FYI: Pastikan koneksi kalian bagus untuk mengunduh png, karena nantinya cerita akan beralih ke mode gambar chatting. Terimakasih.
Kalian bisa tinggalkan jejak berupa voment ★💬 sebagai dukungan, terimakasih ....
Happy Reading^^
*****
Setelah puas makan bakso malam-malam, Feno keluar dari Warung Makan Bakso Om Bulet. Hujannya sudah reda tapi bukan berarti tetesan air tak turun sedikitpun. Ya, cukup membuat basah jika terlalu lama di luar.
Feno menaiki motornya dan mulai pergi dari tempat itu. Di jalan, dia memperlambat lajunya karena melihat seseorang yang dia kenal. "Ula? Ngapain dia di sini?" gumam Feno.
Feno langsung menghentikan motornya di samping trotoar dekat Airin. "Woi! Ngapain lo di sini gerimis-gerimis?"
".... Feno ya?"
"Bukan, setan gue. Ya iya lah, lo ngapain di sini?!"
"Iya, ini ula ditinggal sama Abang."
"Lho? Kenapa?"
"Bang Zidan lupa," ujar Airin sedih.
".... Abang lo jahat banget, adek sendiri dilupain! Tapi, sukurin lo! Yaudah gue cabut," ujar Feno.
"Kirain Feno mau anterin ula," ujar Airin.
".... Hem ... yaudah gue anterin," ujar Feno.
"Beneran?"
"Iya."
"Makasih Feno, makasih."
"Hn."
Airin pun mengelap jok bagian belakang motor Feno yang sedikit basah. Dia pun mulai duduk di sana.
"Udah?"
"Sip."
"Pegangan."
"Gak mau," tolak Airin malah beringsut mundur.
Brem!
Feno sedikit memutar gas motornya sehingga membuat Airin mau tak mau memeluk Feno.
"FENO!!!"
"Kan udah gue bilang ... pegangan, udah tau motor sport."
"Hih! Iya deh."
"Kecepatan tinggi ya-"
"Jangan!!! Kalo jatuh gimana ini kan abis ujan!!!" sela Airin berkoar di telinga Feno.
"Ish!!! Iya iya!"
Feno pun mulai menjalankan motornya dengan perlahan dan hati-hati. "Woi Ula," panggil Feno dengan suara keras, pasti Airin dengar.
".... Nama ula Airin! Bukan Ula!" sahut Airin.
"Kenapa? Gue suka panggil lo Ula."
"Ula nggak suka. Cuma keluarga ula sama Akhwan aja ya boleh panggil ula, Ula," ujar Airin.
"Akhwan siapa?" tanya Feno.
".... Dia, dia sahabat ula. Tapi lagi pergi ke luar kota," jawab Airin jujur. Feno tampak senang Airin terus menjawab pertanyaannya, dia pun melanjutkannya.
"Pergi ke luar kota? Sejak kapan?"
"SMP kelas satu. Feno tanya-tanya mulu! Capek ula jawabnya," ujar Airin.
Feno pun mingkem, dia tidak lagi bertanya soal Akhwan pada Airin.
◍◍◍
Feno berhenti di depan sebuah rumah. "Udah turun," ujarnya menyuruh Airin segera turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄-𝐌𝐀𝐉𝐀
Fiksi Remaja𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬: 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐊𝐢𝐭𝐚.𝐁𝟏 || [𝙴𝙽𝙳] 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘰𝘢𝘭 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳, 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘮...