32-KAPAN BUAT ANAK!

980 108 31
                                    

Sepanjang jalan menuju kamarnya, aqeela merasa ada yang mengawasi. Saat ia berhenti dan memperhatikan sekelilingnya ia tidak melihat ada siapa pun yang mencurigakan. Hanya ada beberapa pelayan yang berlalu lalang mengerjakan apa yang sudah menjadi tugas mereka. Namun, pandangannya terhenti pada jendela yang membatasi kolam renang. Lagi-lagi lelaki itu yang ia lihat. Lelaki yang memakai pakaian serba hitam yang sempat menerobos kamarnya. Kali ini penutup wajahnya dibuka memperlihatkan wajah pucat nan dingin dan tatapan tajam menusuk.

"Lo siapa?!" Teriak aqeela membuat Ana mengernyitkan dahinya.

"Ada apa Nyonya?" aqeela tak mengindahkan Ana dan lebih memilih menghampiri jendela itu dengan langkah lambat.

aqeela lihat lelaki itu tersenyum miring dan menunjukkan sesuatu yang berkilat dari jaket hitamnya. Sebuah pisau lipat!

"Tuan????!!" Ana sudah berteriak lebih dulu karena aqeela mendadak bisu. Lelaki itu mengiris jarinya sendiri dan menulis tanda silang di cermin dengan darahnya. Pandangan aqeela mendadak buram dan ia kehilangan kesadarannya. Sebelum ia jatuh ke lantai sebuah tangan menopang badannya.

rassya menunduk memperhatikan wajah aqeela yang pucat. Ia beralih melihat tanda silang di jendela. Sayang sekali yang menulis tanda itu sudah melarikan diri.

"Brengsek! Dia berhasil masuk ke rumah ini lagi!" Umpat rassya.

"Apa kamu melihatnya, Ana?"

"Tu-tuan Jevan." Tangan Ana gemetaran ditatap tajam oleh rassya.

"Di mana Alex dan yang lainnya?"

"Mereka mengejar tuan Jevan, Tuan."

Saat Ana berteriak tadi didengar Alex dari luar. Anak buah rassya melakukan pengejaran lelaki yang sudah dua kali menapakkan kakinya di rumah ini. Entah berhasil atau tidak. Rassya pun datang tergesa mendengar teriakan Ana dan melihat aqeela hampir jatuh pingsan, untung saja ia langsung menangkapnya saat Jevan belum melakukan apa-apa terhadap aqeela.

Sepertinya rassya harus lebih memperketat pengawalan rumahnya.

rassya menggendong aqeela dan membaringkannya di sofa ruang tamu. rassya mengusap-usap tangan aqeela berusaha membangunkannya.

"aqeela, bangun..." rassya mengelus pipi aqeela kemudian ia melirik rey yang mematung di ujung tangga.

"Kenapa kamu diam saja? Cepat bantu aku membangunkannya!"

"Napas buatan saya Pak Bos?"

"rey!" Rassya membentaknya marah.

"Oke! Pakai minyak angin!" rey menyuruh pelayan mengambilkan minyak aromaterapi untuk aqeela. Setelah mendapatkannya ia langsung menghampiri rassya mendekatkan minyak itu ke hidung aqeela.

"Ayo dong bangun Nona manis semanis jahe!"

aqeela pun siuman. Matanya terbuka perlahan dan terlihat ketakutan. Refleks ia memeluk seseorang di hadapannya.

rassya harus menahan kemarahannya karena rey lah yang dipeluk aqeela.

"Jangan menangis sayang, aku ada di sini, cup cup," bisik rey bahkan tidak merasa takut sedikit pun dengan rassya. aqeela yang mendengar dan mengenali suaranya langsung melepaskan diri.

"Pak rey?!" aqeela pun berteriak marah sambil beruraian air mata. Gak keren banget kan yang dipeluk malah orang lain?

aqeela melirik rassya di sampingnya. Ia menangis melihat lelaki itu diam saja.

"Jangan nangis," ucap rassya datar namun sambil menghapus air mata aqeela. aqeela pun mengalungkan tangan di leher rassya lalu menangis di bahunya.

"Aku bilang jangan menangis."

"Aku takut... sebenarnya dia siapa? Kenapa kayaknya dia ngincar aku?" aqeela terisak.

"Sudah aku bilang kamu dalam bahaya. Tapi aku tidak akan membiarkannya melukaimu sedikit pun. Jangan menangis lagi, istirahatlah."

"Ugh tottweet angettt Pak Bos."

Rassya menggertakkan giginya, "Pergilah, rey."

"Teganya dirimu, aku dibuang begitu saja, huh!"

"rey."

"Ho'oh aye pergi. Bye bye!" rey langsung mendengus dan pergi meninggalkan rassya berdua dengan aqeela.

Hingga akhirnya Rassya membiarkan aqeela menangis. Tak lama kemudian bahunya terasa berat. Tangisan aqeela sudah tidak terdengar lagi. "Tidur?" rassya melihat aqeela terpejam. Ia pun menggendong aqeela memindahkannya ke kamar.

***

"Semua akan baik-baik saja."rassya mengecup kening aqeela dengan lembut setelah ia baringkan di atas kasurnya.

"Pak Bos?" Rassya mengernyit dan menundukkan kepalanya melihat aqeela yang masih terpejam.

"Kapan kita buat anak?" Gadis ini mengigau rupanya. Pikir Rassya.

"Aku---" Perkataan aqeela menggantung karena langsung bungkam dan tertidur pulas.

"Saat bahaya mengancamnya, dia memikirkan anak?" Gumam Rassya tak habis pikir.

Namun siapa sangka rassya menyunggingkan senyumannya membayangi jika hal itu terjadi.

~

bye! see you...

MARRIED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang