12

34K 2.7K 84
                                    



"Mau gue bantuin?" tanya Nafisah menirukan gaya Habibi yang sedang berusaha menggodanya.

"Pala lu bantuin. Sono pergi!" omel Nafisah tak terima bentuk tubuhnya yang aduhai diintip oleh suaminya.

"Pergi!" teriak Nafisah melihat Habibi yang justru tengah mengulum senyum manisnya.

"Gue banting juga ya lu lama-lama," ucap Nafisah berusaha menahan rasa kesalnya sembari terus memperhatikan punggung Habibi yang semakin menjauh.

•••

Saat ini Habibi masih menunggu Nafisah di luar.

Ia masih setia menunggu istrinya yang sedang bersolek dan merias kembali wajah cantiknya.

Nafisah sudah keluar. Ia kini memakai gaun warna putih dan berhasil membuat Habibi menatapnya begitu lama.
"Ngapain liatin gue kayak gitu? Terpesona?" tanya Nafisah tidak terima saat Habibi menatapnya begitu lama.

Habibi berjalan. Ia kini mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik Nafisah yang mulai terlihat salah tingkah.

"Gue cuma mau bilang," ucap Habibi dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Mata lo belekan," bisik Habibi lalu pergi meninggalkan Nafisah yang sudah siap menyumpah serapahinya lagi.

"Mana ada ya ceritanya gue belekan. Ngada-ngada aja lu Yanto," omel Nafisah meski Habibi telah berjalan jauh meninggalkan dirinya.

•••

Nafisah dan Habibi kini sedang mengabadikan momen yang paling sakral dalam hidupnya.

Keduanya berpose dengan berbagai style dan berbagai macam gaya.

Ada gaya rasa yang tertinggal. Ada gaya rasa mencintai dalam diam dan ada juga gaya tahan godaan mantan.

"Wiiih selamat ya Bi," ucap Haikal sahabat terdekat Habibi yang baru saja datang ke menghadiri acara. "Sorry baru datang."

Haikal segera menengadahkan tangannya dan berucap, "Barokalloohulaka wabaaroka'alaika wajama'a bainakumaa fii Khoir." Haikal berdoa semoga rumah tangga Habibi sakinah, mawadah dan warohmah.

Di depan Nafisah, Haikal hanya meletakkan tangannya di depan dadanya.

Nafisah juga melakukan hal yang sama seolah mengerti bahwa lelaki itu tak ingin bersentuhan dengannya.

"Titip sahabat saya Nafisah. Kalau dia salah jalan, tolong suruh puter balik.!"

"Tapi, kalau dia kentut di depan kamu. Jitak aja palanya," ucapnya sembari terkekeh pelan dan segera pergi meninggalkan Habibi yang telah melotot tajam ke arahnya.

"Kampret lu, pake buka aib gue," bisik Habibi sembari menjitak kepada Haikal yang masih terkekeh pelan.

Nafisah tersenyum bangga setelah tahu satu kekurangan suaminya yang selalu di puja-puja para fansnya di kampus.

"Dih, ganteng-ganteng tukang kentut," ucap Nafisah diiringi tatapan sinis nya.

Nafisah menatap tajam Habibi sembari tersenyum remeh.
"Satu kebiasaan lo yang ubah terbongkar. Ternyata lo tukang kentut."

Habibi hanya tersenyum simpul saja mendengar Nafisah akhirnya mengakui pesonanya.
"Jadi gue ganteng nih?" tanya Habibi sembari menaikan alisnya hingga membuat Nafisah sedikit gelagapan.
"Hah?hah?" Habibi terus menaikkan sebelah alisnya membuat Nafisah mengangkat bahunya acuh.

"Dih, Apaan sih, nggak jelas lu Yanto," ucap Nafisah memukul pelan bahu Habibi yang berada di sampingnya.

Ia memalingkan wajahnya, tak Sudi jika Habibi tahu bahwa ia kini tengah Salting tingkat ting-ting.

Mengetahui hal itu, Habibi hanya tersenyum simpul.

"Baru juga satu hari deket sama gue, udah Salting gini. Apalagi setahun-" Habibi sengaja menggantungkan kalimatnya. "Bisa-bisa punya tuyul kembar."

Nafisah membulatkan matanya saat mendengar kata terakhir dari Habibi yang membuat ia bergidik ngeri. Kemudian ia menatap Habibi geram dan segera menjauhkan tubuhnya.

Baru Juga akad udah bahas ke-gituan. Please, Nafisah masih polos-polos tudewaw. Nggak mau bahas gitu-gituan.

Fiks, mulai hari ini ia harus sering membaca Surat Yasin agar dijauhkan dari godaan dan bisikan setan yang terkutuk, pikirnya.

•••

Alhamdulillah rangkaian acara telah selesai dilaksanakan. Nafisah sudah beranjak dari tadi, katanya mau mempersiapkan diri. Habibi yang mengerti maksud ucapan istrinya itu, hanya bisa tersenyum bahagia.

Ia kini berjalan menuju kamar Nafisah. Sesuai petunjuk arah dari Papah Kamil yang menunjukkan letak kamar Nafisah berada di lantai atas pojok kanan.

Meski sedikit deg-degan, karena ini adalah pertama kalinya Habibi tidur berdua dengan lawan jenisnya. Ia menghela napas panjang dan perlahan-lahan mulai memberanikan diri menaiki anak tangga.

Sepanjang perjalanan Habibi merapihkan rambutnya agar lebih terlibat rapih dan mempesona saat Nafisah melihatnya.

Akhirnya, ia kini sudah sampai di depan kamar Nafisah.

Namun, matanya membulat saat melihat tulisan besar itu tepat menempel di pintu kamar Nafisah dengan sangat jelas.

Bahkan, Habibi belum sempat mengetuk pintunya sedikitpun.

"Maksudnya, gue nggak boleh?" tanya Habibi pada dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maksudnya, gue nggak boleh?" tanya Habibi pada dirinya sendiri.

Namun, sebelum ia melanjutkan pertanyaannya. Nafisah yang mendengar langkah kaki Habibi dengan jelas, segera berteriak dari dalam.
"Tidur di luar, gue nggak bakalan pernah izinin lo masuk kamar gue."

"Hah!?" Habibi hanya bisa mengelus halus dada bidangnya meninggalkan kamar Nafisah dan berjalan mencari kamar tamu yang sudah di siapkan istri laknatnya itu.

•••


Instagram : @setiawantuz

Dear Habibi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang