rassya sudah tidak ada di dapur itu. Ia membawa aqeela ke rumah sakit karena aqeela tidak sadarkan diri.
***
ada cubitan aneh di hatimu ketika melihat orang terdekatmu mengalami hal buruk, terutama pada orang yang kamu sayangi.
Ya. rassya akui perasaan sayangnya terhadap aqeela. Rasa kehilangan menatap wajahnya yang pucat dengan mata terpejam membuatnya benar-benar tidak enak sendiri. Dan Rassya tidak suka itu. Harusnya ia tenang tapi percuma saja ia terlihat cemas. Sepertinya Verrel dan rey menyadari raut wajahnya. Dua lelaki itu belum lama datang dan berdiri di dekat rassya. Bukannya memperhatikan aqeela, mereka berdua malah memperhatikan rassya, seolah ada sesuatu yang menarik di wajah Rassya karena saat ini rassya terlihat berbeda, tidak pernah seperti itu sebelumnya.
"Bangunlah," gumam rassya sambil memperhatikan kelopak mata aqeela.
"Sabar ya Boss, gak lama lagi aqeela pasti sadar," ucap rey, kali ini serius akan perkataan dan ekspresi wajahnya.
"Ini sudah 15 menit dia belum sadar." rassya tidak suka menunggu. Seperti biasa baginya 15 menit itu lama sekali.
Dan penantiannya pun berakhir. Bulu mata Aqeela bergerak-gerak hingga mata cokelat terang itu terpancang indah menatap langit kamar, namun terlihat berkaca-kaca. Sepertinya aqeela teringat apa yang sudah dilakukan Jevan terhadapnya.
"Hei." Panggilan lembut rassya dan elusan tangannya di pipi aqeela mampu mengalihkan perhatian aqeela dari langit kamar. Air mata aqeela pun mengalir dari sudut matanya kala menoleh menatap rassya.
"Semua baik-baik saja. Jangan khawatir."
aqeela menggenggam tangan Rassya di pipinya. Menangis sesenggukkan di tangannya itu.
Verrel menatap rey sejenak dan dua lelaki itu pun meninggalkan ruangan memberikan privasi untuk rassya dan aqeela.
rassya membiarkan tangannya basah oleh air mata aqeela. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar lagi dari mulutnya.
"Di-dia ma-mau bunuh a-ku ..."
rassya mengulurkan tangannya mengelus puncak kepala aqeela. Tangisan aqeela bukannya berhenti malah makin kencang membuat rassya bangkit dari kursi lalu memeluk aqeela dengan posisi berbaring.
"A-aku takut ..." Tangan aqeela menyelip di antara kedua lengan Rassya memeluk punggungnya.
rassya memejamkan matanya saat mencium puncak kepala aqeela. Memberikan ketenangan pada gadis itu meski tidak lewat kata-kata lagi. Hingga selang beberapa menit rassya bangun melepaskan pelukannya. Menunduk menatap aqeela yang masih menangis.
"Jevan sudah ditangkap," ucap Rassya, setidaknya membuat aqeela sedikit lebih tenang.
Hening.
Hingga tangisan aqeela benar-benar reda.
Rassya duduk di kursi mengamati aqeela.
"Kamu jelek kalau menangis."
Raut wajah datar rassya yang membuat aqeela kesal, bukan karena kata-katanya itu. Hingga aqeela harus menabok kencang bahu Rassya lalu duduk di ranjang.
"Kenapa memukulku?"
"Kenapa? Kamu gak bisa senyum dikit ke aku gitu?" aqeela menghapus air matanya kasar, "Apa ini cara kamu menghibur? Istri kamu ini lagi ketakutan, malah dikatain jelek lagi!"
"Aku harus apa, kamu memang jelek."
Muka polosnya minta ditabok.
"rassyaaaaa!" aqeela tidak punya pilihan lain selain menjambak rambut rassya. Jadilah mereka seperti duo cewek alay yang berantem karena memperebutkan satu cowok. Sebenarnya rassya tidak harus menarik rambut aqeela, namun karena ia merasa sakit jadi ia melakukan hal yang sama, bahkan berpindah mencubit kedua pipi aqeela.

KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED [END]
Fanficsebelum baca follow dulu dong... kelanjutan kisah seorang gadis yang terpaksa menikah dengan boss nya sendiri. hanya karena kesalahan yang bahkan tak disadarinya aqeela terpaksa menandatangani perjanjian tertulis. lalu apa jadinya jika aqeela menika...