17

25.3K 2.2K 19
                                    



Tetaplah bersamaku, sampai aku benar-benar mengerti tentang arti sebuah perjuangan dan pengorbanan.

~ Ahmad Habibi Gusti Prawira Putra ~

•••

Habibi sudah sampai di depan rumah membawa mobilnya.

Ia segera turun dan entah ada angin apa dengan senang hati, ia membukakan pintu untuk Nafisah.

"Jadi berasa kaya Nyonya," gumam Nafisah di dalam batinnya melihat Habibi yang dengan senang hati membukakan pintu untuknya.

Setelah memastikan Nafisah duduk dengan nyaman. Kini Habibi mulai melajukan mobilnya. Sesuai dengan petunjuk jalan yang Nafisah minta.

Meski kini hanya hening yang tercipta. Sepanjang perjalanan, Nafisah mulai mengamati Habibi secara diam-diam.

Sementara Habibi, ia hanya fokus menyetir dan menambah kecepatan mobilnya agar Nafisah bisa segera sampai ke tempat tujuan.

•••

Setelah sampai di lokasi tujuan, Nafisah segera mengambil ponselnya dan diam-diam mulai mengetik sesuatu.

Reno
Gue udah di lokasi
Lo dimana?

"Dah nyampe kan Fis?" tanya Habibi hingga berhasil membuat Nafisah mengalihkan perhatiannya.

"A-ah, iya," jawab Nafisah terdengar sedikit gugup.

"Udah sampe ya," ucap Nafisah dan segera memasukkan ponselnya kembali.

Habibi hendak keluar mobil namun dengan cepat Nafisah segera mencegahnya.
"Nggak usah, gue bisa sendiri," ucap Nafisah menolak maksud baik Habibi yang hendak membukakan pintu untuknya.

"Oke."

Nafisah hendak membuka pintu mobil. Namun, lagi-lagi Habibi memanggilnya.
"Fis," panggil Habibi terdengar begitu lembut.

"Apaaa lagi," jawab Nafisah terdengar sedikit ketus.

Habibi memberikan tangan kanannya. Berharap, Nafisah mengerti maksud dan tujuannya.

Nafisah yang mengerti apa maksud dan tujuan Habibi meletakkan tangan di hadapannya, hanya bisa membuang napas kasarnya.
"Apaan sih, pake acara ke ginian segala," gumam Nafisah di dalam batinnya.
"Norak."

Dengan kasar, Nafisah segera meraih tangan Habibi dan mencium punggung tangannya.

"Udah kan?" tanya Nafisah menatap malas Habibi yang masih tersenyum simpul kepadanya.

"Fis," panggil Habibi untuk yang kedua kalinya.

Lagi-lagi Nafisah membuang napas kasarnya.
"APA LAGI?" tanyanya sedikit menahan rasa kesal.

"Jaga diri baik-baik. Jangan ada cowo lain yang deket-deket sama lo," ucap Habibi mengingatkan Nafisah.
"Kalau ada apa-apa, cepet kabarin gue."

Nafisah membulatkan bola matanya malas.

"Nyenyenye," gumam Nafisah di dalam batinnya. "Siape lo, so ngatur-ngatur gue."

Tanpa sepatah katapun, Nafisah segera keluar.

Habibi yang melihat sikap dinginnya Nafisah hanya bisa berharap ia bisa menerima dirinya secara utuh, meski entah kapan.

Hanya Tuhanlah yang maha membolak-balikan hatinya.

Kapanpun itu, Habibi sudah bertekad akar sabar menunggunya.

Menunggu di mana, Nafisah menerima dirinya secara utuh. Sebagai suami dan juga imam di dalam hidupnya.

•••

👇 Instagram seputar wattpad

@setiawantuz

Dear Habibi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang