•
•
•Nafisah tak henti-hentinya berucap kasar di dalam batinnya.
Mencaci maki Papahnya yang tengah lancang ingin menikahkannya dengan seseorang yang belum ia kenal tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu darinya.
Tante Sinta membawa sebuah Album foto. Ia ingin mengenalkan sesosok pemuda yang akan mempersunting Nafisah nanti.
"Nah, ini foto Abi waktu masih SMP," ucapnya sembari memperlihatkan seorang pemuda yang tengah mengenakan baju futsal itu.
"Ganteng nggak Fis putra Tante?" tanya Tante Sinta seolah penasaran ingin mendengar langsung respon pertamanya saat melihat Habibi.
"Ganteng Tante," ucap Nafisah sedikit terpaksa. Soalnya kalau bilang jelek, you know lah!
Tante Sinta tersenyum senang.
Syukurlah, ia merasa lega dan tak perlu khawatir Nafisah akan menolak perjodohan ini.
Tante Sinta merasa nyaman saat duduk didekat Nafisah.
Ia yakin, Abi juga akan merasa nyaman, jika bersanding dengannya.
"Nafisah," panggil Papah Kamil.
"Ayo pulang Nak."Mendengar perintah Papahnya, Nafisah segera pamit kepada Tante Sinta.
Tante Sinta tak henti-hentinya mengelus halus puncak kepala Nafisah hingga membuat Nafisah sedikit salah tingkah.
Meski baru pertama kali berjumpa.
Namun, terlihat jelas bagaimana Tante Sinta begitu perhatian dan begitu menyayanginya. "Hati-hati ya sayang. Kalau lewat ke sini, jangan sungkan-sungkan mampir ke rumah Tante. Siapa tahu Abi sedang ada di rumah."
"Baik Tante. Nafisah pulang dulu," ucap Nafisah dan segera pergi meninggalkan Tante Sinta.
Setelah sampai di dalam mobil, Nafisah membanting keras pintu dan mulai mengeluarkan unek-uneknya.
"Nggak ada ya Papah. Nggak ada jodoh-jodohan. Nafisah menolak keras tindak pindana yang melecehkan hak asasi manusia, sesuai dengan Pancasila sila ke- lima," ucap Nafisah nyeroscos tanpa henti.
"Nafisah bisa tuntut Papah atas perbuatan yang tidak menyenangkan ini Pah," gerutu Nafisah namun sama sekali tidak dihiraukan oleh Papah Kamil.
"Papah emang mau, Nafisah jodohin sama Mpok Romlah? Enggak kan? Begitu juga Nafisah Pah. Nafisah cuma mau Reno. Titik!"
Papah Kamil hanya menghembuskan nafas kasarnya.
Membiarkan putrinya menyampaikan unek-uneknya sampai berbusa, toh satu ancaman saja sudah cukup membuat mulutnya Seketika membungkam.
Setelah sampai di rumahnya, Nafisah segera masuk dan membanting keras pintunya. Ia sudah menelpon Reno, sang kekasihnya. Namun, telponnya belum diangkat.
Entah, apa yang sedang Reno lakukan sampai lupa memberinya kabar.
Padahal Reno sudah berjanji, akan segera memberikan kabar kepadanya.
"Gue sampe jumpalitan ke gini. Nggak dijawab," omel Nafisah bergerak gelisah ke sana ke mari.
"Angkat dong Ren. Please."Tak kunjung juga mendapatkan jawaban. Nafisah mulai mengamuk bak wanita yang tengah kesurupan.
Ia membanting semua peralatan yang ada sebagai pemberontakan atas keputusan papahnya yang semena-mena.
Ia menangis, merasa bahwa Papahnya seperti tidak menyayanginya.
Brak ...
Semua barang-barang yang ada di kamarnya mulai berjatuhan.
Nafisah mulai membanting dan melempar barangnya ke sembarang arah.
"Kenapa Papah nggak pernah ngertiin Nafisah si Pah. Nafisah tuh cintanya cuma sama Reno. Nggak ada yang lain," ucapnya sembari terisak.
Sementara Papah Kamil yang tengah asyiknya menonton bola hanya tersenyum saja melihat reaksi dari putrinya.
Mau jungkir balik bagaimanapun, tidak akan pernah bisa merubah keputusannya.
Titik.
Semua ini juga demi kebaikannya.
Sangat perlu bagi Papah Kamil untuk memikirkan bagaimana masa depan putrinya kelak jika bersanding dengan Si brengsek Reno.
Yang belum apa-apa aja sudah mendua dan mempermainkan perasaan wanita.
Nafisah mengusap kasar air matanya.
Sedari tadi, ia memutar otak bagaimana caranya agar Papahnya membatalkan perjodohan ini. Apalagi dengan seseorang yang tidak ia kenal sama sekali.
Nafisah berjalan ke arah Papahnya yang dengan tanpa berdosanya sedang duduk rebahan sembari menikmati kacang goreng. Sedangkan ia, kini sedang meratapi nasib buruknya.
"Papah," panggil Nafisah dengan air mata buaya betinanya.
"Please Pah... Nafisah nggak mau dijodoh-jodohin. Reno juga tahun depan mau ngelamar Nafisah Pah. Dia juga serius mau nikahin Nafisah.""Nggak. Keputusan Papah udah bulat."
Nafisah menarik napasnya perlahan-lahan. Sebelum akhirnya ia kembali mengeluarkan unek-uneknya.
"Oke Fine. Nafisah mau," ucap Nafisah sembari tersenyum licik. "Asal dengan satu syarat."
"Apa?"
"Aku mau minta mas Kawin sebesar 5 Milyar," ucap Nafisah penuh dengan penekanan. "TITIK!"
Nafisah segera pergi dan meninggalkan Papahnya.
Berharap, dengan permintaan yang cukup memberatkan itu. Pihak keluarga Abi segera berubah pikiran dan membatalkan perjodohan ini.
•••
Instagram :
@setiawantuz23
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Habibi [END]
SpiritualBerawal dari pertemuan yang singkat. Hingga akhirnya, kedua insan itu jatuh ke dalam perasaan cinta yang begitu hebat. ••• Gimana rasanya dijodohin sama Habibi? Hmm, rasanya seperti anda menjadi Iron Man. ••• Selamat membaca 📚 Cover by @hirocoverwp