Hai, selamat datang di RE-MAJA. langsung aja yuk ke cerita nya.
Kalian bisa tinggalkan jejak berupa voment ★💬 sebagai dukungan, terimakasih ....
Happy Reading^^
*****
Nama : Dira Anggia Liana
Kelas : X MIPA 1
Sekolah : SMA Galaksi Bimabakti
No. Absen : 4Tampak seorang gadis berambut pendek mengisi identitasnya di sampul buku berwarna cokelat yang ada di hadapannya, kemudian gadis bernama Dira itu menyisikan buku tersebut, “Ini yang terakhir,” ucapnya.
Dira beranjak berdiri, lalu merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah lama duduk di atas sofa. “Hemn ...
Krak!
A! Aduh tulang gue!”
Drrrt, drrrt.
Dengan pinggang yang encok khas remaja jompo, Dira sedikit berjalan untuk meraih ponselnya yang berdering, lantas dia pun langsung mengangkat panggilan tersebut setelah membaca nama yang tertera di layar ponselnya, Gilang.
“Assalamu’alaikum.”
“Sst, Wa’alaikumsalam,” jawab Dira sambil melirik jam dinding di ruang tengah, pukul 19.00.
“Kenapa lo?”
“Kenapa?” tanya balik Dira.
“Sst, sst gitu. Dih, gak jelas. Bye the way, udah beres? Jangan lupa setel alarm biar nggak kesiangan besok,” ujar Gilang di sana.
“Bawel kaya emak-emak! Gue nggak butuh pake setel-setel alarm, kan ada lo Lang,” celetuk Dira sambil tersenyum.
Gilang mendengus lirih di seberang sana, “Jadi gue harus telpon lo sebelum subuh sama kaya setiap hari sewaktu SMP gitu???”
“He-em, itu tau.”
“Yaudah deh. Asal jangan lupa aja.”
“Apaan?”
“Pulsa atau kuota lah. Lo pikir pas gue nelpon lo, internet gue mendadak gila ... dan nggak berkurang sama sekali karena berurusan sama lo gitu?” ujar Gilang terdengar memprotes.
“Dih, kalo gini sih mendingan nyetel alarm. Masalahnya tuh, alarm hp itu gak ngaruh sama gue, kedengeran sih tapi bangun cuma buat matiin doang,” ujar Dira kesal.
“.... Cih iya ... yaelah, baperan banget lo, gue bercanda soal pulsa. Yaudah deh, jangan tidur malem-malem intinya, udah ya, a-”
“Dih udah gitu doang?! Dih!” sela Dira langsung cemberut.
“Lah, harus ngomong apa lagi emang?”
“Y-ya apa kek gue juga gak tau.”
“Dih, gak jelas l-”
“Ya tanya kek! Udah makan belum?-”
“Udah kok, pake mie goreng sama nasi,” sela Gilang sekarang.
“Ih! Itu kan gue nyontohin bukan tanya beneran! Ah!” kesal Dira.
“.... Huft, ogah ah, ngapain nanya-nanya udah makan. Emang gue pacar lo apa?!”
“Nyebelin lah! Bye!”
Tut, tut.
Dira langsung menaruh ponselnya dengan cemberut setelah berakhirnya panggilan tersebut. “Huft, dasar gak peka.”
Tak lama dia membawa ponselnya menuju kamar, namun langkahnya terhenti. Dengan cepat gadis itu berlari ke arah pintu balkon dan membukanya, “Cici!!!” serunya, dengan cepat dia menggendong seekor kucing berwarna putih yang gemuk dengan tangannya.
Saat Dira kesal biasanya dia akan bermain Cici, kucing peliharaannya itu. Bukan bermain bersama Cici loh ya, tapi bermain Cici! Ya, dia akan menjahili Cici biasanya.
Dira dengan lembut mengelus kepala Cici, “Lo pasti kedinginan,” ujar Dira pura-pura perhatian dulu pada Cici. Dia membalikkan badan, ancang-ancang kaki Dira sudah terlihat hendak masuk kembali.
Ssss ....
Sebuah suara terdengar, tapi bukan suara ular, itu pasti. gadis itu menoleh, dia heran saat melihat sebuah tali terpampang jelas di sana. Menjulur ke bawah melintasi balkon apartemennya.
“Bang taruh pizza-nya di situ,” teriak seseorang.
Dira bertambah penasaran. Apa yang tengah dilakukan oleh tetangga lantai 3?
Gadis berambut pendek itu menurunkan Cici kemudian berjalan ke arah pagar balkon apartemennya. Dira melihat ke arah bawah, seorang pengantar pizza ada di sana. Ya, pria itu tampak sedikit kebingungan.
“Yang bener Bang naruhnya! Itu duitnya udah di situ!” teriak tetangga lantai 3 lagi.
Dira pun menoleh ke atas. Seorang pemuda yang tengah memegang sebuah tali tampak bersiap-siap menarik tali tersebut yang sudah melingkar di atas katrol yang berpaut pada langit-langit apartemennya sendiri.
“Tetangga baru gue ternyata-” batin Dira.
Pemuda itu menatapnya sinis, “Eh, lo. Minggir dikit bisa kan?!” teriaknya pada Dira seraya menarik tali itu perlahan.
Dira sedikit kaget, dengan cepat dia menyingkir. Kemudian sebuah pizza kini naik di bawa oleh sekantong plastik putih yang terikat pada tali.
“Hahaha, Bang lo seneng kan? Dengan gini lo nggak perlu capek-capek masuk ke gedung apartemen ini,” teriaknya pada pengantar pizza, suaranya terdengar keras. Gelak tawa pongah juga terdengar menyertai.
Dira menggelengkan kepala. Jadi itu sebabnya. Sedetik kemudian dia menghela napas panjang, dan kembali beranjak masuk. Nyaris dia melupakan Cici lagi. “Semoga gak ketemu sama dia lagi hih.”
*****
Wah, katrol dan tali itu inovasi baru!!! Mempermudah hidup :v Siapa yang penasaran jalan cerita Dira dan tetangga barunya?!!! Biasanya sih endingnya punya hubungan spesial, tapi apa iya??? Yakin?! Serius nebaknya gitu?!!! Ah itu sih terlalu klise! Daripada tebak-tebakan lagi, mending tungguin kelanjutannya aja deh!
Terimakasih sudah datang berkunjung. Jangan lupa vote dan komennya ya^^
To Be Continued ....
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄-𝐌𝐀𝐉𝐀
Teen Fiction𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬: 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐊𝐢𝐭𝐚.𝐁𝟏 || [𝙴𝙽𝙳] 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘰𝘢𝘭 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳, 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘮...