20. Problem

112 6 0
                                    

*****
Kini malam hari tiba. Nareca tengah bersiap dengan gaun sederhana yang ia padukan dengan setelan yang ia kado kan untuk Atharazka.

Entah yang keberapa kali ia bolak balik berkaca hanya untuk memaksimalkan penampilannya.

Ia kini akan membuktikan pada teman yang ia anggap kakaknya, bahwa malam ini ia akan membawa pasangan yang selalu di tanyakan oleh kakaknya itu.

Cukup lama ia menunggu Atha namun sampai sekarang pun tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Ia chat pun tidak dibalas, bahkan centang satu. Sudah beberapa kali di telpon namun sepertinya ponsel nya tidak aktif.

Lantas ia sedikit berpikir untuk menelpon mama nya Atha untuk menanyakan keberadaan seseorang yang ia nantikan.

"Hallo tante"

"Iya ca. Kenapa nak?"

"Maaf tant. Atha ada dirumah ngga?"

"Lohh Atha dari tadi udah pergi. Katanya sih mau jemput kamu ngehadirin acara nikahan. Tante kira dia udah sama kamu"

"Oh iya udah tante makasih ya"

"Iya nak"

Panggilan berakhir.
Kini Nareca kebingungan pasal keberadaan pacar nya itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 kurang 5 menit yang dimana acara tersebut akan segera dimulai pada pukul 9 pas.

Mau tidak mau ia berangkat menggunakan mobilnya sendiri menuju acara yang diadakan disebuah hotel. Ia tidak mau mengecewakan kakaknya karna datang terlambat, lantas ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya disana ia segera masuk kedalam hotel menemui seseorang yang ia rindukan belakangan ini.

"Katee" panggil Nareca tepat dibelakang seorang wanita yang memunggunginya.

"Yaampun sayangggg" Wanita tersebut tampak terkejut namun dengan cepat ia memeluk Nareca begitu erat.

"Kalo gini konsepnya, ga lama juga gue mati" gerutu Nareca pada wanita tersebut yang memeluknya begitu erat.

"Heh kalo ngomong kebiasaan nih bocah. Gandengan lo mana nih? Katanya bakal dapet pas gue balik. Lama-lama gue jodohin sama sepupu gue nih" jengah Caterin pada Nareca yang tampak cengengesan.

"Sumpah ka gue mending terjun ke gunung merapi dari pada dijodohin sama sepupu lo yang kek triplek itu" Caterin tertawa mendengar ucapan Nareca barusan.

"Triplek-triplek gitu juga menang cakep ca, mana cool lagi kek es balok hhaha"

"Sa ae lo kate"
"Bye the way kak Dirga mana nih gue belum liat istri nya. Pas ucap janji kan gue ga dateng"

"Ikut gue yuk. Paling lagi ena ena" ucap Caterin asal jeplak.

"Kate didenger orang tau. Aelah cakep cakep gabisa jaga image" jengah Nareca pada kakaknya itu. Ingin sekali ia menggeplak mulutnya yang lemes itu.

"Serah gue dong. Tuh tuh mereka lagi pada ngobrol sama sasya" tunjuk Caterin pada segerombolan orang yang berada dalam satu meja.

"Sasya?"

"Oy Dirga. Nih selingkuhan lo nanyain" ucap Caterin yang dengan seenak jidat mengambil minuman milik Dirga.

"Recaa" Dirga mengelus surai rambut Nareca timbang memeluknya di depan istrinya.

"Kabar lo gimana ka? Udah berminggu-minggu gue ga denger kabar lo. Tau tau udah resepsi" Nareca mengulurkan tangan nya pada seorang wanita yang gaunnya senada dengan milik Dirga. Ia yakini bahwa ini istrinya.

"Nareca. Adik angkat nya Ka Dirga sama Ka Caterin. Jangan salah paham sama ucapan kate tadi. Mana mau Reca sama Ka Dirga yang boke" ucap Nareca tersenyum. Wanita yang ia tau bernama Merin itu sedikit tertawa menanggapi candaan Nareca.

"Merin. Senang berkenalan dengan mu cantik"

"Lo ga terbang kan ca?" Tanya Caterin tiba-tiba.

"Sayap nya belum sampe ka tenang aja" ucap Nareca.

Mereka semua tertawa mendengar candaan yang dilontarkan Caterin dan Nareca. Seorang wanita yang cukup manis hanya diam sesekali tertawa menanggapi obrolan mereka.

"Ini? Kak Sasya?" Tanya Nareca memastikan.

Sasya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
"Nareca kak. Anyway kak sasya manis banget kek tebu"

"Makasih. Kamu juga cantik banget hari ini" ucap Saya sedikit tertawa.

"Berarti pas kemarin-kemarin Reca ga cantik ya?" Cicit Nareca menundukkan kepalanya sok dramatis.

"Najis ca asli liat lo gini" saut Caterin menonyor kepala Nareca.

Lagi-lagi semua yang ada di meja ini tertawa. Namun seketika perhatian mereka tertuju pada satu pria yang tiba-tiba duduk di sebelah Sasya dan merangkulnya. Ia duduk tanpa memperhatikan semua pasang mata yang sedang melihatnya terutama Nareca yang sangat terkejut melihat hal tersebut.

"Lama hem?"

Sasya menganggukkan kepalanya sambil mengerucut bibirnya.

"Sory babe" ucap pria tersebut mengecup pipi Sasya.

Lain hal nya dengan Nareca. Sungguh demi dewi fortuna apapun yang ia lihat malam ini ia berharap bahwa ini hanya mimpi.

Namun berulang kali ia mencubit tangan nya ini memang benar kenyataan.

Siapa yang tidak sakit hati melihat pacar nya berada disini bersama wanita lain tepat berada dihadapannya.

Sedari tadi Nareca menunggu kedatangannya ia rela-rela datang ke acara ini sendiri dengan mengemudikan mobilnya yang hampir menabrak pembatas jalan.

Yang ia nantikan justru disini bermesraan dengan wanita yang baru ia puji cukup manis itu.

Nareca mencoba untuk bersikap biasa. Ia menahan air mata yang akan turun melewati pipi nya.

"Nyosor terusss" ucap Dirga jengah melihat pasangan yang kelewat romantis itu.

Atharazka mendongak menatap semua orang satu persatu. Kemudian tatapan nya berhenti kepada satu orang yang tersenyum ke arahnya.
Terkejut yang ia rasakan saat melihat pemandangan wanita yang lusa lalu ia klaim sebagai pacarnya.

"Lohh Atha juga ada disini. Pacar nya kak sasya?" Meski dengan suara yang sedikit bergetar ia hanya memastikan sesuatu yang bersarang diotaknya.

Caterin yang menyadari keadaan nya berbeda menatap selidik ke arah Nareca yang tampak menahan sesuatu tersebut.

"Calon tunangan ca. Gimana serasi ngga?" Ucap Sasya tersenyum mengelus lengan Atha.

"Couple goals bangett. Kapan nih acara nya. Jangan lupa undang Reca ya kak"

"Pasti dong. Doain aja ya acara nya bulan bulan ini"

Nareca tersenyum dan mengacungkan jempol nya. Tidak lama ia izin untuk ke kamar mandi.

Atha hanya menatap kepergian Nareca dengan pikiran yang campur aduk. Dalam hati ia merutuki kebodohannya, kenapa ia tidak sampai kepikiran bahwa Nareca mengajak nya ke acara ini. Sungguh rasa bersalah kini tengah menghantuinya.

Sesampainya disana Nareca menatap dirinya dalam pantulan cermin.

"Semenyedihkan itu kah hidup gue. Sampe sampe lo berani nyakitin gue berkali-kali ta" Nareca menepuk dada nya yang tampak sakit.

"Tega banget. Gue rela nungguin lo lama, naik mobil ugal-ugalan, bahkan untuk dapetin baju yang gue kasih ke lo itu gue harus mohon-mohon dulu"

"Kenapa gue ga pernah bisa ngerasa tenang sekali pun. Ada aja problem yang kian datang di hidup gue. Kalo gini gue mau nyalahain siapa!!!"

Akhirnya air mata yang ia tahan kini mengalir deras hampir membuat make up nya berantakan.
Perlahan badan nya luruh ke lantai dan menangis sejadi-jadinya.

"Kemarin-kemarin lo buat gue berharap. Hari ini lo buat gue hancur ta. Semudah itu lo lakuin semua ini"

Sungguh Nareca tidak sekuat itu melihat hal yang tidak seharusnya ia rasakan. Ia hanya salah satu orang lemah yang ketika disakiti ia akan menangis sejadi-jadinya.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak nya pelan "Please. Wake up"

*****

NARECA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang