37-BUNUH DIRI?

790 92 42
                                    

_________________________

Benar-benar mengejutkan ketika Dian masuk ke kamar rassya. Untung saja Dian memiliki kunci cadangan semua kamar di rumahnya, penasaran mengapa sudah hampir siang ini Rassya belum keluar dari kamarnya. Dan saat Dian melihat isi kamarnya itu, Dian membekap mulutnya lalu geleng-geleng kepala.

Semua bantal berserakkan di lantai. Yang membuat Dian tidak habis pikir adalah ke mana gaya tidur Rassya yang seperti pangeran? Biasanya Dian melihat rassya tidur damai, tanpa gaya. Tapi, kali ini rassya tidur tengkurap dengan kaki dan tangan yang melebar menguasai kasur.

"Pangeran Mama berubah jadi kudanil begini," gumam Dian lalu memunguti bantal di lantai.

"sya bangun, ini sudah siang. Biasanya meskipun hari libur kamu tetap bangun pagi terus nelor deh di ruangan kerja. Kenapa sekarang berubah? Ini hari spesial lho. Katanya disiplin sama waktu, tap---" Perkataan Dian terhenti karena melihat bingkai foto aqeela di bawah tangan rassya. Senyum geli tercipta di wajah Dian yang ayu.

"Oh, jadi ini alasan kamu berubah, karena tidak ada aqeela di kamar kamu. sya, sya, baru sadar kalau aqeela itu berarti buat kamu?"

Dian menumpukkan bantal di belakang kepala rassya. Lalu menggoyang-goyangkan tangan rassya setelah memindahkan foto aqeela ke atas nakas.

"sya! Bangun!"

Dian sangat hafal rassya tipe orang yang kalau sudah tidur sulit dibangunkan siapa pun. Tapi, Dian tidak menyerah. Dian memencet hidung rassya hingga rassya tidak bisa bernapas dan menggeliat.

"syaa, ini sudah siang lho, kamu tidak mau jemput aqeela?" Posisi tidur Rassya berubah telentang. Perlahan bulu mata lentiknya itu bergerak hingga kelopak matanya terangkat.

"Mama?" rassya mengernyit sambil berusaha bangun menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang. Menatap Dian yang berdiri sambil bersedekap.

"Buka yang benar mata kamu." Mata rassya memang masih terlihat sipit. Lelaki itu pun menguap lalu mengusap wajahnya. Matanya sudah tak sipit lagi namun terlihat sendu.

"Kamar kamu sudah seperti kapal pecah," kata Dian sambil menarik selimut rassya.

"Aku tidak bisa tidur." Dahi rassya berlipat-lipat. Ia bergerak dan duduk di tepi kasurnya.

"Karena aqeela?"

Rassya melirik foto aqeela tapi dengan cepat mengalihkan tatapannya.

"Pergi mandi, setelah itu jemput aqeela."

"Jam berapa sekarang?"

"Setengah 9."

rassya ingat ini hari libur. Jadi, ia tidak terkejut bangun di jam yang tidak biasanya. Lagi pula ia baru tidur tadi subuh setelah belingsatan mencari posisi tidur yang enak namun tidak juga menemukannya. Ia merasa semalam itu ada yang aneh, hingga berakhir mengambil foto aqeela dan menaruh di dekat kepalanya. Tanpa sadar baru bisa tertidur.

"Eh, jangan melamun. Pergi mandi!" Teguran Dian menyadarkan Rassya. Dan rassya langsung pergi ke kamar mandi membersihkan badannya.

***

"Papa yakin aku mirip Mama?" aqeela bertanya setelah Papa nya itu menceritakan banyak hal padanya tentang Mama. Setelah menghabiskan sarapan bersama, mereka duduk di halaman depan rumah sambil menikmati teh hangat dan makanan ringan. Dan itu sudah berlangsung dua jam, tapi memang menyenangkan bila bersama orang yang kita sayangi.

Dani meletakkan secangkir teh ke meja setelah menyeruputnya. Hanya seharian saja dia sudah sangat mengenali putrinya, mirip sekali dengan Dafina, istrinya.

MARRIED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang