*****
Di rumah sakit, Atharazka kini sedang duduk di kursi tunggu dengan mata yang terus tertuju pada pintu UGD yang tertutup.Tangannya yang berkeringat dingin, dengan seragam sekolah yang kini terlihat kusut dan kancing bagian atas yang terbuka, sungguh menggambarkan bahwa dia saat ini cemas dan khawatir dengan Sasya.
Saat melihat mobil Sasya yang di kerumuni banyak orang, pikiran nya seolah olah hilang dengan munculnya perasaan cemas yang berlebihan.
Bahkan ia mengabaikan dan mengatakan hal yang menyakitkan pada perempuan yang sama sekali tidak ada sangkut paut nya dengan hal ini.
Abaikan untuk sementara, Sasya lebih penting dari apapun.
Tiba-tiba pintu UGD yang terbuka mengalihkan atensinya, Atharazka dengan cepat berdiri dan menanyakan perihal keadaan Sasya.
"Keadaan nya baik-baik saja, dan kini dia sudah sadar. Tidak ada hal yang serius, penyebab dia pingsan karna efek terkejut yang menyebabkan jantung nya bereaksi" jelas dokter pada pria dihadapannya.
"Terimakasih, saya boleh masuk dok?" ucap Atharazka.
dokter mengangguk lalu ia berucap "Pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat inap"
Setelah dokter pamit untuk menangani pasien yang lain, Atharazka masuk ke dalam ruangan diikuti beberapa perawat yang akan membantu mendorong brangkar Sasya menuju ruang rawat.
Sesampainya disana setelah mengucapkan terimakasih, perawat undur diri menyisakan dua orang dengan perasaan yang berbeda.
"Ada yang sakit, Sya?" Tanya Atharazka memecah keheningan.
Sasya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum "Maaf udah buat kamu khawatir"
Tangan Atharazka beralih untuk mengusap kepala Sasya pelan "Yang penting sekarang kamu gapapa"
"Aku sayang sama kamu Sya, jangan sakit lagi ya"
*****
Dimeja kantin yang kini di duduki oleh Nareca dan teman temannya termasuk teman teman Atharazka, mereka memang sudah dekat dari lama ga heran mengingat mereka yang kenal satu sama lain karena sekelas.Tidak lama segelas jus tomat sengaja ditumpahkan di kepala Nareca yang entah sejak kapan berdiri di hadapan Rena, sang pelaku.
"Ups! sorry sengaja" dengan wajah tanpa dosa Rena tertawa bersama antek anteknya setelah melihat Nareca yang kini seluruh tubuhnya dipenuhi noda.
"Punya masalah apa lo sama gue?" Tanya Nareca baik-baik, ia menatap tajam Rena dan dua temannya yang masih tertawa.
"Ga ada sih, tangan gue gatel liat lo ketawa sana sini" balas Rena dengan wajah tersenyum remeh.
"Lo itu ga pantes bahagia" lanjut Rena dengan telunjuk yang mengarah pada Nareca.
Oh!
Dengan cepat Nareca memegang tangan Rena lalu memelintir nya dengan cukup keras. Nareca mendorong tubuh Rena dan menarik nya kembali dengan posisi Rena yang membelakangi nya.
Tangan satunya beralih menjambak rambut Rena hingga sang empu mendongak.
"Lo berdua pergi atau nasib kalian sama kaya dia!" Sentak Nareca menatap kedua nya tajam, belum sempat berbicara kembali kedua orang itu meninggalkan area kantin dengan tergesa gesa.
"Woahhh anjirr kerenn" sahut teman temannya sambil bertepuk tangan.
"Nareca di lawan boss"
"Lagian nenek lampir kenapa bisa bisanya punya nyali segede itu"
"So soan lawan Reca"
"Mamam tuh pelintiran"
"Bhahaa kasian"
Dan masih banyak lagi celotehan satu kantin yang mayoritas memperhatikan nya saat ini.
"Minta maaf!" Ucap Nareca dengan intonasi tinggi.
"Ogah" ujar Rena yang kini menahan sakit di rambutnya.
"Anjirr, nyari mati" sentak Deo setelah menggebrak meja.
Nareca kembali menarik rambut Rena dengan keras, hingga sang empu meringis kesakitan. Di tambah kedua tangannya yang berada di belakang di cengkram dengan cukup keras juga.
"Minta maaf atau lo abis di tangan gue!"
"Lo nyakitin gue dan lo harus terima resiko dikeluarin dari sekolah" ancam Rena.
Nareca terkekeh lalu ia mendekatkan mulutnya pada telinga Rena "Mau main main lo sama gue, gue bawa belati nih di saku, mau hem?" Bisik nya.
Mata Rena terbelalak lalu dorongan di tubuhnya mengejutnya, ia tersungkur sampai ke bawah meja setelah Nareca mendorong tubuhnya dengan kencang.
"Sampah!" Setelah mengucapkan hal itu Nareca berlalu dari kantin menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Cukup lama ia membersihkan nya, namun nihil kini noda nya meninggalkan bekas di seragamnya.
"Awas aja lo ya Renanjing, gara gara lo seragam gue kotor gini anjirr. Kesel gue sama dia kalo ga inget ini di sekolah abis lo sama gue" gerutu nya dengan tangan yang tidak berhenti membersihkan noda.
Namun seseorang mengejutkan nya dengan tangan yang menyodorkan sweater hitam, mungkin miliknya.
"Pake, terus bolos" ucap Geladi menaruh sweater nya pada pinggiran wastafel.
"Loh?"
"Malu gue di kamar mandi cewe. Udahlah tuh pake aja sweater, gue mau ke kelas" setelah mengucapkan hal itu Geladi ngacir keluar dari kamar mandi.
"Lah?"
Nareca menatap kepergian Geladi dengan heran, pasalnya siapa juga yang nyuruh nganterin sweater atau semacamnya. Ga ada kan, dia sendiri yang kesini, dia juga yang malu.
Tak urung tangan Nareca beralih memakaikan sweater pada badannya lalu senyuman terbit di wajahnya.
"Lumayan, bolos ah"*****
Setelah berhasil keluar dari sekolah dengan memanjat pagar, Nareca mengirim pesan pada Gea untuk menitipkan tas padanya, ia akan mengambil tas nya di rumah Gea nanti.Untungnya ponsel dan uang ia bawa di saku nya, jadi ia tidak perlu repot repot mengambil tas terlebih dahulu ke kelasnya yang mungkin ada guru.
Ia berjalan menyusuri trotoar dengan pandangan yang tertuju pada jalanan yang di penuhi alat transportasi.
Tiba saat lampu merah dan lampu hijau untuk pejalan kaki menyala ia berjalan melewati zebra cross.
Namun sebuah mobil yang ingin melanggar aturan lalu lintas melaju cepat ke arahnya, hingga ia tidak sadar bahwa mobil tersebut berhenti secara mendadak mengakibatkan tubuh nya terjatuh.
Hari yang sial!
Seorang pria yang mungkin sedang terburu-buru keluar dari mobil dan mengangkat tubuhnya lalu membawa nya menuju mobil.
"Kyaaa!! Bapak mau bawa saya kemana? Pakk? Astagfirullah bapak mau culik saya? Bapak mau jual organ tubuh saya? Jangan deh pakk jangan, saya sakit sakitan yang beli bakal ga mau kalo saya yang dij–" ucapannya terhenti kala melihat tatapan tajam dari orang disampingnya.
"Serem kek kuyang" celetuk nya tanpa dosa.
"Kamu bisa diem? Waktu saya tinggal sedikit. Gara gara kamu yang ngehalangin jalan saya, saya terpaksa bawa kamu" ucap pria di samping nya dengan tatapan yang siap menerkam mangsa nya.
"Lahh, ga ada yang nyuruh bapak bawa saya kali. Lagian bapak tuh ya udah tau lampu merah main terobos aja, kena kan akibatnya" cerocos Nareca panjang lebar.
"Bapak tau? Kaki saya sakit ditabrak mobil bapak, ga mau tau bapak harus tanggung jaw–"
"Diem atau saya cium" ancam pria itu dengan tampang yang ah entahlah.
"Hih om pedo" seketika Nareca langsung diam setelah mengatakan hal yang membuat pria di sampingnya mengelus dada.
Sesampainya di tempat tujuan, Nareca di buat tercengang melihat interior rumah atau mungkin ini istana?
Tanpa sadar ia sudah turun dari mobil dan terkejut ketika sebuah suara mengintrupsi nya.
"Masuk atau saya gendong kamu"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
NARECA
Teen FictionSangat dekat namun terasa terasingkan Kian berharap namun berkali-kali terpatahkan Lelah, namun tidak ada cara selain bertahan Dan semua ini takdir yang penuh dengan penderitaan ~Nareca Satu nama yang berasal dari satu kata yaitu Nareca Seseorang ya...