**********
"Aaaaaaa!!!!Bruk"Seakan dunia seketika terhenti. Semuanya gelap, badannya terbujur kaku, nafas nya tercekat.
"Lo gapapa ca? Hey buka mata dong jangan bikin gue panik"
Apa ini miskah?
Kenapa ia bisa mendengar suara orang. Arwah nya kah?"Woyy ca elah. Lo ga mati kok buka mata dong. Nyaman banget peluk peluk gue"
Berarti ini bukan mimpi.
Nareca membuka matanya. Ia seketika langsung berdiri melihat Geladi yang tengah menatap nya sambil memeluknya."Makanya nyebrang itu ati-ati. Kalo ga ada gue mungkin lo udah tepar" cerocos Geladi.
"Kalo ngomong asal jeplak" geplak Nareca di kepala Geladi
"Heh wartiem. Udah ditolongin juga" ucap Geladi mengangkat Nareca bak karung ke salah satu halte bus.
Pasalnya mereka kini basah kuyup diguyur hujan. Yakali Geladi biarin Nareca tetep kehujanan.
"Heh geladut turunin gue woyy. Gue bisa jalan sendiri" teriak Nareca memukul punggung Geladi.
"Nah udah kan. Berisik" ucap Geladi menurunkan Nareca disalah satu kursi halte.
"Gue kira gue bakal mati saat itu juga" ucap Nareca menatap jalanan.
"Lagian lo ngapain sih ujan ujanan di jalan raya?" Tanya Geladi.
"Gue abis dari rumah sakit. Pulang nya ujan. Pas di halte gue liat Atha dari kejauhan naik motor. Niat nya mau nebeng eh dia ga gubris gue sama sekali" curhat Nareca yang masih menatap jalanan .
Geladi mengepalkan tangan nya
"Sementara lo ke apart gue dulu aja. Lo ganti baju di apart gue, baju lo basah. Kalo lo terus pake baju itu lo bisa sakit" ucap nya mengalihkan pembicaraan.Seketika tatapan Nareca langsung tertuju pada Geladi
"Ga ada niatan apa apa ca elah. Ganti baju doang abis itu gue anterin lo pulang" ucap Geladi yang mengerti dengan tatapan Nareca padanya.
"Janji ya lo ga bakal macem macem?" Tanya Nareca memastikan.
"Cuma satu macem" jawab Geladi enteng.
Mata Nareca melotot "Heh!"
"Canda doang Recaa. Udah ah yuu" ajaknya memegang tangan Nareca kemudian berlari melawan deras nya hujan
Apartemen Geladi tidak jauh dari halte tersebut. Makanya Geladi memutuskan untuk ke apart nya saja.
"Masuk gih ca terus mandi. Nanti gue siapin baju gue yang pas ke elo. Soalnya disini ga ada baju cewe. Ya iya lah yang tinggal disini gue doang yakali cewe juga ada. Lagian gue ga ngizinin cewe masuk ke apart gue"
Lah curhat gel? Panjang bet.
"Lu kira gue bukan cewe?" Nahkan singa betina nya ngamuk.
"Dahlah anggep aja lu banci" ucap Geladi membuka kamar tamu untuk Nareca. Kemudian pergi ke kamar nya.
Saat kembali Nareca belum mandi sama sekali
"Lah kenapa belum mandi?" Tanya Geladi menaruh baju nya di kasur."Handuk dimana?"
"Di kamar mandi nya ada ca. Lo buka aja lemari dalem sana" ucap Geladi.
"Oke"
"Kenapa belum masuk juga wartiem" tanya Geladi jengah setelah melihat Nareca belum beranjak dari tempatnya.
"Lo ga keluar?" Tanya Nareca balik
"Yaudah nih iya gue keluar" ucap Geladi keluar kamar tamu.
Ia mengerti dengan kode kodean Nareca yang mudah ditebak.
Kemudian Nareca mengunci kamar ini dari dalam dan segera mandi.
Setelah mandi dan berganti baju ia keluar kamar dan melihat Geladi sedang memasak di dapur.
"Lo udah mandi gel?" Tanya Nareca melihat Geladi memakai pakaian yang berbeda dari yang tadi.
"Udah lah. Lo mandi lama banget ca, sampe gue udah mandi dan selesai masak" ucap Geladi menuangkan masakannya disebuah wadah.
"Hehe gue emang gitu" kekeh Nareca membantu Geladi membawa makanannya ke meja.
"Iya gitu karena mandi nya sambil dzikir, dihayati" kekeh Geladi.
Nareca mendelik "Mana ada ya"
Nareca dan Geladi duduk berhadapan. Mereka menyantap makanan yang dibuat oleh Geladi.
Lumayan enak. Geladi bar bar gini juga pinter masak loh pren.
Ia mulai mandiri sejak orang tua nya sibuk keluar masuk negara hanya untuk menangani bisnis mereka.
"Btw masakan lo enak ya gel" tanggap Nareca sambil mengunyah makanan nya.
"Gue belajar dari nenek"
"Mau dong gue juga mau belajar masak dari nenek lo"
"Lo mati dulu terus belajar masak bareng nenek gue di alam baka" ucap Geladi.
"Heh kalo ngomong ga bisa di filter. Nenek lo udah meninggal berarti?" Tanya Nareca melirik Geladi yang mengangguk.
"Terus lo disini tinggal sendiri?" Tanya Nareca. Geladi mengangguk lagi
"Orang tua lo kemana?" Tanya Nareca lagi. Kini Geladi menatap Nareca tanpa anggukan.
"Lo lagi latihan jadi reporter?" Tanya Geladi
"Nanya doang gel elah. Gue bukan reporter" ujar Nareca.
"Ortu gue di luar negeri. Katanya sih lagi ngurusin bisnis nya. Gue tinggal disini sendiri karena dirumah juga mereka jarang pulang"
"Meskipun mereka jauh dari lo. Pastinya mereka selalu ngabarin lo kan?" Geladi mengangguk.
"Senakal apapun gue, gue ga pernah dipukul, cuma di tegur doang. Dan gue bersyukur banget punya orangtua kaya mereka yang selalu ngasih gue kebahagiaan. Ya meskipun kadang-kadang ga secara langsung" curhat Geladi
Nareca tersenyum
"Lo beruntung banget gel. Andai gue ada di posisi lo, gue pasti bahagia banget. Tapi kenyataannya sebaliknya gue ga pernah ngerasain yang namanya bahagia. Tawa gue semua nya hanya cover demi menutupi penderitaan gue. Gue cuma ga mau terlihat menyedihkan di mata semua orang""Lo kenapa ca?" Tanya Geladi menutup acara makan nya dengan mengelap tisu pada area mulutnya.
"Gue? Kenapa?" Ucap Nareca gelagapan.
"Si ogeb. Gue nanya malah balik tanya"
"Gapapa" ucap Nareca membersihkan piring nya kemudian mencuci nya dibantu geladi.
"Yu anter gue pulang gel. Udah malem ortu gue pasti nyariin"
Sebuah keajaiban jika mereka memang khawatir kemudian mencari Nareca. Namun pada kenyataannya mereka sama sekali tidak peduli padanya.
"Oke skuy. Nih pake hoodie gue. Diluar dingin" ucap Geladi menyerahkan sebuah hoodie hitam.
"Lo nya gimana?"
"Gapapa. Gue bisa pake jaket yang ada di mobil" ucap Geladi memegang tangan Nareca. Kemudian pergi menuju lantai bawah untuk mencapai mobilnya.
Disepanjang perjalanan entah kenapa Geladi sama sekali tidak melepaskan tangannya dari tangan Nareca.
Keduanya masih tidak menyadari bahwa tangannya masih bertautan.
Hujan perlahan reda dibarengi dengan Nareca dan Geladi yang kini sudah sampai dirumah Nareca.
"Gue masuk ya. Makasih bantuannya tadi" ucap Nareca setelah turun dari mobil.
Geladi mengangguk sambil tersenyum
"Besok sekolah jangan bolos lagi. Gue cabut""Siap bang. Hati-hati" teriak Nareca setelah melihat mobil Geladi yang kini sudah menjauh.
Baru satu langkah lagi ia untuk mencapai pintu. Pintu sudah terbuka dari dalam
"Jam segini baru pulang. Dari mana saja kamu? Habis di boxing sama cowo tadi? Dibayar berapa?"
**********
Maaf ya lama up nya
KAMU SEDANG MEMBACA
NARECA
Teen FictionSangat dekat namun terasa terasingkan Kian berharap namun berkali-kali terpatahkan Lelah, namun tidak ada cara selain bertahan Dan semua ini takdir yang penuh dengan penderitaan ~Nareca Satu nama yang berasal dari satu kata yaitu Nareca Seseorang ya...