27

23.4K 1.9K 25
                                    



Reno tertawa sumbang mendengar pengakuan konyol Habibi kepadanya.
"Bi, Abi ... lain kali, kalau mau ngomong itu ngaca dulu," ucap Reno dengan nada merendahkan.

Reno menatap tajam Habibi dari ujung kaki sampai ujung kepala yang kebetulan saat ini sedang memakai pakaian muslim karena baru pulang ziarah.
"Lo?" tanya Reno sembari mengarahkan jari telunjuknya.

"Suaminya Nafisah," ucapnya memandang remeh dan terkekeh pelan.
"Jangan Ngayal. Lo itu bukan tipe dia. Tipe dia itu yang kaya gue."

Habibi tersenyum kecut saja. Ia sama sekali tidak gentar. Apalagi takut, dengan tatapan tajam Reno kepadanya.

"Lo pikir omongan Nafisah tadi bohong?"

Habibi segera memberikan bukti photo saat keduanya sedang melangsungkan akad nikah.
"Kalau lo nggak percaya lo bisa lihat ini," ucap Habibi kemudian memberikan ponselnya kepada Reno.

Reno tersentak kaget saat melihat kenyataan bahwa kekasihnya sudah menikah dengan Habibi tanpa sepengetahuannya.

Rahang Reno tiba-tiba mengeras. Tangannya kini mulai mengepal. Menahan emosi yang kian amat.

Ia kini mulai menatap tajam Habibi seperti halnya seekor singa yang hendak memakan  mangsanya dengan sangat bringas.

"Brengsek," teriak Reno menggema dan memukul keras wajah Habibi hingga mengeluarkan sedikit darah segar di sudut bibirnya.

Reno terus saja berusaha memukul Habibi dan melayangkan pukulannya. Namun sayang untuk yang ketiga kalinya, Habibi segera mengunci tubuh Reno dengan sekali tendangan di bagian perutnya.

Salah besar jika Reno meremehkan seorang Habibi yang sudah berlatih bela diri sejak dini.
"Denger gue," ucap Habibi menatap tajam Reno. Yang sudah terlihat tak berdaya karena pergerakannya sudah terkunci.

"Ancaman gue nggak main-main. Kalau lo masih ganggu Nafisah. Lo berurusan sama gue, ngerti!"

Setelah mengaku pasrah dan menyerah. Habibi segera melepaskan Reno dan menyuruhnya pergi dari hadapannya.

Ia kembali mengingatkan Reno, agar jangan pernah mencoba bermain api dengannya.

Setelah merapihkan pakaian dan rambutnya yang berantakan, akibat perkelahian dengan Reno. Habibi segera pergi menemui Nafisah yang sepertinya sudah menunggunya di Mobil.

•••

Sesampainya di Mobil, dari jauh Habibi melihat Nafisah yang terus saja bergerak gelisah ke sana ke mari. Entah sedang menelpon siapa.

"Sorry Fis, lo nunggu lama ya?" tanya Habibi memulai percakapan. Berharap Nafisah tidak melihatnya tadi sedang bertengkar.

"Lo dari mana aja sih? Gue kan udah bilang, tunggu aja di mobil," jawab Nafisah tanpa melihat wajah Habibi yang sedikit lebam akibat perkelahian dengan Reno.

Nafisah masih bergerak ke sana ke mari tanpa memperhatikan Habibi yang berada di sampingnya.
"Pah, angkat dong. Penting," ucap Nafisah pelan. Namun, Habibi masih bisa mendengarnya.

Melihat Nafisah yang terus saja mengabaikannya. Habibi segera masuk ke dalam mobil.

"Apa ini saatnya gue jujur sama Nafisah?" tanya Habibi di dalam batinnya.

Habibi merasa sudah saatnya Nafisah tahu, bahwa memang Papahnya lah yang merencanakan ini semua untuk memisahkannya dengan Reno.

Dear Habibi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang