci keluarga kerajaan terutama Jennath bukan malah menyambut antusias begini, Herozein sebagai penulis pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Terlalu banyak adegan melenceng dari cerita aslinya, maka dari itu dia hanya bisa diam dibelakang Henia sambil memperhatikan interaksi kedua laki-laki itu.

"Silahkan..." Ucapnya mempersilahkan Jennath untuk duduk lebih dulu dimeja makan besar tersebut.

Jennath menunduk sekilas lalu dengan agak ragu dia mengambil tempat disebelah kanan, kemudian disusul Kartrin yang duduk di kursi utama dan Karina juga Henia bersamaan mengambil tempat disebelah kiri berhadapan dengan Jennath.

Kartrin menatap Herozein yang satu-satunya masih berdiri diam lumayan jauh dari meja makan, ia berdehem pelan. "Herozein..." Tegasnya memanggil sang putra sulung.

Herozein tersadar dia segera menatap Kartrin lalu beralih menatap Henia dan Karina yang mengangkat pelan dagu mereka menunjuk kearah kursi kosong disebelah Jennath, ia pun segera menggeleng pelan, menyengir polos, lalu melangkah dan duduk disana begitu tahu Jennath meliriknya sontak Herozein menundukkan kepala sebagai rasa respeknya terhadap Putra Mahkota—sebenarnya karena ada Kartrin juga Henia, dia takut dimarahi kalau tidak berperilaku sopan kepada bangsawan yang memiliki tingkat lebih tinggi darinya.

The Greatest Revision For Unpublished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang