***
Berkali-kali aqeela menghapus air matanya. Malam ini dia merasa sangat jahat terhadap rassya. Suaminya itu sedang berulangtahun, tapi dia malah berpesta bersama temannya. Parahnya, dia baru tahu rassya ulang tahun dari Ibu mertuanya di telepon.
"Pak, lebih cepat dong! Nanti saya terlambat!" aqeela juga sudah memarahi supirnya berkali-kali. Dia harus cepat sampai di restoran yang diberitahu Mama Dian.
Sebelumnya, aqeela dikejutkan dengan hadiah kiriman rassya untuk saski. Tak tanggung rassya memberikan sebuah mobil keluaran terbaru untuk Saski. Saat aqeela menelepon rassya, dia tidak mendapatkan jawaban. rassya tidak mengangkat teleponnya sama sekali. Setelah itu dia dikejutkan lagi, Ibu mertuanya menelepon memberitahu soal itu. Yang membuat aqeela berpikir pantas saja rassya mengajaknya makan malam. Bodohnya dia menolak ajakan itu!
"kamu ada dimana sayang?"
"Aku di rumah temanku, saski, Ma. Hari ini hari ulangtahun dia sekaligus pertunangannya. Apa rassya tidak memberitahu Mama?"Setelah itu hening, tidak ada sahutan dari Dian.
"sayang, apa tadi siang rassya membawamu ke high bridge?"
"High bridge? Jembatan yang menuju pedesaan itu? Ya Ma, aku diajak rassya ke sana."
"sebenernya rassya datang ketempat itu satu tahun sekali ." Ada jeda dari kalimat Dian, "dihari ulangtahunya."
Kalimat Dian di telepon itu bagaikan petir di siang bolong yang menyambar aqeela di tengah-tengah pesta. aqeela langsung pamit pada saskia setelah Dian memberitahu rencana rassya di restoran itu. Dan sekarang aqeela sedang dalam perjalanan menuju ke sana.
"Setelah hampir delapan tahun rassya tidak pernah merayakan ulangtahunnya, kali ini dia mau merayakannya sama kamu. Awalnya Mama juga terkejut karena tiba-tiba dia mengundang anggota keluarganya ke restoran ini. Sekarang kami semua sudah di sini sayang, tapi rassya belum datang, dan mendadak dia menelepon Papa untuk membatalkan acaranya."
aqeela keluar dari mobil setelah sampai di halaman restoran itu. Tidak peduli rusaknya riasan wajahnya karena terus menangis. Dia masuk ke restoran yang ramai pengunjung, sebagian besar pengunjung itu keluarga rassya. Detik itu juga aqeela merasa bersalah.
"aqeela, kamu sudah datang," Suara Dian mengalihkan perhatian aqeela dari keramaian itu. aqeela terenyuh melihat meja dekat Dian berdiri. Meja itu kosong, berbeda dengan yang lain. Meja lain terdapat empat kursi namun di meja itu hanya ada dua kursi yang saling berhadapan. Di tengah meja ada kue ulangtahun ukuran sedang dengan lilin angka 25 yang tidak menyala. Meja itu pasti khusus untuknya dan Rassya.
"ra-ssya di mana, Ma?" Tanya aqeela gelagapan saat Dian menyentuh pundaknya.
"rassya sepertinya tidak akan datang. Kamu duduk dulu ya, kamu belum makan sejak sore."
"Aku pulang aja deh, Ma. rassya pasti di rumah."
Dian nampak berpikir sejenak. "Ya sudah, tidak apa-apa. Kamu hati-hati ya." aqeela mengangguk. Dengan cepat aqeela meninggalkan restoran itu kembali ke mobilnya menuju rumah.
Sebelum tiba di rumah, aqeela meminta supirnya untuk membelikan kue di toko. Kalau saja dia tahu sejak awal Rassya ulangtahun, dia pasti membuatkan kue spesial untuknya itu.
Akhirnya mobil aqeela terparkir di halaman mansion. aqeela langsung ke dalam membawa kue di tangannya. Matanya mencari rassya ke sana-sini tapi tidak menemukan lelaki itu. aqeela naik ke kamarnya, di kamar pun tidak ada rassya hingga aqeel memutuskan pergi ke ruangan kerja rassya. Pintu itu terbuka lebar, aqeela berdiri di depannya sambil melihat ke dalam di mana ada rassya sedang membaca surat-surat penting. Penampilan rassya sedikit berubah. Tuxedo lelaki itu tersampir di kursi, dua kancing kemejanya terbuka di dadanya, hanya wajah datarnya yang tidak berubah. Mata lelaki itu terpancang pada berkas di tangannya dan belum menyadari kehadiran aqeela di pintu. Sambil sesekali mengerutkan dahi rassya mengecek berkas itu kemudian melepaskannya di meja.Hingga nyanyian aqeela mengalihkan perhatian rassya. "Selamat ulangtahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun hubbiy... semoga panjang umur."
"Barakallahu fii umrik, suamiku."
Di dalam rassya terlihat terkejut dengan tangan yang bertumpu pada meja menopang dagunya. Mata tajam lelaki itu melirik kue ulang tahun di tangan aqeela dengan lilin angka 259.
rassya mengamati wajah aqeela dengan senyuman geli. Riasan wajah aqeela berantakkan. rassya bisa tebak aqeela menangis, bekas maskara di mata aqeela luntur membentuk air mata yang turun ke pipinya.
"Jangan senyum-senyum! Nih tiup lilinnya!" ucap aqeela kesal.
"Umurku 25, bukan 259." rassya tidak bangun dari kursinya membuat aqeela masuk menghampirinya.
"Bodo, kamu kan nyebut aku Nona 259 muluk! Anggap aja umur kamu sekarang 259 tahun."
"Kalau boleh aku ingin hidup ribuan tahun agar bisa selalu bersamamu," ucapan rassya ini sangat pelan hingga tidak terdengar oleh aqeela bahkan aqeela saja tidak sadar kalau bibir rassya bergerak, karena pandangan aqeela ke bawah saat rassya mengatakannya, aqeela sibuk meletakkan kue di atas meja setelah menyingkirkan berkas-berkas rassya.
"Kamu jahat ya, ulangtahun gak bilang sama aku. Punya rencana dinner tapi gak berterus terang. Jadi, kesempatan makan gratis aku hilang deh. Tapi, gak apa-apa sih aku jadi gak repot-repot beliin kamu hadiah, lagian aku gak punya duit."
rassya mendengus geli mendengarnya. Baru kali ini dia benar-benar menunjukkan ekspresi berbeda di wajahnya. Kemudian rassya meniup lilin itu tanpa instruksi aqeela. aqeela terlihat melototkan matanya.
"Belum make a wish!"
"Sudah, makanya jangan banyak bicara!" aqeela mengerucutkan bibirnya. rassya memotong kue itu kemudian memakannya. aqeela tidak terima, seperti yang selalu dia lihat, harusnya yang berulangtahun menyuapi kue untuk orang yang tersayang. Ini rassya malah menikmati kue itu sendiri. aqeela pun mengambil pisaunya memotong kue sendiri, dan saat ia ingin memakannya rassya merebut potongan kue itu membuat aqeela langsung memberengut.
"Kue ini siapa yang beli?" Tanya rassya.
"Aku."
"Kamu membelinya untuk siapa?"
"Kamu."
"Berarti kue ini milik 'kamu' yang kau katakan." rassya mengambil kue itu lalu disembunyikan di atas paha hingga aqeela tidak bisa melihatnya karena dihalangi meja. Dasar, seperti anak kecil saja!
"Pelit banget kamu!" Teriak aqeela.
"Pelit?" rassya menaikkan sebelah alisnya. "Kue ini milikku, aku tidak akan memberikannya pada siapa pun."
"Demi apa pun aku nyesel beliin kamu kue. Padahal kue itu kesukaan aku, kue cokelat yang di dalamnya ada selai stroberi! Aku beli supaya kita makan sama-sama."
"Oh? Begitu."***
jan pelit² ma bini pak boss!
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED [END]
Fanfictionsebelum baca follow dulu dong... kelanjutan kisah seorang gadis yang terpaksa menikah dengan boss nya sendiri. hanya karena kesalahan yang bahkan tak disadarinya aqeela terpaksa menandatangani perjanjian tertulis. lalu apa jadinya jika aqeela menika...