Chapter 8 : Tentang si Berandalan

9 3 0
                                    

"Anjir, anjir lo tau gak siii.. Tadi di kantin, Arkan sama Kak Reno berantem-"

"Ha? serius lo? Kak Reno? Kok bisa?"

"Gue juga gak tau. Tapi tadi kak Reno yang nyamperin Arkan duluan, terus tiba-tiba narik kerahnya Arkan. Parah banget si, mana baksonya Arkan sampe tumpah gitu."

"Terus, terus??"

"Ya Arkan gak terima dong.. Dia langsung ngehajar Kak Reno. Lo tau apa yang bikin gue ngeri?"

"Apa?!"

"RENO MENTAL!"

"Anjir maksud lo?!"

"Iya, dia mental pas dipukul Arkan! Bayangin sekuat apa dia mukul Kak Reno, sampe mental gitu?!"

"Anjir! Terus, terus??"

"Gue gak bisa bilang mereka berantem, soalnya Kak Reno yang banyak mukulin Arkan sampe kalap. Kak Reno keliatan marah banget, dia kayak punya dendam gitu ke Arkan. Parah si, gue kaget banget liat Kak Reno kayak gitu. Secara Kak Reno kan cowoknya kalem banget."

Tanpa sadar Vanilla mengangguk menyetujui perkataan teman sekelasnya itu. Dia sudah lama mengenal Reno, meski dia tidak bisa secara langsung melihatnya tapi Vanilla tahu jika Reno adalah tipe orang penyabar. Vanilla bisa merasakan itu.

"Mereka berantem gara-gara apa?"

"Ck, lo kek gatau aja."

Vanilla menyimpan sendoknya, mengunyah nasi gorengnya tanpa minat. Sulit dipercaya. Kabar yang didengarnya dari teman sekalasnya itu sangat sulit Vanilla percaya. Tapi, yang kini mengganggu pikirannya adalah keadaan cowo itu. Dimana dia sekarang, dan bagaimana keadaannya?

Arkan, dan apa yang cowok itu perbuat hingga Reno bertindak diluar kendali seperti ittu?

"Van? Vanillaa?"

Vanilla tersentak dari lamunannya. "Y-ya?"

"Kamu denger juga kan?"

Vanilla mengernyit mendengar pertanyaan Nadira. Mendengar apa maksudnya?

"Kak Reno." katanya seakan mengerti kebingungan Vanilla. "Aku udah cerita 'kan kalau Arkan tuh gak jauh beda sama Davin. Kamu bayangin dia baru dua minggu disini, tapi dia udah bikin tiga orang babak belur! Gilak gak si?!"

Vanilla bisa mendengar emosi disetiap kata yang dilonttarkan oleh Nadira. Dia mengerti akan kekhawatiran Nadira padanya. Seminggu yang lalu dia jadi bahan perbincangan seantero sekolah karena katanya dia jadi cewek beruntung yang bisa ditolong oleh Arkan. Dan tentu saja berita itu sampai ke telinga Nadira.

Belum lagi rumor miring tentang Vanilla yang dengan terang-terangan diklaim Arkan sebagai miliknya. Tuduhan dirinya cewek murahan hingga dia yang dituduh menjual diri pada Arkan dan Reno. Semua itu benar-benar menyesakan.

Saat ini yang Vanilla lakukan hanya diam. Berpura-pura tuli, meski sebetulnya dirinya tersiksa. Memangnya apa yang Vanilla mau jual dari dirinya? Cantik saja tidak, yang ada dia buta.

Vanilla menghela napasnya, kemudian tangannya meraba mejanya mencoba meraih boto minum yang lupa ia letakan dimana.

"Nih."

Vanilla tersenyum saat tangannya diraih oleh Nadira dan diletakan di botol yang tadi ia cari. "Makasih."

"Pokoknya kamu gak boleh deket-deket dia Van. Kalau bisa kamu gak boleh sampe ketemu sama dia." Ucap Nadira setelah beberapa saat mereka saling diam.

Sambil membereskan kotak makannya, Vanilla menyusun kalimat yang sekiranya bisa menenangkan kekwahatiran Nadira. "Iya Nad, kamu tenang aja. Lagi pula kalau dia emang punya niat jahat sama aku, dari awal dia gak bakal nolong aku Nad. Jadi aku yakin dia gak bakal macem-macem sama aku."

BerandalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang