24

23.6K 2K 25
                                    



Sesuai apa yang diamanatkan Nafisah. Habibi begitu setia menunggu sayur lodehnya hingga mendidih.

Kebayangkan, nunggu sayur lodeh aja, sesetia itu.

Apalagi nunggu ia yang mau melangkah bersama.

Susah senang, bersama.

Membangun mahligai cinta bersama hingga surga. Bisa jadi. Itu adalah impian semua wanita.

Hal kecil seperti ini bisa jadi tips nih, buat yang mau mengecek sejauh mana ia setia, maybe.

Sembari menunggu airnya mendidih, Habibi kembali memainkan ponselnya.

Membuka galeri lamanya yang isinya semua tentang Nafisah.

Photo-photo lamanya yang sempat ia cari tahu di sosial medianya dan beberapa status yang menggambarkan tentang seorang yang bernama Nafisah yang begitu menarik perhatiannya sejak pada pandangan pertama.

Nafisah tidak tahu bahwa Habibi sudah mengaguminya diam-diam sejak pertama ia membantunya. Kejadian beberapa tahun silam kala itu.

Ia juga diam-diam berusaha mencari tahu semua hal tentang Nafisah dengan caranya. Bak detektif Conan saat menjalankan aksi dan tugasnya.

Insiden tabrak lari yang terjadi kepada Nafisah membuat Papah Kamil mengenal sosok pemuda yang biasa dipanggil Abi. Yang juga kebetulan adalah anak dari salah salah satu partner bisnis dan teman dekatnya.

Sejak saat itulah Papah Kamil menaruh harapan yang besar kepada Habibi agar suatu hari nanti dapat mempersunting putri satu-satunya itu.

Di dunia ini memang tidak ada yang kebetulan. Semua berjalan atas kehendakNya.

Catatan di lauhul mahfuz di sana akan tetap berjalan sesuai dengan skenarioNya. Sesuai yang sudah ditakdirkan olehNya sebelum kita dilahirkan ke dunia ini.

Habibi tersenyum bahagia saat melihat photo-photo imut Nafisah sebelum masuk ke perguruan tinggi.

Saat SMA, Nafisah nampak terlihat gemuk dan menggemaskan.

Lain halnya dengan sekarang yang lebih langsing namun terlihat menyebalkan binti menjengkolkan.

Bagi Habibi, Nafisah adalah cinta pertama dan semoga menjadi cinta terakhirnya hingga ajal menjelma.

Ia sudah menjatuhkan hatinya untuk Nafisah hingga ia berani nekat menikahinya.

Padahal ia tahu, bahwa saat ini hati Nafisah bukan untuknya.

Melainkan untuk Reno yang hanya berstatus sebagai kekasihnya.

Kepergiannya ke sebuah pondok pesantren untuk membentuk pribadi yang lebih baik membuat ia kehilangan kesempatan untuk mengenal Nafisah lebih jauh, hingga Reno masuk lebih dulu dan menjalin kisah asmara dengannya.

Namun Habibi sangat yakin, seiring berjalannya waktu. Cinta bisa datang dan tumbuh karena kebersamaan dan juga pengorbanan yang tercipta dalam sebuah kebersamaan.

Yang perlu Habibi lakukan saat ini adalah membuktikan hal itu kepada Nafisah.

Membuktikan bahwa cintanya jauh lebih besar dibanding Reno.

Bahwa pengorbanannya jauh lebih besar dibanding Reno.

Suara air mendidih sejenak mengalihkan perhatiannya.

Ia teringat pesan Nafisah kalau airnya mendidih ia harus segera memberitahunya.

Habibi segera berjalan menghampiri Nafisah.

Nafisah terlihat sedang asyik menyiram bunganya satu persatu. Tamannya memang terlihat indah dan cantik, sama seperti pemiliknya.

Habibi berjalan mendekati Nafisah, hingga sang empu tak sadar bahwa kini ia sudah berada di belakangnya.

"Fis," panggil Habibi memegang bahu Nafisah dari belakang.

"Aaaa," teriak Nafisah tersentak kaget dan refleks menyemburkan air tepat di wajah Habibi yang kini sudah berada di hadapannya.

Nafisah membulatkan matanya kaget, melihat Habibi sudah bayah kuyup karena ulahnya.
"Aduh sorry, sorry ... lagian lo kenapa sih megang-megang gue. Gue kan kaget tiba-tiba lo nongol di depan gue," kilah Nafisah karena takut Habibi marah kepadanya.

Habibi hanya menarik napasnya perlahan-lahan. Mau marah juga rasa cintanya jauh lebih besar dari amarahnya saat ini.

"Ya udah, tunggu bentar. Biar gue ambilin handuk," ucap Nafisah tak enak hati dan segera mengambil handuk kecil untuknya.

Habibi mengelus dadanya perlahan-lahan. "Sabar Bi, sabar," ucapnya menghibur diri. "Ujian rumah tangga segini mah, belum seberapa."

Nafisah sudah datang dan tak lupa membawa handuk kecil untuknya.

Ia mendekat ke arah Habibi dan tanpa diminta ia dengan telaten mengeringkan rambut hingga beberapa bagian badan yang basah karena ulahnya.

"Sorry, lagian bukan salah gue. Siapa suruh main nonggol di depan gue," ucap Nafisah membela diri.

"Iya," jawab Habibi lembut.
"Lagi pula perempuan emang nggak pernah salah kan?" tanyanya sembari tersenyum jahil diikuti senyuman tipis yang terbit dari wajah Nafisah pagi ini.

Mentari menjadi saksi bahwa keduanya saling melempar senyum satu sama lain, hingga membuat sang putik dan kumbang merasa iri kepada keduanya.

"Oh iya, gue lupa. Sayurnya udah mendidih tuh."

"Udah dikasih tahu?"

Habibi mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Udah dikasih tahu?" tanya Habibi sedikit bingung.
"Maksudnya?"

Nafisah kembali mengulang pertanyaannya.
"Iya ... maksud gue, udah dikasih tahu belum?"

"Tahu?" tanya Habibi seolah bingung.

Nafisah membuang napas kasarnya melihat Habibi yang nampak seperti kebingungan.
"Tahu Abi, tahuuuu. Lo tau tahu nggak sih. Itu lo, selingkuhannya tempe. Yang bentuknya kuning, udah gue potong kotak-kotak deket kompor," ucap Nafisah menjelaskan maksud ucapannya dari tadi sedetail mungkin. Agar Tahunya segera dimasukkan kalau sudah mendidih.

Habibi menganggukkan kepalanya paham. "Oh, Tahu," ucap Habibi mengerti apa yang sedang diperdebatkan dari tadi.
"Iya, sorry. Gue kira kalau udah mendidih kasih tahu-"

"Ah udah ah," ucap Nafisah segera memotong ucapannya Habibi.
"Jangan bikin rambut gue makin keriting. Cepetan kasih tahu sekarang, habis itu matiin kompornya, biar nggak gosong."

Habibi segera pergi meninggalkan Nafisah yang tengah komat-kamit kepadanya.

•••

Instagram : @setiawantuz

Jangan lupa jejak Pren 🌟🌟💬💬💬

Babay ✋🦋🦋🦋

Dear Habibi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang