42-HADIAH

870 110 50
                                    

"Oh? Begitu."

aqeela mengembungkan pipinya. Masa bodo wajahnya terlihat seperti monster di hadapan rassya. Dia sangat kesal dengan rassya. Rasanya ingin mencabik muka datar lelaki itu.

"Jangan seperti itu. Tambah jelek muka kamu."

aqeela mengatur napasnya sejenak. Dia rela meninggalkan pesta saskia dengan beruraian air mata karena rassya, tapi lelaki itu sepertinya tidak peduli dengannya. aqeela pun pergi ke kamar mandi membasuh wajahnya hingga sisa make-up yang berantakan menghilang kemudian ia kembali ke hadapan rassya. aqeela melirik lelaki itu malas sambil mengeringkan wajahnya dengan handuk.

"Mau?" rassya mengulurkan tangannya yang memegang potongan kue. "Ya sudah kalau tidak mau," Dia memakannya lagi, bahkan sebelum aqeela menjawab tawarannya itu.

"Ya, habisin aja kuenya. Aku udah kenyang!" kata aqeela dengan ketus.

"Marah, hm?" aqeela tidak menghiraukannya.

"Kemarilah," kata rassya. aqeela masih diam di tempatnya. "Cepat," tambah rassya dengan ekspresi datarnya. aqeela menatap mata lelaki itu terlihat tajam. Dia pun melangkah sampai berdiri di samping meja Rassya. "Mendekatlah," rassya mengulurkan tangannya. aqeela meliriknya malas. "Aku bilang mendekat!" aqeela mendengus mendekatkan diri pada rassya. rassya memindahkan kue ke meja kemudian menarik tangan aqeela kuat hingga aqeela jatuh di atasnya.

"Begitu saja marah?" Rassya menatap aqeela yang duduk di pangkuannya.

"Nggak marah sih, kesel doang!"

"Buka mulutmu!" Perintah rassya sambil melayangkan potongan kue.

aqeela berdecak, "Gak ada romantisnya jadi orang!"

"Buka saja mulutmu" aqeela pun membuka mulutnya menggigit kue itu sebagian. "Tatap aku!" aqeela mengernyitkan dahinya sambil menatap rassya. Dengan gerakan cepat rassya mencium bibirnya mengambil kue yang ada di dalam mulut aqeela.

"Aku sudah mengatakannya kalau kue ini milikku, bukan?"

Kurang ajar!

aqeela berusaha bangun namun rassya mencengkram bahunya kuat.

"Aku belum menyuruhmu bangun." aqeela menggertakkan giginya.

"Siapa yang memberitahumu kalau hari ini hari ulangtahunku?"

"Mama," jawab aqeela singkat.

"Sebentar lagi hari ulangtahunku berakhir, aku meminta hadiahku." aqeela melongo karenanya.

"Aku gak sempat beliin kamu hadiah! Aku gak punya duit!"

"Kamu selalu berkata seperti itu. Memangnya kamu ke manakan 10 kartu debit, dariku? Dikubur?"

Dan aqeela juga tertawa karenanya.

"Ya aku kubur. Mereka semua sudah mati gak berlaku lagi."

Tentu saja kartu itu selalu ada di dompet aqeela, sebagian kartu-kartu yang menghasilkan uang itu aqeela simpan di lemari. Satu kartu saja mencapai nilai puluhan juta. Jika dia bawa satu, dia tidak akan merasa kekurangan. Tapi, itu semua uang rassya, aqeela malu kalau membelikan hadiah ulangtahun dengan uang itu.

"Aku meminta hadiahku sekarang."

"Aku bilang gak sempat beli hadiah buat kamu. Kenapa kamu gak ngerti sih?"

"Aku meminta hadiah yang lain, bukan hadiah yang dibeli dengan uang."

"Lalu?" aqeela memutar bola matanya.

"Kamu."

aqeela pun menautkan alisnya menatap rassya. "Aku?"

aqeela melihat ke dalam bola mata rassya seolah bisa membaca pikirannya. Ada api gairah di mata lelaki itu saat menunduk menatap dada aqeela sambil menelan ludahnya. Dan untuk sejenak lelaki itu memalingkan wajahnya.

"What's wrong?" Tanya aqeela lembut.

"Aku menyesal memilihkan gaun ini untukmu."

Menyesal karena membiarkan aqeela terlihat cantik di pesta itu. Menyesal karena membiarkan mata lelaki lain melihat kecantikkannya. Menyesal karena tidak ikut bersamanya. Dan menyesal karena tidak tahu apa yang terjadi di pesta itu. Gaun yang dipakai aqeela tanpa lengan dan di bagian dadanya itu cukup rendah, sementara bagian dari pinggulnya sedikit ngetat hingga pinggul seksinya itu terlihat dan seterusnya kakinya tertutupi oleh gaun yang melebar.

"Kenapa? Apa sebenarnya aku gak pantas pakai gaun ini?"

"Kamu pantas memakainya."

"Tapi, kenapa kamu menyesal? Apa karena harganya yang mahal?"

rassya sama sekali tidak mempermasalahkan harga. Sebagai lelaki normal, pasti bukan hanya dirinya saja yang ingin menyentuh aqeela saat memakai gaun ini, belum lagi riasan wajah tadi semakin membuat aqeela terlihat cantik. rassya harus menebak-nebak perasaannya pada aqeela. Dia tidak mau melakukan sesuatu yang lebih jauh karena takut menyakiti aqeela.

"Ini sudah larut malam. Istirahatlah di kamar," kata rassya mengalihkan pembicaraannya. Lagi-lagi dia harus menahan diri untuk tidak menyerang aqeela.

"Tapi, kamu menyesal kenapa?" aqeela masih saja penasaran.

"Tidak, aku tidak menyesal." aqeela bangkit dari pangkuan rassya.

"Tidurlah di kamar," rassya menatap aqeela sebentar kemudian mengambil berkas-berkasnya.

"Nggak mau. Maunya sama kamu di sini, nemenin kamu kerja."

rassya menggertakkan gigi sambil merapikan berkas-berkasnya. "Aku sudah selesai."

"Kalau gitu ayo kita tidur!" Ajak aqeela kemudian. Ajakannya itu memancing rassya yang sudah menahan diri.

"Duluan saja, nanti aku menyusul." Aqeela menggeleng keras kepala.

Setelah menghela napas kasar  rassya pun melenggang pergi dari ruangan kerjanya. aqeela berjalan lambat di belakangnya.

"Aku tahu hadiah apa yang kamu maksud. Aku mau memberikannya."

***

hiaaakk!

MARRIED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang