𖣀 Chapter 2: Musuh dan Sebuah Sumpahan

33 14 31
                                    

Kalian bisa tinggalkan jejak berupa voment ★💬 sebagai dukungan, terimakasih ....

Happy Reading^^

*****

"Gak sopan. Dedemit asal mana lo?!" serunya menuding Dira.

Dira balik menudingnya, "Gue bukan dedemit!!! Lo tuh yang dedemit!!! Iler nemplok kagak kerasa, lo jorok tau," hardik Dira.

Dia mengusap pipinya dengan tangan, ".... Gak ada tuh. Bo'ong lo, dosa tau!" ujarnya sedikit berteriak.

"Udah lo elap, ya gak ada lah! Astaghfirullah ..." kesal Dira berteriak. Dira mengerjapkan mulutnya malas, "Anak kelas mana sih lo?" tanya Dira dengan bentakan mengalihkan pembicaraan. Wah mereka sangat suka ya bicara dengan nada tinggi.

"Gue anak kelas sini lah! Otak lo mikirnya gimana sih?! Stupid ya," jawabnya.

Dira tak percaya dengan jawaban pemuda itu.

Kemudian pemuda itu menatap Dira lekat, membuat Dira merasa tak nyaman di pandang seperti itu. "Apaan lo liatin gue!!! Gue congkel mata lo mau?!" ancam Dira sambil menunjukkan kedua jarinya yang membentuk huruf V ke arahnya.

"Sini kalo berani," responnya sambil menegakkan tubuh seraya berkacak pinggang.

Seketika Dira merasa ciut, tapi gadis itu tidak ingin pemuda di hadapannya tahu. Dira menghela napas, "Gue sih berani aja. Tapi emang lo nggak malu apa lawan cewek???" kilah Dira sambil menjengitkan alis ke arahnya.

Pemuda itu mendesis, sedetik kemudian dia kembali duduk membuat Dira tersenyum bangga.

Pemuda itu menoleh menatap Dira lagi. "Lo yang semalem kan?" terkanya.

".... Perasaan gue dah bilang. Pikun lo ya?!" respon Dira.

"Berarti bener kan," ujarnya menyimpulkan.

Dira hanya mendeham, sedetik kemudian dia kembali duduk di bangkunya.

◍◍◍

Pukul 06.59

Murid-murid sudah berdatangan. Mereka mulai mengisi bangku-bangku kosong yang sudah tersedia.

Tapi Dira begitu cemas. Begitu lama dia menanti seseorang untuk duduk di sebelahnya. Tapi tak ada satu murid pun yang bersedia duduk di sana.

Terlebih saat pandangannya sekilas dia arahkan pada pemuda yang adalah tetangga apartemen selantai di atasnya, bangku di sebelahnya juga kosong. Itu membuat Dira merasa was-was, bagaimana jika pada akhirnya Dira dan DIA duduk bersama? Setahun pula!!!

Seketika Dira menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan pemikiran yang menyebalkan itu.

"Eh ayo dong duduk sama gue!!!" pekiknya. "Ini kenapa sih!!! nggak ada yang mau duduk sama gue?! Ah males gue!!!"

Dira menghela napas berat. Teriakan pemuda itu benar-benar semakin membuatnya was-was.

Dan benar saja, mereka duduk bersama. Semua ini terjadi karena sepasang sejoli yang KATANYA berpacaran sejak SMP kembali di pertemuan di SMA di kelas yang sama juga. Membuat siapapun yang belum mendapatkan pasangan duduk harus dengan TIDAK RELA duduk bersama.

Sempat mereka menolak tapi sepertinya pasangan sejoli itu memiliki cinta yang besar. Bahkan serangan balik mereka lancarnya, mereka menyebalkan, pantas mereka sangat serasi.

Dira mendengus kesal, tapi berbeda dengan pemuda yang ada di sampingnya. Dia terlihat biasa-biasa saja, bahkan terlihat acuh.

Entahlah pemuda itu sepertinya memperhatikan seseorang, bukan Dira, melainkan seseorang yang duduk di depan meja Dira.

𝐑𝐄-𝐌𝐀𝐉𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang